Pria bertubuh tegap itu tampak sibuk dengan dokumen yang berserakan di atas meja kerjanya. Sesekali ia juga tampak memijit pelipis nya yang mulai berdenyut. Hingga suara helaan napas berat itu terdengar memecahkan keheningan.
"Siwon-ah, aku sudah buatkan teh hangat untuk mu." Pria itu mendongak dan mendapati sang istri yang masuk ke ruang kerjanya sembari membawa secangkir teh hangat untuk nya.
"Hm, gomawo." Jessica mengangguk dan meletakkan cangkir itu di atas meja kerja sang suami. Ia melirik ke arah Siwon yang tampak begitu berantakan dengan wajah yang menekuk kesal.
"Wae geurae? Kau terlihat sedang memikirkan sesuatu," tak ada jawaban yang diberikan oleh Siwon. Ia masih kalut dengan pikirannya sendiri hingga tak menggubris pertanyaan Jessica.
"Siwon-ah."
"Oh, wae? Kau masih disini?" Jessica menghela napas panjang. Ia tau bahwa suaminya itu pasti sedang memikirkan hal yang serius. Akhir-akhir ini pun Siwon tampak begitu sibuk dengan kertas dan komputer di meja kerjanya itu.
"Sebenarnya apa yang sedang kau lakukan?"
"Apa maksud mu?" wanita paruh baya itu mengusap wajahnya kasar, lalu menatap sang suami jengah.
"Siwon-ah, kau selalu saja berkutat dengan dokumen dan komputer mu itu. Apa kau lupa bahwa sudah memiliki keluarga yang harus di perhatikan?" Siwon tertawa hambar. Ia tak menyangka akan mendengar kan kalimat itu dari Jessica.
"Lebih baik kau keluar sekarang," Jessica tertegun, ia pun tampak mengigit bibir bawah nya gusar.
"Apa ini ada hubungannya dengan keluarga park Jiyong?" wanita paruh baya itu berujar ragu. Saat mendengar nama Jiyong di sebut, pria bertubuh tegap itu kini tampak menatap Jessica jengah.
"Kau hanya perlu duduk manis dan menerima hasilnya saja. Apa itu sulit untuk kau lakukan?" wanita paruh baya itu terhenyak. Ia dapat melihat gurat wajah dari sang suami yang kini menunjukkan amarah.
"Tapi Siwon-ah---"
"Keluar dari ruangan ku sekarang juga!" Jessica terperanjat kaget saat mendengar suara bariton milik sang suami yang meninggi. Ia tampak menggelengkan kepalanya pelan tak percaya dengan apa yang dilakukan oleh Siwon. Dengan mata yang mulai panas dengan genangan air mata, Jessica melangkah pergi meninggalkan ruang kerja Siwon.
"Aku salah karena pernah mendukung mu, Siwon-ah."
....
Langit yang awalnya bewarna biru terang itu, kini tampak berubah menjadi jingga memanjakan mata. Taman bermain yang tadinya ramai itupun, sekarang sudah terlihat sepi. Namun keempat remaja itu belum juga menyudahi aktivitas mereka.
Sejak siang tadi, mereka tampak begitu bersemangat menaiki setiap wahana permainan satu persatu. Saling tertawa dan bercanda bersama. Bagi gadis berponi itu, ini adalah kali pertama ia datang ke taman bermain. Tapi sayangnya, ia tak bisa menaiki wahana ekstrem yang sejak dulu sangat ingin ia coba.
Namun meskipun begitu, Lisa sudah merasa sangat bahagia. Ini adalah kali pertama untuk nya menghabiskan waktu untuk bersenang-senang. Ia tidak tau kapan lagi ia akan mendapatkan momen menyenangkan seperti ini. Lisa hanya ingin menikmati nya meski sebentar.
"Sebaiknya kita pulang sekarang," Rosé berujar sembari melihat jam yang terpasang di tangan kirinya. Lisa yang berjalan di samping sang kakak tampak menoleh sembari mengerucut kan bibir nya.
"Unnie, bukankah ini terlalu cepat?"
"Ya! Jadi kau ingin tetap disini? Kau harus istirahat, Lisa-ya." Gadis berponi itu tampak melemaskan bahunya. Jika boleh jujur, ia masih ingin berada di tempat ini. Rasanya begitu menyenangkan dan Lisa ingin lebih lama lagi disini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alone[End]✔
Short StoryAku ada tapi tiada. Kesepian telah menjadi temanku, dan hadirku hanya benalu. "Sebenarnya apa tujuan mu?" - Park Jisoo "Apa yang kau inginkan? Uang?" - Park Jennie "Kembalikan kebahagiaan keluarga ku!" - Park Chaeyoung "Aku hanya ingin diakui." - L...