Candy mendudukan ke dua bayinya pada car seat di jok belakang mobil siwon dengan bantuan James. Tentu saja karna siwon tak bisa turun. Ia tetap berada di kursinya seraya membantu dari dalam. Menyapa si kembar yang terus tertawa seperti sudah sangat mengenal siwon.
Candy pun masuk ke dalam mobil siwon dan duduk di samping siwon. Sedangkan James, assisten rumah tangga beserta Lily anak assisten rumah tangga candy berada di dalam mobil lain.
"Uu...sayang.. Sayang.. Itu lihat ada daddy.. Ngga boleh nangis. " ucap Candy pada Shine yang sudah akan menangis karna ingin di gendong.
Siwon tersenyum lembut lalu memasangkan sabuk pengaman untuk candy.
Shine semakin merengek.
"Ssst... Nih lihat mobilnya jalan nih.. Daddy ayo daddy, shine mau jalan-jalan.." ucap Candy
Siwon mengendarai mobilnya dan memanggil shine beberapa kali agar shine tak menangis lagi.
"Shine... Shine.. Nah..... Terangkan sekarang," ucap Siwon yang sudah mengendarai mobil keluar dari basement.
Shine perlahan berhenti menangis dan melihat pemandangan sekelilingnya. Candy tersenyum melihat kegemasan anaknya itu. Ia pun membagi snack pada si kembar.
Siwon terus saja menyauti celotehan Shine seraya mengendarai mobilnya dan candy hanya tersenyum lembut memperhatikan siwon.
"Kenapa?" tanya Siwon saat menyadari sedang di tatap seperti itu oleh candy.
"Terimakasih.." ucap Candy.
Siwon mengusap kepala candy penuh sayang.
"Mereka persis sekali seperti kalian. Shane sangat tenang seperti mu dan Shine suka sekali merengek seperti appanya."
Candy tersenyum dan menganggukan kepalanya.
"Dia baru satu tahun lebih, tapi semakin hari semakin mirip.." ucap Candy
Candy memperhatikan lagi anak-anaknya. Shine masih terus saja asik berceloteh sedangkan Shane dengan patuh memakan snacknya dan menatap ke arah jalanan.
"Candy..."
"Tidak oppa.. Aku tetap pada keputusan ku untuk tidak mengatakan padanya.." ucap candy
Siwon menghela napasnya namun tak mengatakan apa-apa lagi. Hanya saja Ia tetap akan terus membujuk candy. Bagi siwon tak masalah jika Ia menjadi ayah dari anak-anak itu. Tapi tetap saja mereka berhak tau siapa ayah kandung mereka.
...
...Nara masuk ke dalam kamarnya. Wajahnya sudah nampak muram, memerah dan matanya pun berkaca-kaca. Jika Ia hanya diam, Ia pasti sudah akan menangis karna itu Nara memilih untuk merapikan tempat tinggalnya saja. Saat sedih Nara memang suka untuk menyibukan dirinya. Melakukan apa saja asala Ia tak diam.
Ponselnya kembali berdering, Nara melihat pesan yang di kirim kan oleh ibunya yang mengirimkan foto adiknya yang sedang berada di singapur.
*Lihatlah, adik mu mendapatkan mendali juara satu. Dia hebat sekali kan Nara.. Ibu bilang apa usaha tidak ada yang sia-sia. Kamu juga jangan bermalas-malasan di sana.*
- iya bu, ibu dan yang lain bagaimana kabarnya?-
*kamu ngga suka ya adik mu dapat mendali? Ngga boleh gitu Nara. Kamu tuh udah dewasa jangan di biasain iri kaya gitu apa lagi sama adik mu sendiri. Ngga bagus kaya gitu Nara..*
-Engga gitu bu maksud Nara, Nara senang lihatnya. Nara hanya ingin menanyakan kabar ibu saja.-
*memangnya ibu anak kecil di bohongin seperti itu. Ibu tuh kenal kamu Nara. Kamu kan emang kaya gitu bisanya cuma iri sama kakak dan adik mu.*
KAMU SEDANG MEMBACA
A Piece of cake
FanfictionKatanya sepotong kenangan paling memilukan pun akan terasa manis, jika kenangan itu di bagi bersama orang-orang terkasih. Lalu bagaimana jika kenangan itu adalah tentang orang-orang itu sendiri? Bagaimana jika hati terlalu takut untuk mengasihi lagi...