28- Cherish

8.9K 801 67
                                    

Kali ini ia harus menikmati waktu di sekolah dengan kesendirian. Rasa sepi itu mencuat karena ia tak dapat mendengarkan suara berisik dari teman sekelas nya. Gadis berponi itu memang tak memiliki teman selain Eunha, dan sekarang ia benar-benar tidak tau harus melakukan apa.

Jam makan siang sudah berlalu beberapa menit yang lalu. Tapi gadis berponi itu tak melakukan apapun selain duduk diam di kelas. Memperhatikan teman-teman nya yang sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing.

Gadis jangkung itupun memilih untuk keluar dari kelas karena sekarang ia mulai merasa jenuh. Ia memang sudah terbiasa sendiri, hanya saja ada sesuatu yang kurang. Dan Lisa tak tau apa itu.

Ia menelusuri setiap koridor hingga kaki jenjang nya justru berhenti di depan sebuah pintu besar bewarna putih dengan papan tulisan ruang musik tergantung dengan jelas di sana.

Lisa sangat jarang masuk ke dalam ruangan itu kecuali jika ada kelas musik. Tapi sekarang, naluri nya berkata untuk masuk ke dalam sana. Mungkin saja ia akan menemukan sesuatu hal yang akan membebaskan nya dari kejenuhan.

Saat pintu terbuka, Lisa selalu kagum dengan luas dan lengkap nya peralatan yang ada di ruang musik. Perlahan ia melangkah masuk lalu menatap satu persatu alat musik yang ada di ruangan itu.

Salah satu alat musik yang menarik perhatian nya saat ini adalah sebuah piano berwarna hitam mengkilap. Lisa tak kuasa menyembunyikan senyum bahagia nya ketika melihat piano itu. Hatinya tergerak untuk memainkannya meski hanya satu lagu.

Jari lentik gadis berponi itu mulai menekan setiap not balok piano hingga melodi merdu nan indah itu terdengar begitu menenangkan. Lisa memang tampak menikmati nya. Sesekali ia memejamkan kedua matanya, membiarkan setiap melodi syahdu itu masuk kedalam indera pendengaran nya.

"Ternyata kau bisa memainkan piano?" Lisa tersentak kaget saat suara seorang namja tiba-tiba terdengar. Ia menghentikan permainan pianonya, lalu menoleh kebelakang. Lisa mendapati seorang namja bertubuh tinggi itu kini tersenyum manis kearahnya.

"Ah, Jungkook-ssi. Kau disini?"

"Kau lupa menutup pintu, jadi permainan piano mu terdengar sayup-sayup dari luar." Lisa melirik kearah pintu ruang musik yang terbuka. Sangking semangat nya, ia sampai lupa menutup pintu itu.

"Apa aku mengganggu mu karena datang dengan tiba-tiba seperti ini?"

"Aniya, tidak masalah." Jungkook tersenyum. Ia benar-benar tak menyangka akan tiba saat dimana hanya ada ia berdua bersama Lisa. Jadi dia bisa berbicara lebih leluasa lagi dengan gadis berponi itu.

"Hm, tumben kau datang ke sini? Tidak biasanya," namja itu kembali bertanya sembari melangkah memutar mengelilingi ruang musik.

"Hanya bosan saja," Jungkook mengangguk sembari tersenyum tipis. Gadis berponi itu memang hanya menjawab singkat tanpa basa basi.

"Kau datang sendiri? Dimana yeoja yang selalu menempel padamu itu?" Lisa menatap sinis namja itu tak suka, lalu ia kembali berbalik menghadap piano.

"Namanya Eunha, dia tidak hadir karena harus ikut keluarga nya pergi mengunjungi neneknya yang sakit." Jungkook terkekeh saat melihat wajah mungil gadis berponi itu menekuk.

Sebenarnya sudah sangat lama Jungkook menunggu saat seperti ini. Yang dimana hanya ada mereka berdua saja meski dalam waktu yang sebentar. Setidaknya ia bisa berbicara dengan nyaman dengan gadis berponi itu.

Cukup lama terdiam dalam hening, lengkungan senyum dari dua sudut bibir namja itu pun terlihat. Perlahan ia melangkah dan berdiri di samping Lisa yang duduk di depan piano.

Alone[End]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang