20- Time

8.2K 849 63
                                    

Tidak semua kenyataan itu menyenangkan, karena terkadang kita harus berlapang dada untuk menerima kenyataan pahit yang menyakitkan.

Mempunyai keluarga yang sempurna dan selalu dielu-elukan oleh semua orang memang menjadi sebuah kebanggaan bagi gadis berpipi mandu itu. Tapi sekarang, semua kebahagiaan itu hancur tanpa sisa.

Dibalik sebuah senyuman, justru tersimpan kebenaran yang selama ini selalu disembunyikan. Sebuah kebenaran yang berhasil membuat luka yang amat dalam.

Perasaan Jennie hancur, setelah mengetahui bahwa sang ayah yang selama ini ia banggakan justru sudah sangat mengecewakan. Ia marah, hatinya terasa begitu panas. Kemarahan ini semakin meluap saat sang ayah justru membawa anak itu dihadapan nya.

Ia tak tau lagi bagaimana cara untuk melampiaskan kemarahan ini. Dadanya terasa sesak, ingin sekali ia menangis dan meraung sekarang.

Jennie tak peduli jika mobil sport yang saat ini ia kendarai justru menimbulkan kegaduhan disana-sini. Hal itu sudah jelas, karena ia menekan pedal mobil hingga di kecepatan tertinggi. Matanya kini terasa panas dengan air mata yang menggenang. Meremas stir mobil karena perasaan nya yang kini benar-benar kesal.

Deg~

Jennie membulatkan kedua matanya ketika melihat sebuah mobil melaju kencang dari arah yang berlawanan. Jantung nya kini berdegup dengan tak karuan, dalam panik ia pun menekan pedal rem dengan sangat kuat hingga suara gesekan antara ban mobil dan aspal terdengar dengan sangat jelas.

"Hah....," gadis bermata kucing itu menghela napas lega meski jarak antara mobil mereka hanya sejengkal. Keringat dingin itu mulai membasahi wajahnya. Jika keberuntungan tak berpihak padanya, mungkin sekarang Jennie sudah terbaring tak sadarkan diri di rumah sakit.

Jalanan yang awalnya sepi itu kini sudah di ramaikan oleh orang-orang. Kejadian ini mungkin telah menarik perhatian masyarakat sekitar.

"Ya! Keluar lah," Jennie mengusap wajahnya kasar saat suara seorang namja mulai terdengar. Rasa kesal pun semakin mencuat saat namja itu mulai mengetuk pintu mobilnya.

Meski semarah dan sekesal apapun Jennie sekarang, ia masih sadar akan kesalahan nya. Karena mobil yang ia kendarai tadi pun berada di jalur yang salah hingga hampir menyebabkan kecelakaan.

Dengan wajah yang datar, perlahan gadis berpipi mandu itu keluar dari mobil mewahnya. Hingga orang-orang yang berada di jalan itu terperangah setelah menyadari siapa yeoja dihadapan mereka.

"Ka-kau, Jennie?"

.
.
.

Jika seharusnya keadaan mansion keluarga park itu ramai, kini suasana di sana tampak hening dan mencekam. Seorang gadis berponi tampak duduk di taman depan mansion dengan wajah yang sendu. Pikiran nya saat ini kacau, dengan perasaan yang gusar tak menentu.

"Apa seharusnya aku menolak tawaran appa?"

"Pilihan mu sudah benar, Lisa-ya." gadis bermata hazel itu terhenyak saat mendengar suara seorang namja berwajah dingin itu.

"Kau tidak seharusnya bersalah dengan semua yang terjadi hari ini," Lisa hanya diam tak menjawab apapun. Bagaimana mungkin ia tak merasa bersalah? Sudah sangat jelas bahwa ketiga unnie nya menolak mentah-mentah kehadiran Lisa di keluarga ini.

"Mereka hanya butuh waktu, kau bisa menunggu nya kan?" gadis berponi itu beralih menatap Sehun yang tersenyum padanya. Setidaknya ia masih beruntung. Diantara keempat saudaranya, masih ada seorang kakak yang mengakui keberadaan nya. Meski sakit, tapi setidaknya ada obat penawar nya.

Alone[End]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang