24- Worried

9.5K 876 125
                                    

Part 23 udah bisa dibuka ya teman-teman. Yang belum baca silahkan di cek:)

_________________________________________

Wanita setengah baya itu tampak terduduk di ruang keluarga. Kejadian hari ini benar-benar membuat nya sangat frustasi. Ia tak habis pikir bahwa putri bungsunya diperlakukan tak adil di sekolah nya sendiri. Jika saja waktu itu tak ada yang menghubungi nya untuk datang ke sekolah, mungkin kebenaran yang terjadi pada Lisa tak akan terungkap.

Yuri tau putri bungsunya itu adalah gadis yang baik, sangat baik. Ia tak pantas untuk dibenci. Dan ia tak ingin jika ada seseorang yang melukainya. Saat ia ingin memberikan pelajaran pada orang yang sudah mengganggu sang bungsu, tapi gadis berponi itu justru melarang ia untuk melakukan nya.

"Yuri-ya, wae geurae? Appa dengar kau pergi ke sekolah karena ada suatu masalah?" Yuri mendongak dan mendapati sang ayah mertua yang kini duduk di salah satu sofa ruang keluarga. Ia khawatir saat melihat cucu bungsunya pulang dengan penampilan yang berantakan. Bukan hanya itu, raut wajah menantunya ini pun juga tampak berbeda.

"Aku tidak tau bahwa selama ini putriku menjadi target pembullyan," Daesung menegakkan tubuhnya setelah mendengar pernyataan Yuri. Matanya juga tampak membulat karena terkejut.

"Mereka sudah melukai Lisa tapi pihak sekolah bahkan tak melakukan apapun. Saat aku ingin mengeluarkan orang yang sudah merundung Lisa, tapi dia menolak nya." Yuri menekan pelipisnya yang terasa berdenyut, karena saat ia datang ke sekolah tadi, sebisa mungkin Yuri menahan diri untuk tak melampiaskan kemarahannya pada orang yang sudah menyakiti putrinya.

"Appa tau kau marah pada mereka yang melukai Lisa. Tapi dia pasti memiliki alasan hingga melarang mu untuk mengeluarkan mereka dari sekolah," Daesung berujar lembut. Ia tau saat ini menantunya itu pasti sedang meredam emosi nya yang mencuat.

"Tapi, appa. Apakah ada seorang ibu yang diam saja, setelah mengetahui bahwa orang yang telah menyakiti putrinya justru masih berkeliaran di sekitar nya?"

"Appa tau bagaimana perasaan mu Yuri-ya. Appa tau kau hanya ingin melindungi nya, tapi pikir kan juga perasaan Lisa. Jangan sampai kemarahan mu justru berdampak buruk bagi putrimu," Yuri tertegun. Yang dikatakan Daesung memang benar. Yuri marah pada orang yang menyakiti Lisa, tapi justru ia melampiaskan kemarahannya itu pada putrinya sendiri. Karena ia tak menyangka bahwa Lisa sebaik itu hingga melepaskan begitu saja orang yang telah melukainya.

Yuri hanya takut jika hal buruk terjadi pada sang bungsu, ia tak ingin Lisa terluka. Sudah cukup selama ini putrinya itu menderita, dan Yuri tak ingin Lisa merasakan masa lalu kelam yang sama berulang kali.

"Aku akan menyusul Lisa di kamarnya."

....

Yuri tampak melangkah menaiki tangga sambil membawa satu gelas susu cokelat kesukaan Lisa. Sesaat kemudian, ia mengkerut kan keningnya ketika melihat pintu kamar sang bungsu yang sedikit terbuka. Perlahan Yuri meraih kenop pintu dan membuka nya pelan agar tak menimbulkan suara.

Namun hal yang dilihat Yuri kali ini mampu membuat air matanya menggenang. Jika saja ia tak memegang gelas ditangannya dengan erat, mungkin gelas itu akan terjatuh dan pecah dilantai.

"Lisa-ya...." Yuri berujar lirih. Kehadiran nya yang tiba-tiba tentu membuat gadis berponi yang kini masih berdiri di depan cermin tergagu. Dengan cepat Lisa kembali mengancing seragam nya, dan membalik menghadap sang ibu.

"A-ah, eomma." Lisa berucap gagap. Saat ini jantungnya terasa berdegup dengan kencang ketika melihat wajah sang ibu yang kini menatap nya dengan lekat.

Alone[End]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang