Gadis berpipi mandu itu tampak melangkah keluar dari kampusnya menuju tempat mobil nya terparkir. Ia terlihat begitu buru-buru karena memang ingin langsung pergi ke rumah sakit.
Namun langkah nya terpaksa berhenti saat menyadari bahwa ada seseorang yang menghadang jalannya. Jennie memutar bola matanya jengah. Setelah sekian lama ia tak pernah melihat adanya tanda-tanda kehadiran yeoja ini, akhirnya ia datang dengan sendirinya.
Awalnya Jennie berpikir bahwa yeoja itu sudah menyerah untuk ikut campur dengan kehidupannya. Namun sepertinya ia salah, ia justru kembali dengan wajah santainya itu.
"Sekarang apa lagi yang kau inginkan?" yeoja dengan surai gelombang nya itu hanya diam. Ia menatap lekat gadis berpipi mandu di hadapannya lalu menyunggingkan senyum tipis.
"Apa seperti ini cara menyapa sepupumu sendiri, Jennie?" gadis bermata kucing itu tertegun. Ada yang berbeda dengan sosok yeoja di hadapannya ini. Sikapnya pun tampak begitu aneh.
"Kau hanya ingin terus basa-basi seperti ini? Jika tidak ada yang ingin kau sampaikan, lebih baik kau minggir sekarang." Yeoja itu terkekeh pelan. Lalu menatap Jennie jengah.
"Jika kau masih bisa bersikap angkuh seperti ini, sepertinya kau baik-baik saja." Jennie mengkerut kan keningnya bingung. Jika boleh jujur, ada perasaan tak nyaman yang membuat gadis berpipi mandu itu menjadi gusar.
"Apa kau tidak ada kepentingan lain hingga selalu saja mengganggu, Dahyun? Sikap mu sudah membuat ku muak," rasa kesal terhadap sikap sepupunya yang menjengkelkan itu semakin menyeruak hingga Jennie tanpa basa-basi mengatakan apa yang ingin ia katakan.
Jennie pikir, ucapan yang ia katakan dulu akan membuat yeoja di hadapannya itu jera untuk terus merusak ketenangan nya dan juga keluarga nya. Tapi ternyata salah, kini ia justru semakin menjadi-jadi.
"Aniyo, aku hanya ingin mengucapkan selamat padamu." Dahyun tersenyum sembari mengulurkan tangan kanannya. Mata kucing Jennie melirik tangan yang diulur kan Dahyun. Ia benar-benar tak mengerti akan maksud perkataan yeoja itu. Dalam rangka apa ia mengucapkan selamat, dan kenapa baru sekarang? Jennie mengusap wajahnya kasar. Untuk apa juga ia memikirkan hal yang tidak penting seperti itu?
"Kau sudah membuang-buang waktuku, Dahyun."
"Aku dengar kau hampir saja mengalami kecelakaan, bukankah begitu?" ucapan Dahyun mampu menghentikan langkah Jennie. Ia kembali menoleh kearah yeoja itu yang tersenyum kearahnya.
"Selamat karena kau terhindar dari kecelakaan itu. Aku senang kau tampak baik-baik saja," Jennie menatap yeoja bersurai gelombang itu jengah. Ia tak habis pikir hanya karena hal itu Dahyun sampai mengucapkan nya selamat. Ia tak tau apakah harus senang atau mungkin curiga? Tapi untuk sekarang Jennie tak ingin memikirkan hal-hal tak penting apalagi menyangkut tentang sepupunya yang aneh ini.
"Aku harap kau benar-benar khawatir padaku," setelah mengucapkan kalimat itu Jennie berlalu pergi meninggalkan Dahyun yang menatap nya sembari tersenyum.
Yeoja itu tampak masih betah berdiri di tempat awal sembari menatap kepergian gadis berpipi mandu yang meninggalkan pekarangan kampus. Lalu ia beralih menatap tangan kanannya yang sempat tak di gubris oleh Jennie. Kemudian senyum miring itu terukir disudut bibir nya.
"Kau benar-benar memuakkan."
.
.
.Malam ini langit tampak begitu cerah, sang bintang yang selalu saja menutup diri kini tampak menunjukkan kehadiran nya. Tidak sampai disitu, bulan pun juga terlihat bersinar dengan cahaya lembut nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alone[End]✔
ContoAku ada tapi tiada. Kesepian telah menjadi temanku, dan hadirku hanya benalu. "Sebenarnya apa tujuan mu?" - Park Jisoo "Apa yang kau inginkan? Uang?" - Park Jennie "Kembalikan kebahagiaan keluarga ku!" - Park Chaeyoung "Aku hanya ingin diakui." - L...