Siang ini, suasana di taman kota lebih ramai dari pada biasanya. Mungkin karena sekarang adalah akhir pekan, sehingga banyak orang-orang yang bersantai di sana.
Salah satu di antara mereka adalah Lisa, yang tampak duduk di salah satu bangku taman. Sudah cukup lama gadis itu berada di sana, tapi orang yang ia tunggu belum juga tiba.
Untuk menghilangkan rasa bosan, ia memutar permainan piano di ponsel mahal nya. Sesekali Lisa menutup mata hazel nya, menikmati setiap melodi hingga ia terhanyut dalam permainan itu.
"Lalice, apa kau sudah lama menunggu?" gadis berponi itu tersentak saat mendengar suara seseorang yang menyadarkan nya. Ia mematikan ponselnya lalu beralih menatap namja di hadapan nya itu.
"Bahkan aku hampir tertidur disini karena mu," namja itu terkekeh. Ia pun memilih untuk duduk di samping Lisa.
"Mianhae, apa aku sudah mengganggu waktu mu?"
"Ya, apa maksud dari pertanyaan mu itu? Kau pikir kita sudah berteman berapa lama, eoh? Dan jangan meminta maaf padaku, kau lupa dengan ucapan mu waktu itu?" mereka saling terdiam. Hingga suara tawa itupun terdengar dari namja yang duduk di samping Lisa.
"Ah, ternyata kau masih mengingat nya."
"Hm, tentu saja. Jadi, kenapa kau meminta ku untuk datang kesini Bambam?" Ia tak langsung menjawab. Tentu saja hal ini membuat Lisa semakin bingung.
Tadi pagi, Bambam tiba-tiba meminta Lisa untuk datang ke taman siang ini. Ia tidak jelaskan alasannya karena ingin mengatakan langsung pada Lisa sekarang. Tapi setelah ditanya, temannya itu justru hanya diam tak mengucapkan apapun.
"Wae geurae? Semua baik-baik saja, kan?"
"Mwo? Ah, ya. Aku meminta mu datang bukan untuk membuat mu khawatir."
"Lalu?" Bambam tampak memainkan jemarinya gusar. Ia benar-benar tak tau harus dari mana memulai pembicaraan ini.
"Jika kau tak ingin mengatakan nya sekarang, lebih baik aku pulang."
"A-aku akan mengatakan nya. Jadi duduk dan diam lah," Lisa mendengus kesal saat Bambam menahan tangannya. Ia pun kembali duduk dan menatap wajah temannya itu yang tampak gelisah.
"Lalice, aku tidak tau apa ini bisa menjadi hal baik untuk mu." Lisa semakin bingung. Hal apa yang sebenarnya ingin dikatakan Bambam hingga ia menjadi ragu seperti ini?
"Ibuku, dia ingin bertemu dengan mu," terdiam. Itulah reaksi yang ditunjukkan Lisa sekarang. Ia bahkan tak percaya bahwa apa yang dikatakan temannya itu benar.
"Aku juga tidak mengerti. Tapi, dia terlihat aneh belakangan ini."
"Apa maksud mu?"
"Ibuku bukan seseorang yang selalu bersikap baik, tapi kau tau bagaimana sikap nya sekarang?" Lisa menggeleng. Tentu ia tak tau karena Lisa sendiri pun tak pernah bertemu dengan Sojung sejak pertengkaran waktu itu.
"Dia tak lagi berbicara kasar seperti dulu. Dan sekarang pun, dia sudah lebih memperhatikan ku." Senyum bahagia itu pun terukir dikedua sudut bibir Lisa. Ini adalah hal baik yang dengar.
Ia masih ingat betapa tak sukanya Bambam terhadap ibunya sendiri. Itu sudah jelas karena sikap ibunya yang memang tak pernah memberikan perhatian kepada Bambam. Bahkan tak sesekali kedua orang tua temannya itu bertengkar hanya karena masalah kecil. Lisa tau, karena memang Bambam akan pergi ke apartemen nya dulu jika suasana hatinya terasa tak baik.
Dan sekarang, setelah mendengar cerita Bambam. Perasaan Lisa benar-benar lega. Jika seperti ini, maka Bambam pun sudah mendapatkan kebahagiaan yang lengkap. Ini adalah hal yang luar biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alone[End]✔
ContoAku ada tapi tiada. Kesepian telah menjadi temanku, dan hadirku hanya benalu. "Sebenarnya apa tujuan mu?" - Park Jisoo "Apa yang kau inginkan? Uang?" - Park Jennie "Kembalikan kebahagiaan keluarga ku!" - Park Chaeyoung "Aku hanya ingin diakui." - L...