Pertikaian

250 15 2
                                    

Jangan lupa Vote dan Komenya

Tak ada yang berbeda pagi ini dengan pagi-pagi biasanya, setelah bangun dari tidur Arin segera membersihkan diri dan bersiap untuk berangkat ke sekolah.

Sebelum keluar kamar, terlebih dulu ia memebereskan tempat tidur dan menyiapkan semua perlengkapan sekolahnya. Setelah memastikan semuanya siap Arin bergegas turun ke bawah untuk menyantap menu sarapan yang tentunya sudah disiapkan Bunda.

Begitu kakinya menginjak anak tangga yang terakhir tatapannya tertuju pada Ayah yang duduk di ruang tengah sambil sibuk mengotak atik ponselnya. Kopi dan makanan kecil yang di siapkan bunda sepertinyapun belum sama sekali  disentuhnya.

Arin tidak tahu kapan Ayahnya pulang, padahal semalam saat Arin dan kedua kakaknya menghabiskan waktu semalaman untuk mengobrol dikamarnya, tidak ada tanda-tanda Ayahnya akan pulang.

Kak Rio dan Kak Fikripun belum terlihat batang hidungnya, mungkin setelah semalaman bergadang dikamarnya untuk ngobrol dan bercanda mereka jadi bangun kesiangan.

Belum lagi setelah kedua saudara laki-lakinya itu keluar dari kamar Arin mereka masih melanjutkan obrolan mereka entah sampai pukul berapa.

"Ayah sudah pulang?" Sapa Arin dengan semangat sambil memeluk pundak Ayah dari belakang dan menggelayutkan kepalanya pada punggung Ayah.

Tubuh Ayah terasa sedikit berjengkit karena kaget, mendapat pelukan dari anak gadisnya yang tiba-tiba.

Dengan spontan Ayah langsung mematikan layar ponselnya dalam mode terkunci dan meletakan ponselnya diatas meja

"Iya semalam menjelang subuh Ayah pulang" Ayah mengulas sebuah senyum diwajahnya sambil mengelus lengan Arin yang melingkari pundaknya.

"Sudah mau berangkat sayang, ayo kita sarapan dulu" Ayah menepuk lengan Arin, yang mungkin semakin terasa berat membeban dipundak Ayah

"Mulai deh yaa...sudah gadis masih manja-manjaan sama Ayah" sindir bunda saat melihat tangan Arin yang masih menggelayuti lengan Ayah sambil berjalan menuju meja makan.

"Ayah sudah ketemu kak Fikri belum?

"Belum, sepertinya mereka bangun kesiangan setelah bergadang semalam" jawab Ayah sembari menyendok nasi dari piringnya

"Berapa hari Fikri ngambil cuti bun..?" terdengar Ayah mengajukan pertanyaan

"Cuma 5 hari yah" jawab bunda sambil menyodorkan segelas susu pada Arin

Tak ada pertanyaan susulan otau obrolan sampai Arin menyelesaikan sarapanya.

*
*

Lapangan basket sore itu masih ramai, karena memang hari ini jadual tim basket sekolah untuk latihan.

Sudah hampir 1 jam Arin menunggu Eza yang tengah berlatih bersama teamnya. Rasa bosanya sedikit terbayar ketika sesekali Eza dari tengah lapangan melempar senyum dan melambai ke arah tribun penonton tempat Arin duduk menunggu.

"Bosan ya sayang.."

"Sedikit" Arin mendongakkan wajahnya, mendapati wajah Eya yang sudah muncul di hadapannya.

Arin meraih sebotol air mineral dan menyodorkanya pada Eza.

"Makasih sayang.." sambil tersenyum Eza meraih botol mineral itu dan meneguknya,

"Capek sayang..." Arin menyeka keringat yang menetes deras dari kening Eza dengan sebuah handuk keci, yang kemudian dibalas Eza dengan belaian lembut pada pucuk rambut Arin

"Makasih sayaaang..., aku nggak akan ngerasa capek selagi ada kamu, kamukan energi boosternya aku" goda Eza dengan menaik turunkan kedua alisnya.

Betapa ia seperti ingin menunjukan rasa bahagianya saat melihat Arin yang dengan setia menunggunya selama latian.

Belenggu DosaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang