Jangan lupa Vote dan Komenya
🍁🍁🍁🍁
Dengan langkah gontai dan diselimuti kecemasan Arin berjalan menuruni satu demi satu anak tangga seraya tak henti berdo'a, semoga Sendy cukup memiliki kesadaran untuk tak membuat kehebohan ditempat kerja seperti halnya kemarin saat sepulang sekolah.
Hingga langkah Arin menjejak dianak tangga terakhir lantai satu tempat dimana katanya seseorang tengah menunggunya.
Mata bulat Arin terus berlarian seirama dengan detak jantungnya yang tak karuan hilir-mudik kesana kemari menduga-duga akan sosok yang mungkin datang malam ini, namun tak seorangpun ia temui selain hanya petugas keamanan yang tengah berjaga dipintu masuk toko.
Baru sekitar tiga atau empat langkah kakinya maju kedepan, hendak menemui petugas keamanan untuk sekedar mencari informasi. Sekelebatan sorot mata Arin menangkap sosok yang kini tengah berdiri memunggunginya, menghadap persis kearah sisi dinding kaca sebelah kanan toko
Sosok pria berkemeja rapi warna abu-abu yang membalut tubuhnya dengan begitu pas, menyakukan kedua telapak tanganya pada kantung celana bahan yang ia kenakan.
Pria itu terlihat berdiri tenang sambil memandang warna gelap malam melalui dinding kaca, sampai suara panggilan Arin membuat tubuhnya berbalik dan menunjukan wajah tampan dengan jelas.
"Pak Krisna"
Sebuah senyum tipis dengan durasi singkat sempat berkelebat diwajah dingin orang kepercayaan Sendy itu. Sebelum akhirnya lenyap dan berganti dengan wajah kaku seperti yang biasa kerap ia tampilkan.
"Senang melihat kamu baik-baik saja Ariana"
Arin membalas basa-basi Krisna malam itu hanya dengan sebuah senyum simpul. Tatapan mata gadis itu mengguratkan tanda tanya akan kehadiran pria yang kini berdiri tepat dihadapanya.
Dengan alasan kenyamanan pria itupun mengajak Arin mengobrol disebuah coffee shop yang berada tepat disebelah toko buku tempat Arin bekerja.
Dari karakter Krisna yang memang sudah sangat Arin pahami, pria itu bukanlah tipe orang yang akan bertele-tele untuk menyampaikan maksud dan tujuanya. Maka tak lama setelah mereka duduk dan memesan minuman, Krisna segera membuka pembicaraan tentang maksud kedatanganya menemui Arin malam ini.
Jelas terlihat gurat kecemasan tergambar nyata diraut wajah Arin setelah mendengar penuturan Krisna barusan. Dahinya tampak mengekerut dengan guratan dalam yang mencolok, menandakan ia tengah berfikir begitu keras. Bola matanya yang terlihat tak fokus pada lawan bicara dihadapanya menandakan ada kebingungan yang jelas dibenaknya
Mau bagaimana lagi, semua yang Krisna katakan adalah kebenaran dan fakta yang tak terbantahkan. Bahkan Arin tak mungkin bisa berkelit bahwa kenyataanya ia memang masih terikat kontrak sebagai desainer interior apartemen Sendy.
Dari bukti kontrak yang pernah ia tanda tangani waktu itu Arin masih memiliki sisa pekerjaan yang harus ia selesaikan. Bahkan nyata-nyata ia sudah menerima bayaran penuh untuk kontraknya itu.
Tentu wajar adanya bila Krisna mempertanyakan tentang kelanjutan kontrak itu. Membuat Arin tak bisa untuk terus-menerus menghindar. Karna nyatanya Antara ia dan Sendy memang ada urusan yang belum selesai, hingga mengharuskanya untuk tetap berhubungan
Sungguh kali ini Arin tak lagi memiliki daya untuk memberontak atas setiap perkataan yang disampaikan pria dihadapanya ini. Dengan detail Krisna menyampaikan konsekuensi yang harus ia terima apabila menyalahi kontrak yang sudah ia tanda tangani.
Mata Arin membulat sempurna saat Krisna mengatakan jumlah nominal yang harus ia bayarkan kalau sampai menyalahi isi kontrak yang ada.
"Saya nggak akan pernah lari dari tanggung jawab Pak Krisna, secepatnya saya akan menyelesaikan sisa pekerjaan saya itu"
Meski dibayangi ketakutan yang nyata akan kemungkinan bertemu kembali dengan Sendy bila nanti ia kembali datang ke apartemen itu untuk menyelesaikan sisa pekerjaanya. Namun Arin tak lagi punya banyak pilihan selain menerimanya, ketimabang harus membayar ganti rugi yang nilainya sudah pasti tak akan sanggup ia bayarkan, belum lagi hutangnya pada Sendy yang bahkan belum separuhnya ia lunasi. Semua seolah memaksa Arin untuk mempertaruhkan apa yang ada tanpa bisa menolak.
"Tapi tolong beri waktu saya untuk mempersiapkan diri, ini sulit untuk saya..dan saya yakin Pak Krisna paham akan ketakutan saya."
Pria yang kini duduk disofa tepat dihadapannya itu dengan santai menyeruput kopi hitam dalam cangkir ditanganya. Menatap Arin dengan tatapan menilai
"Jangan khawatir, saya bisa menjamin kalau kejadian serupa tidak akan terjadi. Seperti yang pernah saya sampaikan malam itu. Semua terjadi karena Tuan Sendy dalam pengaruh minuman keras. Dan kamu pasti bisa menilai, karakter tuan Sendy yang sebenarnyakan"
Dengan reflek, seolah memahami makna perkataan Krisna. Arin mengamininya dengan anggukan kepala.
Memang benar adanya, jika menilik kebelakang tentang bagaimana sikap yang Sendy tunjukan padanya, sungguh tak ada gambaran pada pria itu yang bisa membuat Arin menjatuhkan penilaian yang negatif.
Seorang pria pintar, berkarisma serta penuh wibawa adalah paket yang tersaji lengkap kala melihat sosok Sendy sepintas saja. Begitupun kesan lebih dalam dengan rentetan pesona akan didapat oleh siapa saja yang berkesempatan mengenal pribadi Sendy lebih dekat
Sungguh kejadian malam itu membuat Arin tak lagi bisa menilai secara objektif sosok Sendy. Semua seolah tertutup oleh kabut kebencian yang mendadak menguasai sanubarinya. Sosok baik dan karismatik yang semula melekat dalam anggapan Arin sirna seketika. Kenyataan seolah menjungkir balikan semua.
Kebringasan Sendy Malam itu meninggalkan trauma yang dalam dalam diri Arin, ketakutan itu seolah selalu membayang saat ia mengingat wajah pria itu.
Sepanjang perjalanan pulang fikiran Arin dipenuhi dengan semua perkataan yang dilontarkan Krisna tadi. Jaminan akan tak berulangnya kejadian seperti malam itu, bahkan sebuah janji yang dibuat Sendy disampaikan melalui Krisna, bahwa Arin tak akan pernah melihat sosok Sendy selama menyelesaikan sisa kontraknya jika memang Arin tak berkenan. Hal itu sedikit memberi angin segar pada Arin bahwa mungkin benar Sendy tak seburuk seperti yang ia fikir, setidaknya pria itu menyadari akan ketakutan yang masih Arin rasakan
Arin terus berharap semoga benar bahwa yang terjadian malam itu lantaran Sendy tengah dalam pengaru minuman keras dan bukan faktor kesengajaan karena pria itu memang memiliki niatan untuk menodainya.
Selebihnya gadis itu hanya bisa pasrah untuk kembali menjalani tanggung jawab yang memang masih mengikatnya
🍁🍁🍁🍁
Dua hari berlalu setelah malam itu, Arin sudah membulatkan niatnya untuk menyelesaikan hutang tanggung jawab antara dirinya dengan Sendy.
Sepulang sekolah nanti rencananya ia akan datang kembali ke apartemen itu. Setelah sebelumnya ia terlebih dulu memberi kabar pada Krisna tentang keputusan yang sudah ia ambil.
Begitupun Arin menagih janji yang sudah Krisna ucapkan kemarin, tentang jaminan keamanan yang pria itu janjikan padanya.
Meski demikian ketakutan tak lantas sirna dari benak Arin, debaran jantungnya sungguh tak bisa berbohong. Bahwa rasa trauma jelas masih bersisa, meskipun terus berusaha ia tepis.
🍁🍁🍁🍁
Bagi yang mempertanyakan akankah kisah ini berlanjut, maka jawabanya "MASIH"
Karena kesibukanku didunia nyata, pekerjaan menjelang akhir tahun yang menumpuk maka dengan sangat menyesal update kisah ini jadi tersendat-sendat
Terima kasih untuk semua komen yang kalian tinggalkan, yang selalu memintaku untuk cepat kembali. Aku selalu rutin baca loo...Meski belum sempat balas
Terima kasih...
KAMU SEDANG MEMBACA
Belenggu Dosa
RomanceKeceriaan gadis berparas cantik idola SMA Nusa Bangsa bernama Ariana Kamilla harus lenyap seiring gerusan cobaan hidup yang harus ia alami. Penghianatan, kehilangan, tipu daya, dan kejinya pemerkosaan yang dialami Ariana diusia belia, menjerumuskan...