BAB 18 : Anak Kita

19 5 2
                                    

AmbarSita
☆☆☆☆☆


Setelah hari ke 21 telur milik kelompok anak perempuan rata-rata menetas semua dan 3 telur yang tidak, yaitu kelompok Ujang, Khaidir, dan Thalib.

"Gimana udah selesai laporannya?" tanya pak Iyan saat masuk kekelas melihat dimeja murid-muridnya sudah ada anak ayam.

"Udah paaaak" semua serentak menjawab termasuk Ambar meskipun tidak ikut mengerjakan.

"Yaudah kumpulkan ya hasil laporannya" perintah pak Iyan.

"Terus anak ayamnya pak?" tanya Ana yang merasa gemes dengan anak ayam kuning yang dari tadi ada diatas mejanya.

"Kalian rawat aja sampe besar kan itu anak kalian hahaha" ujar pak Iyan mencandai murid-muridnya.

"Wuiih jadi anak Sita ayam yaaa hahahaha" teriak Ambar meledek.

"Kan anak kamu juga itu, soalnya kalian satu kelompok" Ana berusaha membela Sita dari ledekan Ambar.

"Iya ya??" kata Ambar kaget. Dia diam sejenak kemudian melirik kearah Sita "Iya juga sih" lirihnya pasrah.

 
☆☆☆☆☆

Saat jam istirahat Ambar melirik kearah Sita yang masih kagum dengan anak ayam yang disimpannya didalam kotak.

"Sitaaaa bagi duit dong, biar aku beliin makanan untuk anak kita sekalian"

Sita menahan senyumnya saat mendengar perkataan Ambar yang begitu manja dan memelas. Gadis itu mengeluarkan uang 1000 nya lagi. Kali ini dua lembar, untuk Ambar dan anak ayam mereka. Ambar menarik uang tersebut dengan semangat.

"Makasih ya" ujarnya kemudian meluncur ke warung mencari makanan kesukaannya.

Ambar membeli Indm*e goreng dan langsung mengaduknya dengan bumbu. Ismet dan Abdul sudah terlihat ngiler duluan mencium aroma mie mentah yang sedang diaduk Ambar. Tapi senyum mereka hilang saat melihat Ambar malah memasukkan Indom*e nya kedalam saku celana.

"Pelit amat mbar" rengek Abdul.

"Ini mah untuk anak aku" jawab Ambar ketus.

Kedua temannya memasang wajah bingung mendengar jawaban Ambar dan hanya bisa melongos melihat Ambar meninggalkan mereka dan kembali kekelas.

"Niih Sita makanan untuk anak kita" kata Ambar sambil menyodorkan mie gorengnya.

"Ciee Ambar sama Sita jadi orang tua yang baik ya" ledek semua teman-temannya.

"Kamu mau dipanggil apa sama anak kita?" tanya Ambar dengan polosnya.

Kali ini Sita tidak bisa menahan senyumnya lagi saat mendengar pertanyaan Ambar. Rona merah di pipinya bahkan keluar, dia begitu tersipu malu dengan hal itu.

 
☆☆☆☆☆

Saat ujian kenaikan kelas, Ambar tetap diletakkan pada bangku urutan pertama oleh pak Iyan. Meski bocah itu malas dan terus bolos tapi entah kenapa Ambar mampu menjawab semua soal ujiannya dengan baik.

Pak Iyan guru satu-satunya yang tidak pernah mempermasalahkan kenakalan Ambar. Bahkan Ambar semakin bebas bolos sekolah pun sejak mendapatkan wali kelasnya pak Iyan. Buk Mun sedikit tidak percaya dengan keputusan pak Iyan yang tetap menaikkan Ambar ke kelas empat.

"Jadi dia gak nakal dan gak pernah bolos lagi pak?" tanya guru berbadan seperti Doraemon itu.

"Masih buk, nakal mah masih lanjut terus itu. Tapi kadang saya ketawa-ketawa sendiri sama kenakalan Ambar"

AmbarSita : The beginning of love [TAMAT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang