29- Can't accept

9.2K 859 78
                                    

Tidak ada yang bisa menebak takdir, dan tak akan mungkin untuk kita menghindari nya. Terkadang kita harus menjalani kehidupan meski ada begitu banyak luka yang menyakiti perasaan.

Selama ini, Lisa tak pernah berpikir akan menjadi salah satu bagian dari anggota keluarga park. Kehidupan memang penuh dengan misteri dan teka-teki, itulah yang dipikirkan nya.

Hari-hari yang dijalani oleh Lisa memang terlihat monokrom, abu-abu tanpa warna. Sejak kehadiran nya di keluarga park, belum sekalipun ia mendapatkan senyuman dari ketiga kakaknya.

Menyakitkan memang, tapi ia mencoba untuk mengerti. Siapa yang akan menerima kenyataan bahwa seorang anak dari istri simpanan ayah mereka akan tinggal di dalam satu rumah yang sama? Lisa tidak tau sampai kapan ia akan diterima, namun setidaknya ia ingin berusaha agar kehadiran nya dapat dilihat oleh mereka.

"Ah, appa ingin mengatakan sesuatu," perhatian mereka kini beralih pada pria berwajah tegas itu. Sekarang mereka berada di ruang keluarga, menikmati waktu santai pada sore hari. Mengobrol ringan meski suasana di antara mereka masih tampak tak begitu nyaman.

"Wae geurae, appa?" Jisoo bertanya karena wajah sang ayah tampak begitu serius. Pertanda bahwa memang ada sesuatu hal penting yang harus di sampaikan.

Jiyong menatap satu persatu anggota keluarga nya. Mereka terlihat sangat penasaran dengan kalimat yang akan ia ucapkan nanti. Hingga mata tajamnya kini tertuju pada sang bungsu, yang duduk di samping Yuri sembari menunduk.

"Appa akan mengumumkan status Lisa di anggota keluarga park secara resmi."

"Mwo?" mereka tampak terkejut dengan pernyataan Jiyong. Tak terkecuali Lisa yang membeku di tempat sembari menatap sang ayah gusar.

"Appa tidak ingin lagi mengulur waktu untuk hal penting seperti ini. Mereka harus tau, bahwa Lisa adalah putri bungsu keluarga park."

"Jangan bercanda, appa tidak memikirkan bagaimana reaksi orang-orang setelah mengetahui hal yang sebenarnya?" gadis berpipi mandu itu berujar kesal. Bahkan ia berdiri dari tempat duduk nya dan kini menatap kedua orang tuanya satu persatu dengan jengah.

"Wae? Memang nya kenapa dengan mereka? Dia adalah Lalisa park, dia putri bungsu keluarga park. Kenapa harus mencemaskan reaksi orang-orang?" Jennie menggeram kesal setelah mendengar ujaran datar milik sang sulung. Kakaknya itu hanya akan bersuara jika dia mencoba untuk memojokkan Lisa, dan Jennie benar-benar tak menyukai hal itu.

"Apa kau lupa, oppa? Gadis itu adalah hasil sebuah kesalahan dari ayah yang selalu kita banggakan. Tidak kah hal itu akan mencemari nama baik keluarga park?"

Deg

Kalimat yang di ucapkan gadis bermata kucing itu benar-benar mampu menyayat perasaan Lisa. Matanya kini terasa sangat panas karena air mata yang menggenang. Kali ini, dia kembali mendengarkan kalimat menusuk itu dari Jennie. Dan dari kalimat itu saja, Lisa bisa mengetahui. Bahwa sampai saat ini pun, kehadiran nya tak akan pernah di terima oleh Jennie.

"Lisa pantas untuk mendapatkan pengakuan, Jennie-ya. Dia bukan kesalahan yang akan menjadi aib keluarga ini, dia adalah Lisa. Dan sampai kapan pun akan seperti itu," suara serak itu terdengar dari pria berumur yang kini menatap cucunya lirih. Ia tak menyangka Jennie akan mengatakan kalimat menyakitkan seperti itu.

"Bukan kesalahan? Jangan membuat ku tertawa. Dia hadir di keluarga ini saja sudah menjadi sebuah kesalahan. Karena sedari awal tidak seharusnya dia datang ke keluarga ini," Lisa meremas celana yang ia kenakan karena kini hatinya terasa begitu sakit.

Alone[End]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang