Malam ini langit tampak begitu cerah, tak lupa dengan kehadiran bintang yang memanjakan mata. Serayu angin malam berhembus lembut hingga dingin menyelimuti.
Di dalam ruangan bernuansa putih, gadis berponi itu tampak berdiri di balkon. Menatap langit gelap yang dihiasi oleh bintang dengan cahaya redupnya. Sesekali ia juga menutup kedua matanya, membiarkan angin itu membelainya lembut.
Lisa tersadar dari lamunannya saat mendengar suara pintu ruangan yang terbuka. Ia menoleh kebelakang, lalu tersenyum lebar ketika mendapati gadis blonde yang kini memeluk nya erat.
"Mian, aku baru mengunjungi mu sekarang."
"Gwenchana, unnie. Kau pasti sibuk dengan urusan klub musik mu, kan?" Rosé mengangguk pelan, ia melepas pelukan itu dari Lisa dan kembali menatap sang bungsu lekat.
"Kau sudah meminum obat mu?"
"Hm, sudah. Jika kondisi ku tetap stabil seperti ini, dokter Jung akan mengizinkan ku pulang." Rosé membulatkan kedua matanya, lalu memeluk gadis berponi itu dengan sangat erat.
"Syukur lah, aku benar-benar bahagia. Kalau begitu kau harus istirahat sekarang," Rosé menarik tangan kurus Lisa menuju ranjang. Lalu ia menyuruh adiknya itu untuk berbaring dan tidur.
"Tapi, unnie. Aku belum mengantuk," Lisa berujar pelan. Sejak ia berada di rumah sakit, Lisa sangat sulit untuk terlelap. Walaupun tertidur pun, ia pasti akan terjaga di tengah malam.
"Kalau begitu---"
"Lisa-ya~" Rosé tampak menekuk kan wajahnya saat melihat kehadiran kakak keduanya itu yang merusak momennya bersama sang bungsu. Dengan kedua pipi yang menggembul, ia melangkah kesal ke sebuah sofa yang ada di ruangan itu dan duduk di sana.
"Lihat apa yang unnie bawakan untuk mu," senyum sumringah itu tampak dari wajah mungil Lisa saat melihat sang kakak yang membawakan video game untuk nya. Tidak dengan Rosé yang kesal sembari menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
"Ya, Jisoo unnie. Kau ingin mengajak Lisa memainkan game itu malam ini?" yeoja dengan surai hitam itu menoleh kearah gadis blonde yang kini menatap nya sinis. Lengkungan senyum itu pun terukir di kedua sudut bibir Jisoo.
"Wae? Kau juga ingin bermain?"
"Ani, malam ini Lisa tidak boleh tidur larut. Unnie juga tau kan, Lisa harus menjaga kesehatan nya." Jisoo menoleh kearah sang bungsu yang tampak murung. Ia tau bahwa adiknya itu tidak bisa tidur malam ini, karena bukan hanya sekali ia mengajak Lisa untuk memainkan game bersama. Tapi hampir setiap hari.
"Aku baik-baik saja Rosé unnie, lagi pun aku belum mengantuk." Gadis blonde itu melirik kearah Lisa, menatap nya jengah karena adiknya itu selalu saja mengabaikan perkataan nya.
"Jadi kau membantah ku?"
"A-aniyo, bukan itu maksud ku. Hanya saja---"
"Aku sudah katakan, kau harus menjaga kesehatan mu. Bukankah kau sendiri yang mengatakan jika keadaan mu stabil, maka dokter Jung akan mengizinkan mu pulang?" Lisa terdiam mendengar ujaran sang kakak. Ia melemaskan bahunya dengan wajah yang tampak murung. Jisoo melihat perdebatan mereka, ia mengusap wajahnya kasar kemudian menghela napas berat.
"Hanya satu kali, setelah itu kau harus tidur."
"Jisoo unnie---"
"Rosé-ya, justru sikapmu yang akan membuat Lisa tertekan. Kau boleh mengkhawatirkan nya, tapi jangan melewati batas." Rosé terhenyak mendengar ucapan Jisoo. Ia menoleh ke arah gadis berponi yang tertunduk. Sepertinya yang dikatakan oleh kakaknya itu benar, ia sudah sangat berlebihan pada Lisa hingga ia merasa terkekang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Alone[End]✔
KurzgeschichtenAku ada tapi tiada. Kesepian telah menjadi temanku, dan hadirku hanya benalu. "Sebenarnya apa tujuan mu?" - Park Jisoo "Apa yang kau inginkan? Uang?" - Park Jennie "Kembalikan kebahagiaan keluarga ku!" - Park Chaeyoung "Aku hanya ingin diakui." - L...