04- Meet Up

10K 905 62
                                        

"Kau yakin tidak mau diantar? Sekarang sudah gelap." Lalice mengangguk yakin saat Eunha menawarinya untuk pulang bersama.

Jawaban gadis berponi itu masih sama setelah ditanya lebih dari lima kali. Membuat Eunha menghela napas pasrah dan mencoba untuk mengerti.

"Hah, baiklah. Aku lupa kalau kau ini keras kepala." Ucapan Eunha mampu mengundang tawa kecil untuk Lalice. Gadis dengan surai hitam bergelombang itu pun segera masuk ke dalam mobil.

"Sampai jumpa besok."

"Hm."

Lalice kembali termenung di depan gerbang sekolah karena mobil jemputan Eunha sudah pergi meninggalkan perkarangan sekolah. Kini ia kembali seorang diri, terhanyut dalam lamunan sambil menatap langit yang mulai gelap.

Di dalam hening, ia dapat merasakan detak jantung nya yang mulai tenang. Lalice menghirup udara dalam-dalam dan menghembuskan nya secara perlahan. Lalu memilih beranjak dari sekolah yang sudah sepi sebelum ia diceramahi oleh sang ibu.

Kaki jenjang Lalice mulai menelusuri jalanan yang terlihat sepi. Ia memilih melewati jalan yang lebih cepat sampai menuju apartemen nya tanpa harus menunggu bus di halte. Tak kan ada rasa takut yang menyelimuti gadis bersurai cokelat itu, karena sudah hampir dua tahun ia selalu melewati jalanan sepi ini setiap hari.

Bukan hanya sepi, bahkan jalan yang Lalice lewati sangat hening dan mencekam. Hingga samar-samar suara derap langkah mulai terdengar memecahkan keheningan.

"Tolong!"

Lalice dapat mendengar suara teriakan nyaring itu dengan sangat jelas. Membalikkan tubuhnya lalu mengedarkan pandangan mencari sosok yeoja yang berteriak meminta tolong.

Hingga mata hazel itu menangkap kehadiran seorang gadis blonde yang tengah berlari sangat kencang dengan wajah yang terlihat sangat panik. Lalice terperanjat melihat yeoja yang mengenakan seragam sekolah sama seperti dirinya, hanya saja warna almamater mereka berbeda.

"Jebal! Ku mohon seseorang tolong a--" Tanpa pikir panjang Lalice menarik tangan gadis blonde itu bersembunyi dibalik dinding. Menutup mulut nya agar suara nyaring itu tak lagi terdengar.

Jalanan yang mereka lewati memang memiliki pencahayaan yang minim, hingga Lalice yakin orang-orang berbadan besar yang sedang mengejar yeoja ini tak akan menyadari bahwa mereka sedang bersembunyi.

"Kemana dia?"

"Ah sial! Kita kehilangan jejak nya lagi!"

Suara berat milik dua orang namja berbadan besar yang mengenakan seragam serba hitam itu terdengar memecahkan keheningan. Disusul oleh suara dering ponsel yang berbunyi dengan sangat nyaring.

"Maaf tuan, kami kehilangan jejak gadis itu."

"..."

"Ba-baik, Tuan."

Panggilan berakhir dan mereka pun berlalu pergi. Benar saja, tak satupun dari mereka menyadari bahwa yeoja yang mereka kejar sedari tadi tengah bersembunyi dibalik dinding.

Setelah memastikan namja berbadan besar itu pergi, Lalice pun menarik tangan gadis blonde itu keluar dari persembunyian mereka menuju jalan dengan cahaya yang lebih terang.

Lalice menyadari bahwa yeoja yang ada hadapannya ini masih dalam keadaan shock. Bahkan wajah nya terlihat pucat, mungkin karena ia terlalu takut dengan kemungkinan buruk yang terjadi.

"Tenang lah, mereka sudah pergi." Lalice berujar, mencoba untuk menenangkan gadis blonde dihadapannya ini.

Namun bukannya tenang, yeoja itu justru semakin kalut. Napasnya masih tak beraturan. Yang ia butuhkan sekarang adalah air, lalice pun mengambil botol air mineral di tas nya yang sempat ia beli sebelum pulang.

Alone[End]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang