71- With me

5.1K 507 92
                                        

Setelah meyakinkan diri, akhirnya Lisa memilih untuk datang ke rumah sakit malam ini. Ia tampak berdiri diam didepan ruangan Rosé. Entah kenapa setelah sampai disini ia menjadi begitu ragu. Memikirkan bagaimana reaksi sang kakak atas kehadiran nya sudah terbayang oleh nya.

"Kenapa masih disini? Cepat masuklah," gadis berponi itu melirik ke arah pria berjas hitam di samping nya.

"Ten oppa, jika aku masuk kedalam. Apa Rosé unnie akan memarahi ku?"

"Hm, mungkin saja." Lisa menghela napas panjang. Jawaban Ten justru membuat ia semakin gugup.

"Kalau begitu, aku akan datang besok pagi. Lagi pula sekarang sudah malam, kan? Rosé unnie pasti---"

"Jadi kau ingin menghindar lagi?" gadis jangkung itu terdiam. Ia tak bermaksud untuk menghindar, tapi mungkin saja kedatangannya justru mengganggu tidur sang kakak.

Ten menatap Lisa yang tertunduk. Ia tau bahwa sekarang gadis itu masih merasa gugup dan ragu. Itu sebabnya ia disini sekarang untuk selalu membantu Lisa.

"Jangan khawatir, mungkin kakak mu akan kesal. Tapi hal itu tak akan berlangsung lama. Dia sangat menyayangi mu, Lisa." Senyum manis itupun terukir dikedua sudut bibir Lisa. Perkataan Ten memang selalu membuat percaya diri nya kembali. Dan ia benar-benar bersyukur karena Ten selalu setia untuk membantu nya.

"Gomawo, Ten oppa."

"Hm, sekarang masuklah." Lisa mengangguk. Ia membuka kenop pintu secara perlahan agar tak menimbulkan suara.

Pemandangan yang pertama kali ia lihat saat masuk kedalam ruangan bernuansa putih itu adalah, sang kakak yang terbaring di atas ranjang dan terlihat begitu hanyut dalam dunia mimpi. Sepertinya tidur Rosé begitu nyenyak hingga tak menyadari keberadaan sang bungsu di samping nya.

Mata hazel Lisa menatap lekat wajah kakaknya yang sedikit lebih pucat. Hatinya bergetar dan terasa begitu sesak. Ia sangat lega karena Rosé terlihat baik-baik saja.

"Unnie, aku datang." Suara Lisa terdengar begitu parau. Sekarang ia benar-benar ingin menangis, tapi sekuat tenaga ia membendung nya.

Gadis berponi itu memilih duduk di kursi samping ranjang sang kakak, lalu menggenggam tangan Rosé yang begitu hangat untuk nya. Ia sangat merindukan kakaknya ini. Lisa rindu dengan segala ocehan Rosé, dan sekarang ia merasa tersakiti saat sang kakak terbaring di dalam ruangan yang sepi ini.

"Mianhae, unnie. Kau pasti sangat marah karena aku tak datang menemui mu."

"Apa kau menunggu ku? Ah, aku pasti sudah membuat mu kesal." Lisa terkekeh meskipun terdengar begitu lirih.  Ia tak berharap kakaknya itu terbangun dari tidur dan menyambut kehadiran nya. Tapi ia ingin dimarahi sekarang. Mungkin dengan hal itu dapat membuat nya tersadar dengan segala rasa sakit ini.

"Unnie, mian. Aku tidak dapat melindungi mu. Bahkan tak menemani mu dari rasa sakit ini. Tapi hal itu kulakukan karena tidak mau membuat masalah lagi. Aku tidak mau, unnie." Air mata yang ia bendung sedari tadi itupun kini luruh membasahi pipi.

Rasanya begitu sesak dan sakit. Tidak seharusnya ia menangis sekarang, tapi tetap saja Lisa tak dapat menahannya.

"Saat melihat mu kesakitan, perasaan ku benar-benar hancur, unnie. Cukup untuk kali ini, aku tidak ingin melihat nya lagi."

"Jadi sekarang kau tau bagaimana hancurnya perasaan ku saat melihat mu kesakitan, kan?"

Deg

Alone[End]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang