Gadis dengan surai bergelombang itu tampak turun dari tangga mansion, lalu ia menatap jengah pria berpakaian serba hitam yang kini sudah berdiri di hadapannya.
"Lakukan sekarang."
"Tidakkah terlalu cepat, nona?" gadis itu menatap sinis pria bertopi di hadapan nya hingga ia bergidik ngeri.
"Kau tidak tuli, kan? Lakukan saja, aku tak ingin mengulur waktu lagi."
"Ah, nde. Aku tidak akan mengecewakan mu lagi, Nona."
.
.
."Dimana Lisa?" perhatian kedua yeoja itu kini beralih pada gadis berpipi mandu yang bersender di pintu mobil sport nya.
Ia terus mengintai ke dalam mansion, tapi tetap saja Jennie tak mendapatkan tanda-tanda kedatangan sang bungsu. Padahal siang tadi adiknya itu begitu bersemangat menanti malam ini.
Gadis berponi itu terus menempel sembari mengoceh hal apa saja yang akan dia lakukan selama di pasar malam. Ketiga yeoja itu senang jika sang bungsu bahagia, itulah sebabnya mereka setuju untuk ikut bersama dengan Lisa.
"Kalian sedang menunggu Lisa?" Jennie beralih menatap sang ibu yang datang menghampiri mereka.
"Hm, eomma melihat nya?"
"Lisa masih di dalam. Tunggu lah sebentar lagi," ketiga yeoja itu pun mengangguk.
Tak lama menunggu, pandangan mereka kini pun beralih pada kedatangan Lisa dan sang ayah. Senyum lebar itu tampak terukir di kedua sudut bibirnya. Ia terlihat begitu bahagia sekarang.
"Ya, apa yang kau lakukan? Kita bisa saja terlambat," Lisa terkekeh sembari menggaruk pipinya yang tak gatal. Sepertinya Jennie sangat kesal karena ia datang terlambat.
"Miane, unnie. Tadi appa memanggilku," gadis bermata kucing itu pun melirik sang ayah kesal. Padahal Jiyong tau mereka akan terlambat jika di tahan, tapi sepertinya ayah mereka itu sengaja melakukan nya.
"Kenapa menatap appa seperti itu?"
"Aish, appa membuat ku sangat kesal." Jiyong terkekeh. Ia mengusap satu persatu surai milik keempat putrinya sembari tersenyum.
"Appa mengizinkan kalian pergi malam ini, tapi ingat. Jangan pulang larut malam, arraseo?" mereka mengangguk. Jiyong pun mengecup kening putrinya sekilas.
"Jisoo-ya, jagalah adikmu."
"Tentu saja, eomma." Yuri tersenyum sembari menatap keempat putrinya satu persatu.
Sebelum masuk ke dalam mobil, Lisa melirik kearah pria berjas hitam yang mengacungkan jempol kearahnya. Gadis berponi itu terkekeh. Sebenarnya, Jiyong tak mengizinkan mereka pergi. Apalagi pada malam hari. Tapi entah apa yang dikatakan Ten hingga Jiyong memberikan mereka izin. Seperti yang diduga Lisa, Ten tak akan mengecewakan.
. . .
Mata hazel Lisa tak lepas menatap keramaian yang ada di pasar malam saat ini. Ia seakan di suguhkan oleh banyaknya jenis makanan ataupun barang lain yang tersedia di sana.
"Wah, sudah sangat lama aku tidak datang ke tempat seperti ini." Lisa menoleh kearah gadis blonde yang berdiri di samping nya. Sama seperti Lisa, kakaknya itu juga tampak begitu bersemangat.
"Wae? Apa karena tidak diizinkan?" Rose mengangguk. Sangat sulit untuk meminta izin pada sang ayah apalagi pada malam hari. Dan seperti nya sekarang adalah hari keberuntungan mereka untuk bersenang-senang bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alone[End]✔
Short StoryAku ada tapi tiada. Kesepian telah menjadi temanku, dan hadirku hanya benalu. "Sebenarnya apa tujuan mu?" - Park Jisoo "Apa yang kau inginkan? Uang?" - Park Jennie "Kembalikan kebahagiaan keluarga ku!" - Park Chaeyoung "Aku hanya ingin diakui." - L...