68- Enough

4.7K 512 85
                                        

Jiyong dan anggota keluarga nya yang lain tampak terduduk di depan ruangan Rosé. Perawat meminta mereka untuk tidak terlalu lama berada di dalam ruangan karena pasien juga membutuhkan waktu untuk istirahat. Walau sebentar, setidaknya mereka sudah memastikan bahwa keadaan Rosé baik-baik saja.

Pria paruh baya itu tampak mengusap wajahnya kasar. Siapa sangka semua hal buruk ini akan terjadi pada Rosé? Tidak sampai disitu, justru pertengkaran antara putrinya pun tak dapat ia elakkan.

"Maaf aku datang terlambat, paman. Bagaimana keadaan Rosé sekarang?" perhatian mereka kini teralihkan pada kehadiran seorang namja yang tampak kewalahan. Ia memang pergi terburu-buru setelah mendapat telepon dari Jisoo.

"Dia baik-baik saja. Kau jangan khawatir, Seokjin-ah." Namja yang merupakan kekasih Jisoo itupun menghela napas lega. Ia benar-benar bersyukur karena tak ada hal buruk yang terjadi.

Tapi selama diperjalanan tadi, ia terus berpikir bahwa semua yang terjadi sekarang ini sangat ganjal. Dan hal itu terus terpikirkan olehnya.

"Apa kalian melihat siapa pelakunya?" pertanyaan Seokjin telah menarik perhatian Jisoo dan Jennie yang sedari tadi terdiam. Mereka saling menatap lalu kembali tertunduk.

"Aku tidak begitu yakin karena wajah pria itu tertutup masker," Jiyong menegak. Mendadak perasaan gusar itu menghampiri nya. Ia pun berdiri dari tempat duduk sembari menghela napas berat.

"Jennie-ya, apa kau ingat bagaimana ciri-ciri nya?"

"Aniyo, aku terlalu panik dan tak memperhatikan nya." Meski tak disebut kan pun, sepertinya Jiyong sudah memikirkan siapa orang yang berani melukai keluarga nya. Hatinya benar-benar memanas hingga ingin sekali ia meluapkan kemarahan itu sekarang.

"Lisa mengatakan bahwa pria itu juga selalu mengikuti mereka. Sepertinya, ini sudah direncanakan." Jiyong menggeram marah. Perkataan Jisoo semakin membuat darahnya mendidih. Tidak salah lagi, apa yang dipikirkan nya sekarang sudah benar.

"Kalian tunggulah disini."

"Jiyong-ah, apa yang ingin kau lakukan? Ya! Kau mau kemana?" pria berwajah tegas itu menghentikan langkah nya lalu menoleh ke arah sang istri yang menatap nya cemas.

Ia tau bahwa Yuri pasti akan menahannya jika Jiyong mengatakan kemana tempat yang akan ia tuju. Oleh sebab itu ia memilih diam agar keluarga nya pun tak mencemaskan apapun.

"Aku akan segera kembali," belum sempat Yuri menahan, Jiyong sudah berlalu pergi meninggalkan rumah sakit. Ia yang paling tau bagaimana sang suami jika sudah marah. Jiyong, bisa saja menghabisi orang yang sudah melukai keluarga nya.

"Eomma, kemana appa akan pergi? Dia terlihat sangat marah."

"Percayakan saja pada appa mu, eoh?" Jisoo hanya mengangguk. Sejak sang ayah pergi, perasaannya menjadi tak enak. Setelah berbagai kejadian buruk yang menimpa keluarga nya, tak bisa dipungkiri bahwa ia semakin khawatir akan sesuatu.

Seokjin yang menyadari bahwa kekasihnya itu tengah khawatir pun berusaha untuk menenangkan nya. Jisoo selalu saja bersikap kuat walau sebenarnya ia sudah sangat rapuh. Oleh sebab itu Seokjin disini, ia akan selalu ada untuk memberikan kekuatan pada Jisoo.

"Tapi, kenapa sedari tadi aku tidak ada melihat Lisa?" mereka terhenyak. Sangking takut dan paniknya, mereka lupa bahwa sejak pertengkaran tadi Lisa pergi begitu saja tanpa mengatakan tujuannya.

Dan Seokjin merasa bahwa ada yang aneh diantara mereka sekarang. Apalagi Jennie yang sedari tadi hanya diam tak mengatakan apapun.

"Hei, semua baik-baik saja kan? Ada apa dengan raut wajah kalian?"

Alone[End]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang