Suasana di ruang kepala sekolah saat ini hening, bahkan rasanya begitu sesak. Sudah dua jam lamanya tapi mereka juga tak mendapatkan titik terang.
Saat ini lima remaja itu tampak berdiri diam dihadapan kepala sekolah. Salah satu diantara mereka adalah seorang gadis berponi yang tertunduk, dengan kedua tangan meremas rok seragam karena nyeri di dada kirinya belum kunjung hilang.
"Sudah aku katakan bukan? Kau harus menjaga sikap mu, Lalice." Gadis jangkung itu mendongak, menatap lirih pria tua yang berstatus sebagai kepala sekolah.
Selama dua jam mereka menjelaskan kronologi yang terjadi di koridor. Ya, selama itu pula Lisa hanya diam karena dua yeoja di samping nya itu terus saja berbicara tak masuk akal.
Mereka seakan tak memberikan Lisa ruang untuk menjelaskan permasalahan menurut sudut pandangnya. Bahkan ketika Eunha mencoba untuk angkat suara, mereka justru dengan cepat menyela kalimat gadis itu.
"Hah, kau sudah membuat masalah besar sekarang. Tidak kah kau memikirkan akibat dari perbuatan mu?" ucapan pria tua itu terdengar menyebalkan bagi namja yang saat ini menatap kepala sekolah muak.
"Jadi Anda percaya dengan drama dua yeoja ini tanpa mendengarkan penjelasan dari korban yang sesungguhnya?"
"Semuanya sudah jelas. Mereka juga sudah menceritakan permasalahan yang sebenarnya terjadi," jawaban yang diberikan kepala sekolah mampu mengundang tawa hambar bagi namja itu. Ia benar-benar tak menyangka akan mendapatkan jawaban bodoh seperti itu.
"Sepertinya pemikiran Anda sudah sempit. Ah, atau mungkin Anda takut untuk menghukum mereka hingga Lalice yang harus disalahkan?"
"Jeong Jungkook! Jaga bicara mu!" suara kepala sekolah terdengar memenuhi setiap sudut ruangan. Ia bahkan sampai berdiri dari bangkunya sembari menatap namja dihadapan nya itu kesal.
"Anda marah karena ucapan ku benar?" Jungkook kembali membalas, saat ini rasa kesalnya benar-benar mencuat. Apalagi ketika ia melihat wajah menyebalkan milik pria tua itu.
Tiba-tiba suasana di ruang kepala sekolah kini mencekam. Apalagi raut wajah pria berumur itu sudah berubah menjadi masam setelah mendengar perkataan Jungkook. Ia menatap jengah gadis berponi di hadapan nya dan kembali duduk. Mengabaikan perkataan namja tadi seperti angin lalu.
"Aku sudah memberimu kesempatan, dan sekarang kau sudah keterlaluan. Ingat dengan ucapan ku? Kau di sini hanya karena pihak sekolah kasihan padamu, jika kau berulah kami tak akan segan mengeluarkan mu. Dan ternyata kau melakukan nya. Kau sudah mengabaikan kesempatan yang kami berikan," Lisa mengulum bibirnya yang kering setelah mendengar ujaran kepala sekolah.
Tentu saja ia masih ingat dengan kalimat menyakitkan yang didengar nya beberapa minggu yang lalu. Kalimat yang berhasil membuat perasaan nya teriris. Bagaimana mungkin ia bisa melupakan nya?
Selama ini ia bertahan di sekolah elite inipun karena permintaan sang ibu yang sangat ia rindukan. Seohyun ingin anaknya mendapatkan kehidupan sekolah yang layak, tanpa tau bahwa Lisa selalu menjadi target perundungan.
Dia seakan membentengi diri dari setiap hujatan dan perlakuan yang selalu menyakiti nya. Ia bisa bertahan sejauh ini karena keinginan besar sang ibu, lalu sekarang? Untuk apa ia tetap bertahan di sebuah tempat yang bahkan selalu melukai nya?
"Apa karena membalas perlakuan mereka, Anda menjadikan itu sebagai alasan untuk menyalahkan saya?" semua perhatikan orang yang berada di dalam ruangan itu kini beralih pada gadis berponi itu. Ia masih tertunduk, suaranya juga terdengar gemetar.
"Apa anak seperti saya memang tidak pantas untuk mendapatkan sebuah keadilan?" Lisa kembali berujar, matanya sekarang terasa begitu panas karena air mata yang menggenang. Padahal ia sudah berusaha untuk tak menangis, tapi entah kenapa rasanya ia begitu lelah dengan semua ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/234041397-288-k563732.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Alone[End]✔
ContoAku ada tapi tiada. Kesepian telah menjadi temanku, dan hadirku hanya benalu. "Sebenarnya apa tujuan mu?" - Park Jisoo "Apa yang kau inginkan? Uang?" - Park Jennie "Kembalikan kebahagiaan keluarga ku!" - Park Chaeyoung "Aku hanya ingin diakui." - L...