Tes pack

312 20 5
                                    

Jangan lupa Vote dan  Komennya

🌺🌺🌺🌺

"Hamil"

Meskipun itu belum dapat dipastikan, tapi cukup membuat Arin dilanda kepanikan. Fikiranya kacau, terlebih saat menyadari siklus haidnya yang juga tidak teratur.

Saking sibuknya ia mengurus banyak hal, ia sampai lupa kalau sejak bulan lalu ia bahkan tak mendapat tamu bulananya.

Terlebih saat mengingat kecerobohanya yang sama sekali tidak menggunakan pengaman ataupun alat kontrasepsi setiap kali berhubungan dengan Sendy, semakin membuat Arin dilanda frustasi.

Bagaimana mungkin ia sampai melupakan hal sepenting itu, Arin sungguh merutuki kebodohanya.

Hampir seharian ini Arin dilanda kecemasan, ia bingung harus berbuat apa. Membayangkan segala kemungkinan itu membuat Arin stres.

Antara kepastian dan taku. Dua kata itu yang kini berkecamuk dalam diri gadis itu.

Ia harus segera memastikan semuanya agar bisa mengambil keputusan, sedangkan disisi lain ketakutan apakah ia akan bisa menerima kenyataan seandainya prediksinya itu benar-benar terjadi.

Kegalauan fikiran tanpa sadar membawa langkah kaki Arin menuju ke sebuah apotek tak jauh dari tempatnya bekerja.

Setelah Eza meninggalkanya didepan toko buku, diam-diam Arin pergi ke apotek yang letaknya berseberangan dengan tempatnya bekerja.

Arin dengan sengaja mengganti seragam sekolahnya dengan pakaian biasa, agar tak menarik perhatian petugas apotek yang melayaninya.

Membayangkan tatapan aneh petugas apotek saat seorang remaja SMA yang akan membeli alat tes kehamilan saja membuat Arin bergidik ngeri. Hingga langkah antisipasipun ia lakukan dengan mengganti seragam sekolahnya terlebih dahulu

***

Dengan langkah takut-takut Arin masuk kedalam toilet dimana ia bekerja, dengan memastikan situasi aman terlebih dahulu tentunya.

Gadis itu menutup rapat pintu luar toilet sebelum akhirnya masuk kedalam salah satu bilik.

Hampir selama proses itu, tubuh Arin tak henti gemeratan dan menegang. Jantungnya serasa berlarian kesana kemari tak tenang. Dalam hati latunan do'a tak henti-henti ia panjatkan, berharap ketakutannya tak akan menjadi nyata.

Dengan tangan yang gemetaran Arin meraih tes pack yang semula ia letakkan diatas wastafel. Bahkan gadis itu harus menghitung sampai lima, hingga kedua matanya berani terbuka dan melihat langsung pada benda panjang pipih yang saat ini sudah ditangannya.

Deggh

Dada Arin serasa dihantam dengan benda yang sangat keras, hingga nafasnya terasa sesak bukan main. Nafasnyapun tercekat, seakan tak ada oksigen yang bisa ia hirup disana.

Kenapa takdir terasa begitu kejam menyiksanya bertubi-tubi, bahkan kini masa depannyapun harus hancur tak bersisa.

Dua garis merah yang tercetak pada alat tes itu, seketika membuat kaki-kaki Arin tak lagi berpijak dilantai, seluruh tulang penyangga tubuhnya meluruh hingga membuatnya kini ambruk terkulai dilantai.

Tak ada isak tangis yang terdengar, melainkan lelehan bening yang mengalir dari kedua sudut matanya.

Kenyataan buruk dalam angan-angannya sungguh terjadi. Arin hancur, sungguh-sungguh hancur kali ini. Tak ada lagi yang tersisa dari dirinya selain hanya kenestapaan yang membayang disetiap langkahnya.

Takdir sungguh menghempaskanya hingga kedasar jurang tak bertepi.

Perlahan Arin meraba permukaan perutnya yang masih rata. Tak pernah ia kira bahwa akan ada nyawa yang bersemayam didalam dirinya secepat ini.

Belenggu DosaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang