43- Someone

7.8K 766 86
                                    

Hari ini, ada begitu banyak kegiatan yang harus dua yeoja itu jalani. Mulai dari kegiatan klub, maupun kelas tambahan. Bahkan sekarang langit mulai tampak gelap. Mereka berdua terlihat keluar dari dalam sekolah menuju gerbang yang masih terbuka. Saling menatap karena ternyata mobil jemputan mereka belum datang.

"Aish, Jack selalu saja seperti ini. Apa dia tidak bisa menjalankan tugasnya dengan benar?" gadis blonde itu menggerutu kesal. Bukan hanya sekali Jackson terlambat menjemputnya, tapi sudah berkali-kali. Dan hal ini benar-benar membuat Rosé jengkel.

Lisa yang berdiri di samping sang kakak hanya terkekeh pelan saat melihat wajah kesal dari gadis blonde itu. Jika sudah marah, unnie nya itu akan mulai mengeluarkan kata-kata mutiara yang ia punya.

"Unnie, bagaimana jika kita jalan-jalan dulu?"

"Mwo? Kau gila? Sekarang bukan waktu nya untuk jalan-jalan. Kau tau betapa berbahaya nya keluar pada malam hari?" Rosé berujar kesal. Sebenarnya, ia memang tak ingin lagi keluar ataupun jalan-jalan pada malam hari. Ia takut jika kejadian satu tahun yang lalu terulang lagi.

Saat itu, Rosé pun nekat untuk jalan-jalan walau sebentar, dan hasilnya apa? Ia justru di kejar oleh pria asing dan hampir saja celaka saat itu. Jika saja Lisa tak menyelamatkan nya tepat waktu, ia tak pernah memikirkan apa yang akan terjadi ke depannya.

"Aku sudah terbiasa keluar malam, dan ini bukan hal yang perlu dikhawatirkan." Mendengar ujaran Lisa, gadis blonde itu tampak menatap adiknya jengah. Bagaimana mungkin ia bisa sesantai itu mengatakan nya?

"Ya, kau dengan santai mengatakan itu karena belum pernah dikejar oleh pria asing." Lisa tertegun. Ujaran Rosé tadi mengingat kan nya pada sesuatu. Gadis berponi itu menegakkan kepalanya. Bagaimana bisa Lisa melupakan saat ia di kejar oleh pria berbaju hitam di malam itu?

Gadis blonde itu tampak melirik kearah sang bungsu yang terdiam. Ia bingung kenapa Lisa tiba-tiba membeku seperti patung. Karena tidak ada respon, Rosé pun akhirnya menghela napas panjang.

"Geurae, kita bisa pergi ke mini market."

"Eh?"

"Wae? Bukankah tadi kau ingin jalan? Mini market tidak jauh dari sini, kita bisa ke sana." Lisa terhenyak saat mendengar ucapan kakaknya itu.

Dengan cepat Rosé menarik tangan kurus Lisa. Sebenarnya ia ingin membatalkan saja keinginan nya itu dan memilih untuk tetap menunggu di sekolah, tapi karena sekarang Rosé sudah menarik tangannya paksa. Lisa tidak bisa menolak nya sama sekali. Ia pun akhirnya pasrah, dan kembali menyelaraskan langkahnya dengan sang kakak.

"Lisa-ya, kau bilang dulu sering keluar malam, kan? Memang nya apa yang kau lakukan?" gadis berponi itu menoleh kearah Rosé sembari tersenyum tipis.

"Hanya bekerja," Lisa menjawab seadanya. Gadis blonde itu melirik ke arah sang bungsu yang pandangannya kini lurus ke depan.

Entah kenapa jika Rosé kembali mengingat masa-masa sebelum ia bertemu Lisa sebagai adiknya, rasanya sangat menyakitkan. Entah seberapa keras kehidupan yang adiknya itu lalui selama ini. Entah berapa banyak waktu yang ia korbankan hanya untuk mencari uang. Tapi Lisa tak pernah mengeluh, ia selalu saja menunjukkan senyum terbaiknya. Meski hidup yang ia jalani sangatlah berat, itu bukan menjadi halangan untuknya tetap bertahan hidup.

"Kita sudah sampai," lamunan Rosé buyar saat mendengar seruan sang bungsu. Ia mendongak ke depan dan ternyata benar, mereka sudah tiba di mini market.

"Lisa-ya, kau ingin aku belikan sesuatu?" gadis berponi itu menoleh ke arah Rosé. Lalu ia kembali menatap mini market di depannya itu sembari menggeleng pelan.

Alone[End]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang