34- Hug

10K 883 95
                                        

"Selain aku, kau adalah orang yang paling mengenal Seohyun Ahjumma. Bukankah begitu, Jisoo-ya?"

Yeoja dengan surai hitam itu tampak mengusap wajahnya kasar. Padahal sekarang jam sudah menunjukkan pukul 11 malam, tapi ia belum juga tertidur menikmati mimpi indahnya. Perkataan sang sulung saat ia berada di taman mansion tadi masih terngiang-ngiang di kepala nya. Membuat ia tak bisa memejamkan mata karena hati nya selalu saja gelisah.

Jisoo terduduk di pinggir ranjang, memijit pelipis nya yang terasa berdenyut karena terlalu sering tidur larut. Ditambah lagi dengan pekerjaan kantor yang tak kunjung selesai dan pertengkaran sesama saudara yang terjadi di mansion nya ini. Ia menghela napas panjang, lalu bangkit dari ranjang berniat untuk meminum sesuatu yang hangat.

Jisoo keluar dari kamar dan pergi menuju dapur. Ia melihat lampu yang menyala dan tampak seorang wanita paruh baya yang sedang berkutat dengan alat dapur.

"Eomma belum tidur?" Yuri tersentak kaget dengan kehadiran sang anak yang tiba-tiba, kemudian ia tersenyum.

"Eomma terbangun karena merasa haus," Jisoo mengangguk. Kemudian ia memilih duduk di salah satu kursi yang ada di dapur.

"Wae geurae? Apa kau tidak bisa tidur, sayang?" gadis dengan surai hitam itu mendongak menatap sang ibu. Lengkungan senyum itu pun terukir di kedua sudut bibirnya.

"Hm, ada sesuatu yang mengganggu tidur ku."

"Mau eomma buatkan minuman hangat?" Jisoo mengangguk semangat. Yuri tersenyum dan kembali berkutat pada perkakas dapur untuk membuat kan putrinya segelas minuman hangat.

Mata hitam Jisoo tak pernah lepas menatap sang ibu yang terus saja tersenyum. Tak ada gurat wajah kesedihan di sana, ia merasa bahwa ada sesuatu hal yang membuat sang ibu merasa bahagia hari ini.

"Apa ada sesuatu hal yang membuat eomma senang hari ini?" Yuri menoleh menatap putrinya yang kini terlihat kebingungan. Ia terkekeh ringan sembari menyodorkan minuman hangat itu pada Jisoo.

"Tentu saja, besok adalah hari penting. Sudah sangat lama eomma menantikan hari itu," Jisoo menegak saat mendengar ucapan sang ibu. Ia hampir saja lupa dengan acara yang akan diadakan besok.

"Appa mu sangat antusias untuk acara besok, jadi kita juga harus bersemangat bukan?" Jisoo tak menjawab apapun. Ia memilih untuk menyeruput minuman hangatnya.

"Eomma, apa aku boleh menanyakan sesuatu padamu?"

"Ada apa, Nak?" Jisoo mengulum bibir nya gusar. Sebenarnya ia sedikit ragu untuk menanyakan hal ini pada sang ibu. Tapi mungkin ini adalah saat yang tepat untuk bertanya karena disini hanya ada dia dan sang ibu.

"Kenapa eomma bisa memaafkan Seohyun Ahjumma dan menerima anaknya dengan begitu tulus?" Yuri terhenyak, ia menghentikan tangannya yang ingin meminum segelas air. Melirik putrinya yang kini menatap nya penuh arti.

"Tentu saja karena eomma menyayangi mereka."

"Wae? Meski samar aku masih ingat saat eomma terluka karena karena kehadiran wanita itu di keluarga kita. Dia sudah melukai perasaan mu, eomma. Tapi kenapa---"

"Jisoo-ya, semua itu hanya masa lalu. Kau tau, eomma sangat menyayangi Seohyun seperti adik eomma sendiri. Begitu pula dengan Lisa, eomma sangat menyayangi nya. Seperti putri eomma sendiri," Jisoo menggigit bibir bawahnya menahan isak tangis. Ia tak mengerti kenapa sang ibu memiliki hati yang begitu baik. Sangat baik.

Alone[End]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang