Langit kini tampak gelap, genangan air hujan juga terlihat dimana-mana. Sebuah mobil mewah bewarna hitam mengkilap itu berhenti sempurna di halaman mansion keluarga park.
Dua yeoja itu tampak keluar dari mobil, melangkah perlahan menaiki tangga dan masuk ke dalam mansion. Mereka berdua saling memandang, karena suasana di sana sangat hening tanpa suara.
"Kalian sudah pulang?" kedua yeoja itu tersentak kaget saat mendengar suara tegas milik sang ayah. Mendongak dan mendapati kedua orang tuanya yang kini sudah berdiri dihadapan mereka.
"Nde, appa." Gadis blonde itu menjawab seadanya. Lisa yang berdiri di samping sang kakak, tampak memainkan jemarinya gusar. Ia begitu takut jika kedua orang tuanya melihat penampilan nya yang berantakan saat ini.
"Ah, aku ingin ke kamar."
"Tunggu," Yuri menahan tangan sang bungsu yang hendak pergi menuju kamar nya. Sepasang mata hitam milik wanita paruh baya itu tampak menatap gadis berponi di hadapannya yang tertunduk. Ia merasa ada sesuatu yang di sembunyikan oleh putrinya itu. Karena sikapnya yang tampak berbeda dari biasanya.
"Wae geurae, Lisa-ya? Kenapa kau tidak ingin menatap kami?" gadis jangkung itu terhenyak. Menelan saliva nya susah payah karena kini tatapan kedua orang tuanya tertuju pada nya.
Gadis blonde itu melirik kearah Lisa yang berdiri di samping nya. Ia tau bahwa adiknya itu kini sedang merasa gugup. Dapat dilihat dari kepala nya yang tertunduk dengan tangan yang terkepal gusar.
"Eomma, appa. Tadi di sekolah---"
"Aniyo, gwenchana." Lisa memegang pergelangan tangan sang kakak dan menatap nya lirih berharap Rosé tak mengatakan apapun pada kedua orang tua mereka. Gadis blonde itu mengkerut kan kening nya bingung. Tidak dengan dengan sang ibu yang tampak begitu terkejut dengan wajah sang bungsu kini dipenuhi oleh memar dan terlihat sangat pucat.
"Kenapa wajahmu bisa seperti ini, Nak? Katakan pada eomma apa yang terjadi," tangan Yuri terulur lalu mengusap lembut wajah mungil putrinya.
"Aku hanya terjatuh di sekolah, eomma. Jangan khawatir."
"Ya! Lisa-ya, kau---"
"Rosé unnie, aku baik-baik saja." Gadis blonde itu menurunkan bahunya lemas saat melihat tatapan mata Lisa. Sekarang ia mengerti maksud dari tatapannya itu, Lisa meminta nya untuk tidak mengatakan apapun pada keluarga nya.
Rosé mengusap wajahnya kasar, sebenarnya ia tak ingin berbohong tentang kejadian yang menimpa Lisa hari ini. Ia tak ingin jika kejadian seperti ini terus diabaikan, Rosé tak ingin terjadi sesuatu lagi pada Lisa. Tapi ia juga tidak tega menolak permintaan adiknya. Ia akan selalu luluh jika orang itu adalah Lisa.
"Rosé-ya, apa benar ada sesuatu yang terjadi di sekolah?"
"Ani, appa. Kalian tau, Lisa adalah anak yang ceroboh. Saat hujan tadi, dia terjatuh di lapangan. Bukannya kesakitan dia justru tertawa," Rosé terkekeh kecil. Tentu saja kali ini ia hanya pura-pura tertawa karena mencoba untuk meyakinkan kedua orang tuanya. Sulit untuk nya karena tatapan mereka terlihat sangat tajam dan mengintimidasi.
Yuri tampak menatap putri bungsunya lirih, kemudian ia perlahan melangkah menghampiri Lisa. Mengusap lembut surai cokelat nya dan mengecup kening sang bungsu cukup lama.
"Lain kali hati-hati, hm? Lisa tau eomma tak akan sanggup jika melihat mu terluka," Lisa menatap wajah sang ibu nanar. Matanya terasa panas ketika mendengar ujaran Yuri. Ia mengangguk pelan dan berusaha sekuat tenaga untuk tidak menjatuhkan air matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alone[End]✔
Cerita PendekAku ada tapi tiada. Kesepian telah menjadi temanku, dan hadirku hanya benalu. "Sebenarnya apa tujuan mu?" - Park Jisoo "Apa yang kau inginkan? Uang?" - Park Jennie "Kembalikan kebahagiaan keluarga ku!" - Park Chaeyoung "Aku hanya ingin diakui." - L...