Pagi ini, ruangan luas bernuansa putih itu tampak sepi. Tak ada tanda-tanda kehadiran seseorang di sana, terlihat kosong dan hening.
Sudah hampir dua minggu sejak gadis berponi itu di pindahkan dari ruang ICU ke ruangan rawat inap mewah yang berbau obat-obatan itu. Meski memiliki fasilitas yang sangat lengkap, tetap saja ia merasa bosan jika terus menerus berada di sana.
Dan hari ini, untuk pertama kalinya ia kembali menginjakkan kakinya ke lantai yang dingin, setelah cukup lama ia terbaring tanpa bisa melakukan apapun.
...
Air keringat itu pun bercucuran membasahi wajah mungil nya. Tubuh kurusnya terus bergetar saat ia memaksakan diri untuk tetap berjalan dengan tangan yang terus menggenggam dua besi panjang di samping nya. Sesekali ia menoleh ke luar ruangan sembari tersenyum saat mendapati keluarga nya tengah memberikan semangat untuk nya."Kau sudah terlihat lelah, Lalice. Kita bisa selesaikan fisioterapi hari ini," mata hazel Lisa melirik ke arah dokter yang selalu mengawasi nya saat berada di rumah sakit. Senyum tipis itu terukir di kedua sudut bibir Lisa.
"Aniyo, jangan remehkan aku. Tubuhku tidak selemah itu," dokter yang berumur lanjut itu menghela napas berat. Ia tau bahwa gadis berponi ini memang tak mudah menyerah, tapi tetap saja jika dipaksakan justru akan mengganggu kesehatan nya sendiri.
"Tapi---"
"Satu kali lagi, dokter Jung. Setelah itu aku akan istirahat." Cukup lama dokter Jung terdiam hingga akhirnya ia pun mengangguk.
Keluarga park tampak menatap sendu sang bungsu yang kini terlihat begitu lelah. Mereka senang karena keadaan Lisa kembali stabil, tapi ia harus melakukan fisioterapi untuk memulihkan otot-otot kakinya yang kaku karena selama dua bulan ia terus terbaring di ruangan dingin tanpa kepastian apapun.
Bruk~
"Lisa!" dengan panik mereka masuk ke dalam ruangan terapi itu ketika melihat sang bungsu yang terjatuh dengan napas yang terengah.
"Kau tidak apa-apa?"
"Hm, gwenchana." Gadis berpipi mandu itu tampak mengigit bibir bawahnya gusar saat melihat wajah sang bungsu yang memerah. Ia menyeka air keringat yang kini membasahi wajah mungil adiknya.
"Ya! Kenapa kau selalu memaksakan diri, eoh? Bagaimana jika terjadi sesuatu yang buruk padamu? Kau---"
"Jennie unnie, aku baik-baik saja. Sungguh," Jennie terdiam saat mendengar ujaran Lisa. Entah kenapa, saat sang adik mengatakan bahwa ia baik-baik saja hatinya justru terasa tercubit. Kalimat itu, tak sesuai dengan raut wajah yang Lisa tunjukkan. Dan hal itu benar-benar menyakiti nya.
"Sudah cukup untuk hari ini. Sekarang kau harus istirahat, Lalice." Gadis berponi itu menoleh ke arah dokter Jung saat ucapan yang wanita itu lontarkan terdengar datar. Ia tertunduk sembari meremas kedua tangannya kuat, kemudian ia menghela napas panjang.
"Bolehkah aku pergi ke taman?"
"Mwo? Sekarang apa lagi, kau tidak dengar apa yang dikatakan dokter Jung?" Lisa bergidik ngeri saat tak sengaja menatap wajah gadis blonde yang kini terlihat begitu marah.
"Yang dikatakan Rosé benar, Lisa-ya. Sebaiknya kita kembali ke ruangan mu, kau harus istirahat." Gadis berponi itu tampak menatap keluarga nya satu per satu. Kemudian ia kembali tertunduk sembari tersenyum tipis.
"Aku hanya bosan karena terus berada di sana, unnie." Suara Lisa terdengar lirih. Mereka mengerti bagaimana perasaan sang bungsu saat ini. Terus berada di ruangan tanpa melakukan apapun pasti sudah membuat nya begitu jenuh.

KAMU SEDANG MEMBACA
Alone[End]✔
Historia CortaAku ada tapi tiada. Kesepian telah menjadi temanku, dan hadirku hanya benalu. "Sebenarnya apa tujuan mu?" - Park Jisoo "Apa yang kau inginkan? Uang?" - Park Jennie "Kembalikan kebahagiaan keluarga ku!" - Park Chaeyoung "Aku hanya ingin diakui." - L...