Gadis berponi itu tampak mengerjapkan kedua mata hazel nya saat cahaya mentari pagi berhasil masuk menyelinap melalui celah-celah jendela kamar. Tangan kurus Lisa terangkat, mengusap matanya dan terduduk dengan kesadaran yang belum sepenuhnya kembali.
Ia melirik ke arah jam yang ada di nakas. Sekarang sudah menunjukkan pukul 7 pagi, tapi rasanya Lisa baru saja terlelap dalam tidur nya.
"Jennie unnie, kau tidak bangun?" gadis berpipi mandu itu tampak menggeliut. Rasa kantuk itu masih menyerang nya sekarang, bahkan untuk membuka mata saja ia masih begitu enggan.
Lisa terkekeh ringan saat melihat wajah damai sang kakak yang masih terhanyut dalam dunia mimpi. Ia pun segera membenarkan selimut yang menutupi sebagian kaki Jennie dan berniat untuk beranjak dari ranjang. Namun belum sempat ia berdiri, Jennie telah menahan tangan sang bungsu dan memeluknya dengan sangat erat.
"Jangan pergi."
"Unnie---"
"Sebentar saja, jebal." Lisa menghela napas panjang. Ia tersenyum dan kembali berbaring berhadapan dengan sang kakak hingga ia bisa melihat wajah mandu itu dengan sangat jelas.
Jika sudah sedekat ini, Lisa menjadi tak percaya bahwa semua ini nyata. Bagaimana tidak? Sikap yang ditunjukkan oleh Jennie sekarang sangat jauh berbeda dengan yang dulu.
"Unnie, kau tidak lupa bahwa hari ini kita akan mengantar Sehun oppa kebandara kan?"
"Hm, aku ingat."
"Ya, kalau begitu bangunlah. Kita bisa terlambat," Lisa mengkerut kan kening nya bingung karena tak ada jawaban apapun yang diberikan oleh sang kakak. Bahkan saat Jennie menjawab pertanyaan sang bungsu, matanya masih tertutup.
"Lisa-ya, apa tidur mu nyenyak?"
"Sangat, karena unnie menemani ku tidur malam ini." Kedua mata kucing milik Jennie terbuka, ia menatap wajah mungil milik adiknya yang kini terpampang jelas di hadapan nya.
"Kalau begitu, aku akan menemani mu tidur setiap hari." Lisa terkekeh pelan. Ia masih tidak menyangka bahwa sang kakak yang biasanya selalu mengatakan kalimat ketus itu, justru sekarang ia malah mengatakan hal-hal yang manis.
"Sungguh? Unnie akan selalu menemani ku?" Jennie menatap tajam sang bungsu sembari menghela napas berat.
"Kau tidak percaya padaku?"
"Aniyo, tentu saja aku mempercayai mu. Kau adalah unnie ku," gadis berpipi mandu itu menunjukkan gummy smile terbaiknya. Lalu ia pun beralih memeluk tubuh kurus sang bungsu dengan sangat erat.
"Kau tau, Lisa-ya? Selalu bersamamu seperti saat ini, benar-benar membuatku tenang." Senyum lebar itu terukir di wajah mungil sang bungsu. Kalimat yang diucapkan Jennie, lagi dan lagi berhasil menghangat kan perasaan nya.
Lisa benar-benar sangat bersyukur. Penantian nya selama ini tak berakhir sia-sia. Sekarang ia telah mendapatkan kehangatan dan kasih sayang dari ketiga unnie nya. Bahkan Jennie yang dulu tak menerima kehadiran nya pun, sekarang telah begitu menyayangi Lisa.
"Aku begitu takut saat melihat mu kesakitan, aku seakan kehilangan arah."
"Tapi, di saat aku melihat senyum mu. Hatiku terasa sangat tenang dan nyaman," Lisa tersenyum simpul. Saat ini ia benar-benar di dekap dengan sangat erat oleh sang kakak. Ia tak tau di balik sifat Jennie yang terkesan dingin, ternyata memiliki sisi manja seperti saat ini.
"Miane, kau pasti sangat kecewa padaku Lisa-ya." Gadis berponi itu terhenyak saat mendengar suara lirih dari Jennie. Saat ia ingin melepas pelukan itu, tapi sang kakak masih bersikukuh menahannya. Jennie, hanya tak ingin sang bungsu melihat wajah nya saat ini. Wajah penuh penyesalan dan juga kegelisahan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Alone[End]✔
Short StoryAku ada tapi tiada. Kesepian telah menjadi temanku, dan hadirku hanya benalu. "Sebenarnya apa tujuan mu?" - Park Jisoo "Apa yang kau inginkan? Uang?" - Park Jennie "Kembalikan kebahagiaan keluarga ku!" - Park Chaeyoung "Aku hanya ingin diakui." - L...