Gadis blonde itu tampak duduk diam, sembari memangku dagunya menatap luar jendela yang basah karena rintik hujan. Pikiran nya sekarang tak berada di satu tempat, bahkan ia tak memperdulikan sedikitpun pelajaran yang diterangkan di depan kelas.
Pikiran nya tak tenang, hati nya pun gelisah. Ia tak tau sejak kapan perasaan nya menjadi kacau seperti ini. Dan ia tak mengerti kenapa harus mengalami semua ini.
"Rosé-ya~" mendengar ada seseorang yang memanggil namanya, gadis itu pun menoleh ke samping. Berdesis kesal ketika melihat wajah teman sekelasnya itu yang tampak menyebalkan.
"Wae?"
"Aku tau sekarang kau merasa gelisah. Apa kau sedang mengkhawatirkan seseorang?" Rosé memilih diam tak mengatakan apapun.
Tentu saja sikap gadis blonde yang lumayan menyebalkan ini membuat Mina tak sabaran.
"Ya, katakan saja kalau kau benar-benar mengkhawatirkan Lalice!" suara Mina yang meninggi pun menarik perhatian orang-orang yang berada di kelas. Termasuk ssaem mereka yang kini menatap Mina jengah.
"Tidak bisa kau pelan kan suara mu? Kita akan mendapat masalah nanti."
"Mian. Lagi pula tak masalah, karena sekolah ini milik appa mu." Rosé memutar bola matanya kesal mendengar ujaran temannya itu. Tidak dengan Mina yang terkekeh karena puas meledek Rosé.
"Mina-ya?"
"Hm?"
"Apa kau merasa ada sesuatu yang berbeda dari gadis itu?" Mina mengernyitkan kening nya sembari menatap Rosé bingung. Kini mereka berdua benar-benar tak memperhatikan pelajaran sedikitpun.
"Siapa yang kau maksud?"
"Ya, memang nya siapa lagi kalau bukan Lisa!"
"Kalian berdua jika tak ingin memperhatikan pelajaran silahkan keluar sekarang!"
....
Gadis berponi itu meringkuk, seragamnya tampak begitu berantakan. Wajah mungilnya juga terlihat basah karena air mata. Gelap, hanya suara deru napas memburu dan rintik hujan yang terdengar. Bau debu juga tercium hingga terasa menyesakkan.
Mata hazel miliknya bergetar, menatap lirih dua yeoja di hadapannya yang kini tertawa puas. Ia memang tak kuasa lagi menahan tangis, sungguh. Kini tubuh nya terasa begitu sakit. Rasa nyeri di dadanya pun belum kunjung hilang. Ingin rasanya ia meraung melepaskan rasa sakit ini, tapi ia tak kuasa karena rasa sesak itu sudah menguasai nya saat ini.
"Kau terlihat sangat tidak berdaya," yeoja itu berucap sambil mencengkeram wajah Lisa.
"Wae? Kenapa kalian melakukan ini padaku?" mereka saling menatap. Suara gadis itu terdengar serak dan lirih. Mencubit perasaan siapapun yang mendengar nya. Tapi tidak dengan dua yeoja itu yang justru terus merundung Lisa hingga ia tersungkur tak berdaya.
"Kau tanya kenapa? Bukankah waktu itu kau merasa hebat karena sudah mempermalukan kami?" Nayeon berujar jengah. Menatap muak gadis berponi di hadapan nya.
"Aku muak padamu, seharusnya waktu itu kau ku habisi saja. Agar mulut mu itu bisa diam tak berbicara," dengan kasar Nayeon melepaskan cengkraman tangannya dari wajah gadis itu hingga ia terhempas membentur lantai.
Lisa meringis kesakitan, ingin sekali ia melawan seperti sebelumnya. Namun untuk berdiri saja rasanya sangat sulit. Tubuhnya terasa begitu lemas, bahkan untuk berbicara saja suaranya seakan tercekat. Tangan Lisa yang gemetar pun kembali terulur meremas seragam nya, rasanya benar-benar menyiksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alone[End]✔
Short StoryAku ada tapi tiada. Kesepian telah menjadi temanku, dan hadirku hanya benalu. "Sebenarnya apa tujuan mu?" - Park Jisoo "Apa yang kau inginkan? Uang?" - Park Jennie "Kembalikan kebahagiaan keluarga ku!" - Park Chaeyoung "Aku hanya ingin diakui." - L...