11- Injured

8.1K 818 66
                                    

Dua orang yeoja tampak berjalan menuju gerbang sekolah yang sepi. Guratan lelah dan bahagia terpampang jelas dari wajah mereka. Langit pun mulai terlihat gelap, seperti biasa mereka kembali lembur karena harus mengikuti pelajaran tambahan.

"Ah, jemputan ku sudah datang. Kau tak ingin pulang bersama ku?" Gadis berponi itu menggelengkan kepalanya pelan sembari melemparkan senyuman.

"Ani, ada yang harus ku lakukan sebelum pulang." Eunha memajukan bibir bawahnya kesal. Setiap kali ia menawarkan tumpangan, pasti temannya itu selalu menolak.

Ini bukan pertama kalinya Eunha mengajak temannya yang keras kepala itu untuk pulang bersama, tapi sudah berkali-kali. Ia hanya tak ingin jika terjadi sesuatu pada teman baiknya itu, apalagi sekarang sudah malam.

"Ya! Kau tak lihat sekarang sudah jam berapa, eoh? Bagaimana kalau terjadi sesuatu padamu nanti?" Kedua sudut bibir Lalice tampak membentuk lengkungan senyum. Temannya itu memang suka sekali memaksa, tapi ia tahu semua itu Eunha lakukan karena mengkhawatirkan nya.

"Aku sudah terbiasa, Eunha-ya. Jangan khawatir, hm?" Gadis dengan surai hitam itu meringis. Ia pasti akan luluh jika sudah melihat wajah memelas yang menggemaskan dari Lalice.

"Terserah, aku pergi." Eunha memperbesar langkah menuju mobil jemputan nya yang sudah menunggu dihalaman sekolah. Lalice menatap punggung temannya itu yang semakin menjauh.

"Kau marah?" Lalice sedikit berteriak hingga gadis dengan surai hitam itu menoleh kepadanya.

"Aish, aku hanya kesal." Eunha mengerucut kan bibir nya. Gadis berponi itu terkekeh melihat sikap temannya yang sangat menggemaskan. Kaki jenjang Lalice pun mulai melangkah menghampiri Eunha.

"Mian, aku harus mengunjungi suatu tempat dulu. Aku harap kau mengerti, Eunha-ya." Lalice menyipitkan mata ketika gadis dihadapan nya itu menatap nya dengan intens. Hingga suara helaan napas berat terdengar di tengah keheningan.

"Arraseo, tapi pulanglah sebelum larut." Lalice mengangguk semangat. Ia merasa seperti memiliki seorang kakak yang khawatir dengan adiknya.

Setelah mengatakan itu, Eunha pun beralih menuju mobil jemputan nya yang mungkin sudah lama menunggu. Mata hazel Lalice menatap mobil mewah yang dinaiki temannya yang perlahan mulai menghilang di jalan raya.

"Ah, aku bisa terlambat." Setelah memastikan mobil itu pergi dari perkarangan sekolah, Lalice pun memilih untuk segera beranjak menuju tempat yang akan ia kunjungi karena tak ingin terlambat.

Namun napas Lalice seakan tercekat, ketika langkahnya harus terhenti karena kehadiran orang-orang yang selama ini tak lagi ia jumpai.

"Kau mau kemana, hm?"

.  .  .

Sudah menjadi kebiasaan di mansion mewah itu untuk menyelenggarakan makan malam bersama. Namun sekarang mereka belum menyentuh sedikit pun makanan yang tersedia di meja makan.

Mereka terlihat sedang menunggu kehadiran seseorang, cukup lama bahkan sampai suara gemuruh perut mulai bersahutan satu sama lain.

"Aish, kenapa lama sekali." Kini semua anggota keluarga park menatap seorang yeoja bermata kucing yang terus menggerutu karena perutnya sudah sangat lapar.

"Sabarlah, nak. Adikmu belum pulang. Tunggu sebentar lagi, eoh?" Suara lembut sang ibu meluluhkan hati Jennie yang awalnya panas.

"Tidak biasanya Rosé pulang selarut ini. Dia baik-baik saja, kan?" Wajah gadis dengan surai hitam panjang itu tampak gusar. Sebagai seorang kakak, tentu ia khawatir dengan sang adik yang tak kunjung pulang. Meski sibuk sekalipun, ia tahu bahwa biasanya adik bungsunya itu pasti sudah pulang dan mulai mengomel.

Alone[End]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang