06- Hunch

8.1K 886 54
                                    

Hari ini, Lalice lebih banyak menghabiskan waktu nya di dalam ruang kesehatan dari pada belajar dikelas. Tapi bukan Lalice namanya kalau ia tak merasa bosan jika terus berada di ruangan serba putih itu. Hingga ia memilih untuk kembali ke kelas setelah mendapat persetujuan dari penjaga ruang kesehatan.

Alhasil, gadis berponi itu bisa mengikuti pelajaran terakhir. Setelah selesai, lalice mulai membereskan peralatan sekolah nya, hingga ia mendapati kotak bekal bewarna kuning di atas meja.

Lalice meringis kalau sudah membayangkan bagaimana wajah penuh kemarahan sang ibu jika ia tak memakan bekal buatannya. Bagi Lalice, masakan Seohyun adalah yang terbaik di dunia. Ia tak ingin menyia-nyiakan Makanan yang telah disiapkan oleh sang ibu dengan sepenuh hati. Tapi sekarang, ia sama sekali tak memiliki nafsu makan. Lalice pun memilih untuk membawa bekal yang masih utuh itu pulang dan memakannya di rumah.

Kaki jenjang Lalice mulai melangkah menelusuri koridor yang sepi. Hingga mata hazel nya mendapati seorang yeoja yang berlari ke arah nya.

"Kenapa kau mengikuti jam pelajaran terakhir, eoh?" Lalice terkekeh ketika melihat wajah teman nya yang memerah. Mungkin ia sedang menahan emosi yang sudah meluap-luap.

"Ya! Aku sekarang sedang serius."

"Aku bosan berada di sana." Eunha memajukan bibir bawahnya. Ia benar-benar kesal dengan sikap Lalice yang menganggap enteng kesehatan nya saat ini.

"Aku benar-benar khawatir padamu, Lalice." Gadis bersurai hitam itu menunduk, suaranya terdengar lirih. Lalice menatap Eunha sendu. Ia merasa bersalah karena telah membuat temannya itu sedih.

"Mianhae, Eunha-ya. Aku... Sudah merepotkan mu." Gadis bersurai hitam itu menggeleng cepat. Ia sama sekali tak direpotkan oleh Lalice.

"Aniya, kenapa kau harus meminta maaf? Apa aku ada mengeluh padamu?" Lalice hanya diam, ia benar-benar merasa tak enak dengan Eunha. Padahal mereka baru saja memulai pertemanan, tapi Lalice sudah merepotkan Eunha.

"Kau temanku, Lalice. Aku akan senang jika kau merepotkan ku. Itu lebih baik dari pada kau... Menyembunyikan rasa sakit mu dariku." Gadis berponi itu mendongak, menatap wajah temannya lekat. Perasaan nya menghangat setelah mendengar ucapan Eunha. Tuhan begitu baik telah mengirimkan teman sebaik dan setulus Eunha.

"Gomawo." Eunha tersenyum lebar, ia menarik tangan Lalice dan mengajaknya untuk pulang bersama. Kali ini gadis berponi itu tak memberikan penolakan, ia hanya tak ingin jika harus melepaskan saat bahagia bersama seorang teman.

Ketika mereka telah tiba di gerbang sekolah, mata hazel milik Lalice menatap seorang wanita paruh baya yang berdiri tak jauh dari tempat mereka berada. Senyum manis terukir di wajah mungil Lalice. Ia benar-benar tak menyangka sang ibu telah menunggu kepulangan nya.

"Ah, apa dia eomma mu?" Eunha berbisik ketika matanya juga tertuju kearah seorang wanita yang tersenyum kearah mereka. Lalice mengangguk semangat dengan senyum lebar yang tak luntur dari wajahnya.

"Eomma kenapa ada disini?" Seohyun menatap wajah putrinya yang kebingungan. Ia terkekeh lalu mengusap lembut surai cokelat milik Lalice.

"Apa eomma tak boleh menjemput mu?" Lalice mengkerut kan keningnya semakin bingung. Tentu saja ia senang karena sang ibu menjemputnya pulang dari sekolah, tapi hal ini tak biasa Seohyun lakukan hingga membuat Lalice keheranan.

"Aniyo, justru aku senang karena eomma menjemput ku." Seohyun tersenyum, hingga mata cokelatnya beralih menatap seorang yeoja yang berdiri tepat di samping Lalice.

Alone[End]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang