Kegilaan

362 16 12
                                    

Jangan lupa Vote dan Komenya

🍁🍁🍁

Cahaya lampu yang terang membawa pandangan Arin dapat dengan jelas melihat sosok yang kini tengah terkulai tak berdaya dilantai tepat dibelakang sofa.

"Mas Sendy!!"

Arin memekik keras saking kagetnya melihat sosok yang begitu dikenalnya kini terkulai tak berdaya dilantai.

Arin dengan sigap berhambur mendekat untuk segera memberi pertolongan. Baru saja ia bersimpuh disisi Sendy dan hendak mengulurkan tanganya membantu aroma pekat yang menguar seketika mengusik penciumannya.

Dahi Arin seketika mengernyit dengan telapak tangan yang mengibas-ngibas tepat didepan hidungnya, mencoba mengusir aroma yang menyengat itu.

Meski tak biasa dan asing dengan aroma ini, insting Arin cukup bisa menebak bahwa aroma tajam yang menguar dari tubuh dan hembusan nafas Sendy adalah aroma minuman keras yang sudah pasti baru dinikmati pria dewasa dihadapanya ini.

Dan hampir bisa Arin tebak, gerak reflek dan rancauan yang keluar dari mulut Sendy adalah karena pria ini sedang dalam keadaan mabuk.

Entah dari mana perasaan kesal yang tiba-tiba saja muncul mengusik niatnya untuk tidak jadi memberi pertolongan pada pria mabuk itu. Karena jujur Arin begitu tidak menyukai prilaku mabuk-mabukan seperti ini. Baginya menghabiskan waktu dan mengorbankan tubuh untuk hal yang tidak berguna seperti ini adalah hal konyol dan paling bodoh yang bisa dikerjakan

Gadis itu sudah bangkit dari duduknya dan mengurungkan niatnya untuk membantu sebelum akhirnya sebuah raihan tangan kekar yang tiba-tiba terulur melingkar pergelangan tanganya membuat ia kini kembali pada posisi semula.

"Kamuuu...iya...kamuu..., kamu gadis itukan Ariana..iya kamu Ariana" dengan tatapan mata yang menyayu tanpa fokus yang jelas pria mabuk itu melempar pandang pada Arin. Terdengar beberapa kali suara cekukan dari tenggorokan pria itu persis peran mabuk yang kerap kali Arin liat di sinetron ikan terbang yang sering ditonton Bundanya di tv.

"Mas apa sih kamuu..lepass..sakit tau" Arin menggoncang-goncangkan lenganya dari cengkramana Sendy yang semakin mengerat kencang, sehingga menimbulkan rasa ngilu dipergelangan tanganya.

"Semua karena kamu..semua demi kamuuu...aku nggak perduli dengan apapun anggapan mereka, hah..persetan dengan mereka semua Arianaaa...Aku nggak perduli"

"Bicara apa sih kamu, aku nggak ngerti.., sudah. Ayo aku bantu kamu ke kamar..ini sudah malam, jangan buat aku jadi tambah susah"

Entah rancauan apa yang keluar dari mulut Sendy barusan yang sama sekali tidak dipahami oleh Arin. Dari pada mendengarkan ocehan orang mabuk gadis itupun akhirnya memilih untuk membantu Sendy bangun dan membimbingnya menuju kamar meski dengan susah payah.

"Kemana si Krisna ini, kenapa justru menghilang saat bossnya dalam keadaan seperti ini...bukankah seharusnya ini bagian dari  tugasnya, huh" Arin mendengus kesal sembari tertatih memapah Sendy menuju kamarnya.

Brugh

Dengan nafas yang memburu seperti kelelahan Arin mejatuhkan tubuh Sendy diatas ranjang kamar tidurnya. Kringatnya bercucuran setelah dengan susah payah dan tenaga yang tak sebanding harus berjuang memapah pria dengan tubuh tinggi besar itu sampai kekamarnya. Tak henti-henti Arin mendumal kesal merutuki kebodohanya yang masih mau saja menolong pria mabuk itu.

Sesaat Arin mengamati penampilan Sendy saat ini. Kemeja lusuh tanpa dasi, bahkan dua kancing bajunya sudah terbuka, rambut acak-acakan belum lagi aroma wangi yang biasanya Arin hirup dari parfum mahal yang Sendy pakai berganti dengan aroma alkohol yang pekat menyelimuti sekujur tubuhnya. Sungguh penampilan Sendy malam ini berbanding terbalik dengan keseharianya yang selalu rapih dan berwibawa. Tak ayal image karismatik yang sempat Arin sematkan pada pria itu berubah seketika.

Belenggu DosaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang