12 -Impossible

7.9K 825 40
                                    

"Total harga semua pesanan Anda 40.000 Won, Tuan." Pria bertubuh tegap di depan meja kasir itu tampak mengangguk. Mengeluarkan beberapa lembar uang dan memberikannya pada Lalice.

Ia dapat melihat tangan gadis yang menjadi kasir restauran itu penuh dengan memar. Ternyata dugaan nya benar, ia tak salah lihat. Bahkan wajah mungil gadis itupun penuh dengan plester.

Ia tahu bahwa gadis dihadapan nya itu masih seorang pelajar. Dan tidak seharusnya anak dibawah umur bekerja hingga larut malam seperti ini.

"... Kenapa kau bekerja?" Lalice mendongak karena tiba-tiba pria muda itu bertanya. Ia tersenyum tipis dan kembali berkutat pada mesin penghitung.

"Tentu saja untuk mendapatkan uang." Jawaban Lalice mampu membuat pria bertubuh tegap itu bungkam.

"Kau--"

"Tuan Sehun." Pria berwajah dingin itupun terpaksa menghentikan ucapannya ketika salah satu bodyguard datang dengan terburu-buru.

Lalice hanya diam ketika dua orang namja dihadapan nya itu terus membicarakan hal yang tak dimengerti oleh nya. Ia bisa tebak bahwa mereka sedang membahas hal yang serius. Di lihat dari raut wajah keduanya yang panik.

"Kita pergi sekarang." Sehun berujar dengan nada gusar, berlalu pergi meninggalkan restauran bersama dengan para pengawalnya. Lalice yang tersadar bahwa mereka sudah pergi sontak berteriak panik karena uang kembalian pria muda itu belum dikembalikan.

"Tuan! Uang kembalian Anda--"

"Untukmu saja."

Lalice terperangah, menatap punggung pria berwajah dingin itu yang perlahan menghilang dari balik pintu restauran. Lalu beralih menatap lembaran uang yang seharusnya ia kembalikan pada pelanggan tadi.

Jumlah uang yang dipegang Lalice lumayan banyak. Ia tidak berani jika harus menggunakan uang itu untuk keperluan nya. Hingga ia pun memasukkan uang itu kedalam saku berharap akan bertemu dengan pria itu lagi untuk mengembalikan uangnya.

.  .  .  .

"Halo, Tuan. Saya melihat putra sulung Jiyong Park keluar dari sebuah restauran."

"Hah, Sepertinya kita terlambat. Apa dia sudah bertemu dengan gadis itu?"

"Sepertinya begitu, tapi tidak ada gerak-gerik yang mencurigakan antara keduanya."

"Bagus, jangan sampai kita lengah. Aku ingin membuat kejutan menarik untuk mereka. Dan kau, pantau terus gadis itu. Aku tak ingin kehilangan jejaknya."

"Baik, Tuan."

Tut--

.
.

Sudah empat jam lamanya Lalice berkutat pada mesin penghitung dimeja kasir. Kakinya terasa lemas karena terlalu lama berdiri, dan akhirnya ia bisa duduk dengan tenang karena restauran tempat nya bekerja sudah tutup.

Rasa lelah itu kembali mencuat, sesekali gadis berponi itu meregangkan otot-otot nya yang mulai menegang. Ia tak menyangka dihari pertamanya bekerja langsung diramaikan oleh para pelanggan.

Setelah mengganti seragam, Ia pun bersiap untuk kembali ke apartemen. Entah kenapa Lalice menjadi rindu dengan kasur yang tak lagi empuk di rumah nya itu. Apalagi rasa nyeri di sekujur tubuhnya akibat rundungan dua yeoja tadi mulai kerasa. Membuat nya begitu ingin untuk terlelap dalam dunia mimpi dan melupakan kejadian buruk yang dialaminya hari ini.

Alone[End]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang