Mati Rasa

193 19 10
                                    

Jangan lupa Vote dan Komenya

🍁🍁🍁🍁

Dari kedua sudut mata Arin yang terpejam meleleh bulir bening yang tampak mengalir di  permukaan pipinya. Terasa bongkahan besar menyumbat ditenggorokan mana kala ia menelan salivanya. Rasa pahit bercampur perih dalam hati terasa menggigit saat mendengar kata-kata kasar dan hinaan yang keluar dari mulut Siska.

Pemutar balikan fakta yang sungguh tak bisa diterima serta sederet tuduhan yang dilayangkan perempuan keji itu membuat Arin tak lagi mampu menahan laju air matanya.

"Urus ya hidup kalian sendiri sekarang, kalian sudah besar. Berhenti merong-rong orang tua dan belajarlah untuk mandiri"

Dengusan dan tatapan sinispun mengakhiri sederet kata-kata jahat nan menyakitkan dari Siska

Tak banyak yang bisa Arin perbuat, selain hanya berdiam diri mendengar caci maki dan lontaran kata-kata kasar dari perempuan bengis perebut kebahagiaanya itu. Meski dalam hati ia sangat ingin membalas apa yang dilakukan  oleh Siska namun lagi-lagi ia urung melakukanya.

Arin tak ingin perbuatanya itu justru akan membuatnya semakin dipersulit untuk menemui Ayahnya.

"Silahkan hina kami sesuka hatimu, ambil semua yang bisa kamu ambil. Silahkan, tapi tolong biarkan aku menemui Ayah sekali ini saja..aku mohon Kak Siska..kaliii ini saja"

Dengan nada memelas dan merendah Arin mengemukakan permohonanya pada Siska. Berharap sisi kemanusiaan wanita itu bisa terketuk.

"Mau apa kamu bertemu Ayahmu sekarang, hah" ucapnya penuh keangkuhan

"Kak Rio baru saja mengalami kecelakaan dan kritis dirumah sakit" isak tangis Arin pecah saat menyampaikan niatan hatinya datang kerumah besar itu

"dia kehilangan banyak darah, sedang stok darah dirumah sakit sedang kosong. Golongan darah Kak Rio termasuk golongan darah yang langka, sedang dari pihak keluarga hanya Ayah yang memiliki golongan darah yang sama dengan Kak Rio. Aku mohon Kak Siska tolong biarkan aku menemui Ayah sekarang...tolooong...Kak Rio sedang membutuhkan bantuan"

Tak ada raut iba apa lagi kasihan setelah mendengar penuturan menyedihkan serta isak tangih dari gadis lemah yang duduk seraya memohon belas kasihan dihadapanya. Seringai jahat justru terbit dari wajah wanita yang kini berdiri sambil menyilangkan kedua lenganya didepan dada.

"Oo...ternyata si angkuh dan sok hebat itu yang kini membutuhkan bantuan"

"Ada apa Siska" suara itu mendadak terdengar dari ruang dalam. Sampai beberapa detik kemudian muncul seorang pria berpiyama dengan penampilan layaknya orang bangun tidur

"Arin, ada apa malam-malam begini" tanya pria itu dengan menampakan keterkejutanya mendapati putrinya yang datang menjelang dini hari dengan penampilannya yang semrawut.

"Ayah...Ayah..tolong Arin Ayah..." Arin berlari menghambur pada pria yang baru datang itu.

"Apa yang terjadi, apa yang membawamu datang pagi buta begini"

"Kak Rio..Kak Rio sedang butuh bantuan Ayaaah" dengan terbata-bata karena tangis yang tak bisa dicegahnya Arin menceritakan semua kejadian yang menimpa Rio pada Ayahnya.

Pria itu terlihat ling-lung sesaat, berulang kali dahinya tampak mengkerut seperti berusaha mencerna informasi yang didengarnya.

"Ayah maukan menolong Kak Rio, cuma Ayah yang bisa menolong Kak Rio yaah...Arin mohon, kali ini saja yaah"

"Mudah ya kamu bilang tolong. Kamu nggak pernah tahu bagaimana perlakuan Rio pada Ayahmu. Sikap angkuhnya seolah dia tak membutuhkan Ayahnya lagi" Siska terdengar berusaha memprovokasi pria bernama Hendry Wicaksono yang tampak masih berdiam diri dalam kebimbangan

Belenggu DosaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang