Tidak ada yang tau bagaimana garis takdir yang sudah Tuhan tetapkan untuk para manusia. Kebahagiaan tak selama nya selalu kekal, akan ada dimana kita merasakan sebuah kesedihan sebagai pemanis kehidupan.
Selama ini, ada begitu banyak lika-liku kehidupan yang Lisa lalui. Ada banyak kenangan manis maupun pahit yang ia rasakan. Bertahan hidup dengan rasa sakit, dan selalu dibayangi oleh perasaan putus asa. Hingga kalanya ia diberi kesempatan oleh Tuhan untuk menikmati kehidupan. Waktu yang Tuhan berikan untuk nya agar ia bisa merasakan sebuah kebebasan. Tapi semua itu tak berlangsung lama dan hanya sementara.
Tapi setidaknya, dalam waktu yang singkat itu lah. Tuhan sudah memberikan ia hadiah kebahagiaan yang luar biasa, sesuatu yang bahkan tak pernah ia sangka sebelum nya.
Keluarga
Ia tak tau apa yang akan terjadi kedepannya, ia tak tau rencana apalagi yang di rancang Tuhan untuk nya. Namun Lisa tetap bersyukur, karena kebahagiaan tak sempurna yang di dapat kan dulu, kini telah diberikan Tuhan untuk nya.
....
Gadis berponi itu tampak duduk di pinggir ranjang sembari menatap jendela yang terbuka, sudah hampir satu minggu ia berada di ruangan bernuansa putih ini. Dan Lisa benar-benar merasa jenuh. Ia sama sekali tidak diizinkan untuk keluar dari ruangan ini. Meski kamar yang ia tempati adalah sebuah ruangan VVIP yang sangat luas dengan fasilitas lengkap, tapi tetap saja ia merasa sangat bosan.
"Lisa-ya," gadis jangkung itu tersentak kaget. Ia menoleh kebelakang dan mendapati seorang yeoja dengan surai hitamnya tengah berdiri di ambang pintu.
"Eoh, Jisoo unnie? Bukankah kau harus ke kantor?"
"Ani, hari ini aku ingin menemani mu." Jisoo berujar sembari mengambil tempat duduk di samping ranjang sang bungsu. Ia tampak menatap wajah adiknya yang mulai menirus dengan bibir yang pucat.
"Ya, apa kau tidak makan dengan benar? Di mana pipi gembul mu itu?" Lisa meringis pelan saat sang kakak mulai mencubit pipinya.
"Makanan rumah sakit tidak enak, rasanya sangat hambar." Jisoo melepaskan tangannya dari pipi Lisa. Ia melirik kepiiring makanan yang ada di atas nakas.
"Jadi kau belum makan siang?" Lisa menggeleng pelan. Sebenarnya sebelum Jisoo datang, sang ibu sudah lebih dulu menemani nya sejak pagi. Yuri memaksa Lisa untuk makan siang, tapi ia terus saja menolak. Hingga sang ibu pasrah, dan kembali pulang untuk memasakkan makanan kesukaan Lisa.
"Tapi kau harus memakannya, Lisa-ya. Bagaimana kau---"
"Aku sedang menunggu masakan eomma, unnie." Yeoja dengan surai hitam tampak menatap Lisa lekat. Ia pun meraih piring makanan itu dan kembali duduk di samping Lisa.
"Apa makanan nya tidak seenak itu?" Jisoo menatap makanan yang kini ia pegang.
"Hm, sangat tidak enak. Aku selalu memakannya dulu, tapi sekarang rasanya sudah tidak sanggup." Yeoja itu hanya diam, ia masih fokus pada makanan yang di pegang. Selama ini Jisoo belum pernah menginap di rumah sakit apalagi memakan makanannya. Jadi ia benar-benar tidak tau rasanya seperti apa.
Karena penasaran, Jisoo pun mencicipi makanan itu. Baru di ujung lidah saja, ia langsung berdiri karena rasanya yang benar-benar hambar dan tak enak.
"Ya! Bagaimana bisa mereka memberikan makanan seperti ini padamu?" Lisa terkekeh saat melihat wajah sang kakak yang memerah karena kesal. Jisoo kembali meletakkan makanan itu di atas nakas dan meminum air putih hingga kering.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alone[End]✔
NouvellesAku ada tapi tiada. Kesepian telah menjadi temanku, dan hadirku hanya benalu. "Sebenarnya apa tujuan mu?" - Park Jisoo "Apa yang kau inginkan? Uang?" - Park Jennie "Kembalikan kebahagiaan keluarga ku!" - Park Chaeyoung "Aku hanya ingin diakui." - L...