💝AmbarSita💝
Pak Iyan masuk kedalam kelas. Mereka akan kembali belajar Matematika. Pelajaran yang paling tidak disukai anak-anak dikelas Sita. Setelah menjelaskan tentang pembagian pak Iyan menulis 10 soal dan meminta muridnya satu persatu mengerjakan dipapan tulis.
Semua kompak menundukkan kepala, pura-pura mencari kesibukan masing-masing. Keculi Sita, saat diajak bicara dia selalu menundukkan kepala tapi saat pak Iyan memberi tugas justru dia mengangkat kepala. Seperti orang yang mantap dan yakin bisa mengerjakan soal tersebut.
Benar saja! Sita disuruh pertama kali mengerjakan soal no 1. Hanya butuh waktu persekian detik, Sita sudah selesai menyelesaikan soal dipapan tulis dan kembali duduk dibangkunya.
Seisi kelas langsung memberi tepuk tangan bangga, padahal bukan ajang perlombaan. Pak Iyan kembali mencari mangsa, kali ini matanya tertuju pada anak yang begitu dia ingat karena namanya paling sering disebut didalam kantor.
"Ambar yang no.2" tunjuk pak Iyan.
Ambar yang sedang mencoret-coret mejanya dengan pensil warna Sita langsung mengangkat kepala. Wajahnya terkejut bukan takut, tapi karena ini pertama kalinya dia diminta oleh guru dikelas mengerjakan soal ke papan tulis. Dengan mantap Ambar maju kedepan mengambil kapur dan menggambar kotak di sudut papan tulis.
"Ambar nulis jawaban Ambar disini ya pak" katanya santai. Mulai membuat sebuah kotak, setelah itu baru mengerjakan soal no dua.
Beberapa menit kemudian Ambar selesai menjawab soal, tapi bocah itu belum selesai menulis dipapan tulis. Jiwa seninya langsung aktif karena diijinkan memegang kapur untuk pertama kalinya. Ambar mulai menggambar kupu-kupu, daun, bunga dipinggir-pinggiran kotaknya.
Pak Iyan menelan ludah, jawaban anak itu benar. Tapiiii kenapa dia malah asyik melukis dipapan tulis?!
"Udah-Udah... Malah ngegambar kamu!" pak Iyan menghentikan kesenangan Ambar dan mengambil kapur ditangannya lagi.
"Jangan di hapus ya pak" pinta Ambar memohon dan kembali duduk dibangkunya.
"Jawaban Ambar bener pak?' tanya Imay ragu, apalagi melihat lukisan-lukisan yang menghiasi jawaban yang baru dibuat Ambar itu.
"Benerlah! Bener gak pak? Emang aku bodoh kaya Khaidir!!" sungut Ambar tidak terima jawabannya diragukan.
"Heeeh, gak boleh ngomongin temennya yang jelek-jelek" nasihat pak Iyan.
"Ambar ngomong jujur kok, kalo yang jelek mah si Ana sama Iput"
Semua kompak tertawa. Sedangkan pak Iyan merapatkan gigi, mengotrol emosi, jiwa dan raga demi tangannya tidak melayang kekulit Ambar. Cukup pak Bahrun saja yang memukulnya dengan rotan, guru-guru disekolah jangan.
~~~*AmbarSita*~~~
Sepulang sekolah Ambar, Abdul, Ismet, biasanya mereka sesekali pergi kedesa seberang. Mencari buah-buahan milik warga yang bisa mereka makan. Dan hari ini Ismet kembali mengajak teman-temannya mencari buah, karena sedang musim mangga dan duku. Ambar mengintai pohon mangga yang berbuah dengan lebat didepan kebun warga yang tidak tahu milik siapa.
"Mana orangnya ya?" Abdul berusaha mencari si pemilik pohon.
"Oh ini mah aku kenal orangnya"
"Serius kamu?" Tanya Abdul dan Ismet kompak dengan pengakuan Ambar barusan.
"Iyaa! Sodara pak Bahrun, baik kok, kita ambil aja!" jawab Ambar menyakinkan.
Ketiganya naik keatas pohon dan mulai mengambil buah-buah mangga yang masak.
KAMU SEDANG MEMBACA
AmbarSita : The beginning of love [TAMAT]
Teen FictionKatanya 'Cinta itu gila' dan sialnya Sita salah satu orang yang terkena kegilaan dari cinta tersebut. Banyak dari teman-temannya yang tidak percaya seorang gadis seperti Sita yang terkenal cantik, pendiam, pemalu, pintar, dan tidak suka jadi pusat p...