Harga Diri

321 19 11
                                    

"Jangan lupa Vote dan Komenya

🍁🍁🍁🍁

"Apa itu termasuk keperawananmu, bila aku memintanya?"

Detak jantung Arin serasa berhenti sejenak, begitupun tarikan nafasnya bagai tersendat di kerongkongan. Mata gadis itu memandang lurus kedepan. Berusaha menemukan celah adanya arti lain dalam setiap penggalan kata yang mungkin tersirat dari air wajah Sendy

Arin berusaha menerka apa yang mungkin Sendy fikirkan saat ini, menimang-nimang keputusan seandainya itu bukan hanya sekedar selorohannya saja.

Membayangkan kemungkinan terburuk itu membuat tubuh Arin bergidik ngeri.

Nggak mungkin Mas Sendy akan sekejam itu, dia bukanlah orang bejat yang suka memanfaatkan situasi demi keuntunganya sendiri. Nggak....nggak...mungkin Mas Sendy seperti itu

Arin bermonolog dalam fikiran bawah sadarnya, berusaha menguatkan mentalnya yang sempat mengendur begitu mendengar selorohan dari pria dihadapanya itu yang terdengar asal.

"Kalau memang itu yang aku mau, apa kamu bersedia menyerahkanya Ariana?"

Tubuh Arin terguncang, serasa demam dan menggigil mendengar Sendy mengulang pertanyaannya.

Wajah pria itu terlihat tak main-main, menandakan keseriusan dalam ucapanya, hingga membuat Arin bisa memastikan bahwa itulah keinginan sejati dalam benaknya.

Seringai mengerikan ditunjukan kembali oleh wajah tampan bermata sipit dengan manik mata tajamnya yang tak henti mengintimidasi Arin dengan sorot mata elang yang menusuk.

"A-a-ku tahu Mas Sendy hanya ber-can-dakan? nggak mungkin Mas akan melakukan hal sememalukan itu"

"Apa aku terlihat main-main Ariana...." jawab pria itu lugas, membuat Arin membisu seketika

"Atau selama ini kamu anggap semua sebatas main-main?"

Sungguh ucapan dan ekspresi Sendy yang ditunjukan kali ini terlihat lebih mengerikan ketimbang menonton film horor sekalipun. Air wajahnya yang terlihat dingin dan kaku bak psyco yang tengah mengintimidasi korbanya.

Arin masih tak bergeming dengan tubuh terasa membeku, berusaha mencerna dengan sedikit nalar yang tersisa. Berharap semua perkataan Sendy hanya sekedar gertakan saja, akibat sikapnya kemarin-kemarin yang mungkin terlalu keras.

"Ooh ya..., mungkin juga kamu lupa dengan kejadian dimana terakhir kita ketemu, atau perlu aku ingatkan kembali kata-kata yang pernah kamu ucapkan saat itu nona?"

Arin tak mampu berucap lagi, lidahnya kelu. Ingatanya seketika berputar-putar mengenang kejadian dimana saat terakhir kali ia bertemu dengan Sendy.

Fashback On

Plaakk

"LEPPAS!!!"

Sebuah tamparan keras tepat mendarat di pipi kiri Sendy disertai suara pekikan melengking Arin yang seketika mengundang semua tatapan mata mengarah pada keduanya.

Plototan matanya yang tajam menyiratkan amarah yang meledak saat itu. Mana kala cengkraman tangan Sendy masih tak juga lepas dari pergelangan tangannya.

Suasana hiruk-pikuk kerumunan anak sekolah yang saat itu baru hendak pulang seketika bertambah ramai dengan kejadian menghebohkan itu.

Kejadian bermula ketika Arin baru berjalan sekitar 100 meter meninggalkan gerbang sekolah. Sebuah mobil sedan mewah berwarna hitam metalic tiba-tiba berhenti tepat disebelahnya.

Belenggu DosaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang