38- Sorry

11.1K 886 98
                                        

Mata hazel milik gadis berponi itu terbuka, ia melirik ke seluruh ruangan yang ia tempati kali ini. Semuanya tampak temaram, hanya sebuah lampu di atas nakas yang menyala redup sedikit menerangi ruangan itu. Ia dapat mencium bau obat yang menyerbak hingga membuat Lisa menghela napas berat.

Lisa bisa menebak bahwa kali ini ia sedang berada di dalam ruangan bernuansa putih di rumah sakit. Apalagi saat ia merasa tangan nya sedikit perih karena infus. Jika boleh jujur, sebenarnya ruangan ini adalah tempat yang paling ia hindari selama ini. Ia sama sekali tak ingin berada di ruangan ini lagi, rasanya seperti di kurung dalam penjara.

Lisa terhenyak saat menyadari bahwa ada seseorang yang tertidur di kursi samping ranjang nya. Matanya mulai terasa panas saat melihat sosok wanita paruh baya yang tidur dan tampak masih lengkap dengan dress yang dikenakan saat acara. Ia mengigit bibir bawahnya kuat agar isakan tangis itu tak dapat terdengar oleh sang ibu. Ia tak ingin membuat ibunya terjaga di tengah malam seperti ini.

Tangan kurus Lisa terulur, mengusap wajah sang ibu yang tampak begitu lelah. Matanya sembab, dan begitu berantakan. Melihat hal ini, perasaan Lisa seakan tersayat. Begitu sakit dan teramat perih. Ia benar-benar tak kuasa menahan tangisnya, rasanya begitu sesak. Sangat sesak.

"Eomma, mianhae. Apa aku sudah merepotkan mu? Apa kau tidak menyesal memiliki putri seperti ku?"

"Eomma tidak pernah sekalipun menyesal memiliki seorang putri yang kuat seperti mu, Lisa-ya." Gadis berponi itu tertegun mendengar ucapan sang ibu. Wanita paruh baya itu tampak menatap putri bungsu nya yang kini sedang menangis. Perlahan Yuri mengusap air mata yang membasahi wajah mungil Lisa nya. Lalu ia tersenyum, sembari menggenggam tangan kurus Lisa.

"Apa dia masih sakit, Nak?" Lisa hanya mengangguk karena kini isak tangis itu sudah menguasai nya. Yuri menggelengkan kepalanya pelan, melarang sang bungsu untuk menangis.

"Lisa sudah menjadi putri eomma yang kuat. Lisa pasti bisa melewati nya, kan?" Gadis berponi kembali menangis. Ia ingin menjadi kuat di hadapan keluarga nya, tapi justru ia belum sekuat itu hingga akhirnya tak bisa menutupi rasa sakit ini.

Rasa sakit itu kembali menyiksanya, ia tidak bisa melakukan apa-apa. Lisa tak bisa menyembunyikan nya karena sungguh, ia sudah tidak sanggup untuk itu.

"Miane, eomma. Aku sudah mengacaukan semuanya. Aku lemah, aku tidak bisa menahannya. Kalian pasti kecewa padaku, kan? Jebal, mianhae eomma." Perasaan Yuri benar-benar tersayat ketika mendengar ujaran lirih dari sang bungsu. Wajah pucat milik Lisa kini sudah basah dengan air mata. Yuri memeluk tubuh kurus gadis berponi itu, mencoba menyalurkan kehangatan dan kekuatan untuk sang bungsu.

"Aniyo, kau adalah putri kami yang kuat Lisa-ya. Kau sudah bertahan selama ini demi kami. Jadi sekarang, biarkan kami menjaga mu. Biarkan kami memberimu kekuatan, eomma yakin Lisa bisa melewati nya." Lisa menangis terisak dalam dekapan hangat sang ibu. Pelukan ini, sudah sangat lama ia rindukan.

Lisa benar-benar bersyukur, karena dibalik rasa sakit ini. Ia masih memiliki keluarga yang akan selalu ada untuk nya. Ia masih memiliki orang-orang yang akan selalu memberinya kekuatan. Dan Lisa ingin berjuang untuk mereka.

"Gomawo, eomma."

....

Pagi ini, mentari kembali bersinar menyapa bumi. Cahaya terang itu menyelinap masuk melalui celah jendela ruangan gadis berponi itu hingga ia kembali terjaga. Ia mengerjapkan kedua mata hazel nya untuk mengatur cahaya yang masuk.

Alone[End]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang