23 💙

398 54 44
                                    

Candy berada di rumah sakit, Ia menatap pasien di dalam ruangan yang di lapisi kaca itu. Ia sudah masuk ke dalam tadi tapi karna harus tetap steril Ia tak bisa menunggu di dalam meski ingin. 

Tangan candy saling bertaut dan menggenggam.  Hal yang slalu candy lakukan tiap kali takut dan cemas.

Lay menyentuh pundak candy dengan lembut.
Mata candy terus menatap lurus pada seseorang di balik kaca itu.

"Candy.."

"Kalian pulang lah.. Aku ingin sendiri" ucap Candy

Lay mengusap rambut candy dengan penuh sayang.

"Kalau kamu butuh sesuatu, kamu bisa menghubungi ku, siwon hyung atau james ya.."

Candy tak mengatakan apa-apa. Ia hanya terus menatap lurus. Tak menangis meski sedih dan takut dan justru itulah yang memberatkan Candy saat ini.

Lay mengecup kepala Candy singkat lalu meninggalkan Candy pulang bersama siwon, james dan seorang wanita lain.

Ia tak siap jika harus kehilangan lagi. Hanya mereka lah yang benar-benar candy milikki sekarang.

Candy menyentuh perutnya yang terasa sakit. Ia memilih untuk duduk pada kursi yang masih bisa menatap langsung pada ruangan itu.

Harusnya Ia mendengarkan siwon agar tak melakukan sesuatu yang berat. Seharusnya Ia bisa mengurus dirinya sendiri. Sekarang Ia bukan hanya hidup untuk dirinya. Ia harus bertahan selama yang Ia bisa. Untuk semua itu Ia butuh tubuhnya. Perbedaan dirinya dengan Nara adalah jika Nara tak bisa menjaga diri karna tak mampu maka candy karna keinginannya sendiri. Mungkin memang sudah menjadi hobby candy unyuk menyakiti diri.

Candy melihat ponsel yang ada di genggamannya saat ini. Ponsel milik Eunhyuk yang belum sempat untuk Ia kembalikan.

Candy menekan tombol power untuk menyalakan ponsel itu. Ia memasukan password hingga ponsel itu terbuka. Ia tau bukan haknya membuka isi ponsel itu. Tapi Ia tetap saja melakukannya. Ia membuka galery ponsel Eunhyuk namun sayangnya itu di kunci. Ia mencoba menggunakan tanggal lahir eunhyuk tapi salah, lalu tanggal debut eunhyuk juga salah entah apa yang merasuki pikirannya Ia mencoba dengan tanggal lahirnya dan itu terbuka. Terkejut? Tentu saja. Candy bahkan harus memegangi tangannya sendiri yang bergetar.

Ia membuka satu persatu album foto tersebut, yang isinya di dominasi oleh foto-fotonya,  foto-foto mereka pada dua tahun lalu. Foto-foto eunhyuk bersama para member di lombok. Masa penuh kenangan yang membahagiakan. Hingga detik ini candy masih sangat ingat bagaimana suara tawa mereka, bagaimana raut wajah bahagia itu nampak begitu nyata, bahkan suara tangisan rindu dan permintaan maaf Ia masih mengingat semua itu. Saat ini semua terasa sangat amat manis.

Mereka semua masih orang yang sama dengan orang-orang di dalam foto itu. Tapi mengapa semuanya hambar? Meski tertawa, tawa itu tak lagi seriang dulu.. Meski canda itu masih ada tapi tetap saja berbeda.

Candy terhenti pada foto dimana hanya ada dirinya dan para member. Ia menyentuh foto itu dan rasa bersalahnya semakin memuncak. Bagaimana jika Tuhan mendengar pemikirannya saat di pesawat. Mendengar keinginannya yang berandai-andai bagaimana jika mereka tak ada lalu benar-benar akan merebut mereka dari hidup candy. Ia dan candy yang di dalam foto itu adalah dua candy yang berbeda. Ia bukan lagi candy yang ada di dalam foto itu. Harusnya Ia menyadari itu. Harusnya Ia memahami itu. Ia memang candy tapi candy yang saat ini adalah candy yang berbeda. Candy yang tak boleh hanya memikirkan Cinta dan keinginannya saja.

Candy beralih pada album video. Di paling atas ada riwayat video yang sering di putar dan video itu adalah video Ia menyanyi, video saat Ia bisa bebas mencintai siapapun dan melakukan apapun. Candy yang mempesona dan bisa mencuri hati siapapun. Candy yang hanya perlu melakukan apa yang diinginkannya. Hal-hal sederhana yang membuatnya begitu bahagia. Video itu layaknya rangkuman perjalanan selama Ia bersama para member. Bagaimana Ia terus hanya melihat eunhyuk. Meski beberapa kali terluka Ia tetap menginginkan Eunhyuk dan tak mau melepas Eunhyuk.

A Piece of cakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang