Suasana di depan ruang IGD saat ini tampak hening. Gadis blonde itu tampak terduduk di salah satu kursi sembari menyenderkan kepalanya dengan tatapan yang kosong. Matanya tampak begitu sembab, sejak tadi ia terus saja menangis tiada henti.
Eunha yang juga duduk di samping gadis itu tampak menatap nya lirih. Tak bisa dipungkiri bahwa kini matanya juga terlihat membengkak. Namun melihat keadaan Rosé yang begitu berantakan seperti ini, benar-benar membuat hatinya semakin remuk.
Ia masih ingat saat dimana Rosé yang terus saja berteriak memanggil nama adiknya itu. Bahkan orang-orang sudah mencoba untuk menenangkan nya, tapi tetap saja tidak bisa. Rosé, ia seakan hilang arah. Melihat keadaan gadis berponi yang terbaring tak sadar kan diri di jalanan tanpa siapapun yang berniat untuk menolong nya.
Salah satu yeoja yang menjadi pusat perhatian selain Rosé adalah gadis berpipi mandu itu. Sejak tadi dia hanya diam, wajahnya tampak begitu berantakan dan tatapannya tampak kosong. Eunha juga tidak tau bagaimana cara menenangkan nya, karena saat ini pun perasaan nya juga sedang kacau.
"Kenapa harus Lalice?" gadis dengan surai hitam itu perlahan menoleh ke arah namja yang terduduk di samping nya. Ia menutup wajahnya, seakan enggan untuk menampakkan betapa kacau dirinya saat ini.
"Tidak cukupkah penderitaan yang ia alami selama 15 tahun ini hingga harus mengalami hal seperti ini lagi?" suara Bambam terdengar parau. Ia tak bisa menahan tangis nya lagi, rasanya begitu sakit.
Jika diingat, ini bukan kali pertama mereka mendapati keadaan Lisa yang sangat memprihatinkan. Dan rasanya, Eunha tidak sanggup untuk melihat wajah temannya itu. Ia takut tak bisa mengendalikan diri lagi dan justru meraung seperti orang gila.
Gadis blonde itu tampak menatap pintu besar bertuliskan IGD dengan lirih. Waktu terlalu cepat mengambil kebahagiaan Lisa, itulah yang dipikirkan nya. Adiknya itu baru saja keluar dari rumah sakit ini, tapi sekarang? Ia justru kembali lagi dengan keadaannya yang memperhatikan.
Rosé mengusap wajahnya kasar, lalu kembali menjambak rambut nya frustasi. Ia tak tau kenapa Tuhan setega ini kepada adiknya, Lisa adalah gadis yang baik. Lalu kenapa Tuhan selalu saja menguji nya?
"Ini salah ku.... Lisa mianhae, ini salah ku." Rosé meremas pakaian yang ia kenakan untuk melepaskan rasa sesak ini. Tapi tetap saja tidak bisa.
"Rosé-ya," gadis blonde itu tersentak kaget saat mendengar namanya di panggil dengan cukup lantang. Dari kejauhan ia melihat kedua orang tuanya yang berlari dengan wajah yang sama berantakan dengan dirinya.
Saat mendapatkan telepon dari Rosé, rasanya ada sesuatu yang menghantam perasaan Jiyong dan juga Yuri. Terasa begitu sakit dan menyesakkan. Di saat mereka berpikir bahwa putri mereka akan menghabiskan waktu dengan tawa dan canda, tapi nyatanya hanya ada air mata.
Jiyong tak peduli bahwa kehadiran nya telah menjadi pusat perhatian orang-orang di rumah sakit. Siapa yang tidak mengenal dirinya? Apalagi ia tidak mengganti pakaiannya terlebih dahulu. Ia mengabaikan setiap orang yang terus membicarakan dirinya saat ini. Lalu Yuri? Di sepanjang jalan ia hanya menangis. Naluri seorang ibu memang tidak bisa di salahkan, perasaan gelisah dan takut yang menyelimuti nya terbukti sekarang. Membuat rasa sesak itu semakin bersarang di dadanya.
Mereka tak memperdulikan keramaian di koridor rumah sakit dan terus saja berlari meski menimbulkan kemarahan di sana sini. Dan saat mereka tiba di ruangan IGD, rasa sesak itu semakin menjadi. Yuri dapat melihat wajah putrinya yang sembab dan rambut nya yang sudah tak tertata rapi. Hingga seperkian detik kemudian, pelukan itu berhambur diselingi oleh isak tangis.
"Eomma, miane. Jebal, mianhae. Lisa, lagi dan lagi aku tidak bisa menjaganya. Aku adalah kakak terburuk, eomma. Aku tidak bisa menjaga adikku. Ini salah ku, seharusnya aku tetap keras kepala dan melarang nya pergi. Dengan begitu.... Lisa, dia tidak akan seperti ini kan? Eomma? Katakan sesuatu padaku! Lisa... Lisa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Alone[End]✔
Short StoryAku ada tapi tiada. Kesepian telah menjadi temanku, dan hadirku hanya benalu. "Sebenarnya apa tujuan mu?" - Park Jisoo "Apa yang kau inginkan? Uang?" - Park Jennie "Kembalikan kebahagiaan keluarga ku!" - Park Chaeyoung "Aku hanya ingin diakui." - L...