Malam yang gelap dan dingin ini, terasa begitu sesak dan mencekam. Suara teriakan dan bentakan terdengar memecahkan keheningan hingga suara tangis yang terasa begitu menyakitkan.
Wanita bersurai hitam itu luruh dilantai mansion yang dingin, wajahnya sudah basah dengan air mata. Ia terus saja meraung untuk melepaskan rasa sakit ini.
"Sudah kukatakan, jangan dekati aku!"
"Tapi, Yuri--"
"Jangan sebut namaku!"
Wanita bermata cokelat itu terdiam sembari menghentikan langkahnya. Kini matanya terasa panas karena menahan tangis. Hatinya begitu perih ketika mendengar suara bentakan dari temannya sendiri.
"Kau temanku, Seohyun-ah. Kau telah ku anggap seperti adikku sendiri. Tapi kenapa kau melakukan ini padaku?!" Yuri kembali berteriak ditengah-tengah isak tangisnya. Sungguh, kini perasaan nya begitu sakit.
Rasanya ia begitu ingin berteriak seperti orang gila agar rasa sesak di dadanya hilang. Namun ketika kedua mata hitamnya kembali menatap dua insan yang tengah berdiri tertunduk dihadapannya, membuat rasa sesak itu justru kembali berkali-kali lipat.
"Yuri-ya, mianhae."
"Wae?! Kenapa kau tega melakukan semua ini padaku, Jiyong? Kenapa?!"
Melihat sang istri menangis terisak telah membuat perasaan Jiyong teriris. Perlahan ia mulai melangkah, mencoba untuk memberikan sebuah pelukan agar istrinya kembali tenang.
"Beraninya kau menyakiti menantuku, Jiyong!"
Laki-laki empat orang anak itu kembali terdiam, menghentikan langkah nya setelah mendengar suara bariton milik sang ayah menggema ke seluruh penjuru mansion.
Jiyong dapat melihat dengan jelas, raut wajah tegas milik sang ayah yang kini menunjukkan kemurkaan terhadap dirinya. Tatapan itu, Jiyong bahkan tak berani membalasnya. Ia tahu bahwa kini seluruh keluarga sangat kecewa dengan sikap nya.
Bugh~
Pukulan dari tangan kekar milik Daesung berhasil menghantam wajah mulus Jiyong. Hingga sudut bibir pria empat orang anak itu terluka hingga mengeluarkan darah.
Meski sudah tersudut seperti ini pun, pria bertubuh tegap itu hanya mampu diam tak mengatakan apapun. Bahkan untuk menatap wajah sang ayah ia tak sanggup.
"Bahkan pukulan itu tak akan cukup melampiaskan rasa kecewa ku padamu, Jiyong!" Suara Daesung terdengar penuh penekanan. Walau ia telah berumur lanjut sekalipun, pukulan itu pasti akan terasa perih dan akan membekas.
Sungguh, ia tidak menyangka putra nya sendiri dengan tega menyakiti perasaan Yuri. Entah apa yang ada didalam pikiran pria itu sampai ia melakukan hal diluar batas. Membuat orang-orang disekitarnya harus menerima kenyataan yang begitu amat menyakitkan.
Kedua mata tajam Daesung tampak menatap seorang wanita bermata cokelat yang ikut terduduk disamping Jiyong. Menatap mereka berdua jengah dan muak.
"Sekarang kau pilih. Istrimu, atau wanita jalang beserta anak di kandungan nya itu."
Seohyun seakan membeku ditempat. Kalimat yang diucapkan oleh Daesung membuat hatinya memanas. Ia meremas celana yang dikenakan nya hingga kusut. Mencoba untuk tidak menangis.
"Seohyun juga istriku, Appa."
"Jawab, Park Jiyong!!"
Pria empat orang anak itu membulatkan kedua matanya terkejut. Mendengar sang ayah yang memanggil nya dengan nama lengkap pertanda bahwa ia benar-benar murka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alone[End]✔
Short StoryAku ada tapi tiada. Kesepian telah menjadi temanku, dan hadirku hanya benalu. "Sebenarnya apa tujuan mu?" - Park Jisoo "Apa yang kau inginkan? Uang?" - Park Jennie "Kembalikan kebahagiaan keluarga ku!" - Park Chaeyoung "Aku hanya ingin diakui." - L...