Kangeeen

237 20 4
                                    

Jangan lupa Vote dan Komennya

10 hari berlalu sudah semenjak Bunda dirawat  di Rumah Sakit dan menjalani operasi, semakin hari kondisi Bunda menunjukan tanda-tanda membaik. Selama hari-hari itu berlangsung Arin begitu disibukan dengan merawat wanita yang trlah melahirkanya itu.

Selama 10 hari itu Rumah Sakit serasa menjadi rumah kedua bagi Arin, karena dalam 10 hari itu juga ia tak pernah sekalipun pulang ke rumah.

Bersama Rio sang Kakak Arin bahu membahu merawat Bunda, saling bergantian menjaga Bundanya. Jika pagi hari Arin ke sekolah maka tugas untuk menjaga Bunda menjadi tanggung jawab Rio sepenuhnya. Putra dari Irma Karisma itu baru akan mulai beraktivitas sekembalinya Arin dari sekolah.

Beruntung Rio sedang dalam masa penyusunan laporan akhir sehingga tidak mengharuskanya untuk setiap saat ke kampus, karena semua kegiatan bisa ia handle dari Rumah Sakit melalui laptopnya.

Beberapa kali dalam sepuluh hari itupun Fikri berusaha meluangkan waktunya untuk pulang dan menunggui Bundanya di Rumah Sakit  meski hanya untuk semalam saja. Tanggung jawabnya sebagai tulang punggung keluarga mengharuskanya untuk tetap bekerja meski sebenarnya iapun ingin merawat Bundanya setiap waktu.

Laga turnamen yang tengah berlangsung membuat Eza semakin disibukan dengan rentetan jadual latihan dan berbagai macam persiapan. Selama itu juga cowok tampan itu sama sekali tak mengetahui semua hal yang terjadi pada Arin kekasihnya.

Arin memang sudah mewanti-wanti  ketiga sahabat baiknya, Amel, Sisi dan Alfon untuk tidak menceritakan apapun pada Eza. Meski demikian Ilham yang juga masuk dalam bagian kontingen Tim Basket sudah lebih dulu mengetahui mengenai hal itu dari kekasihnya Lena yang sudah menjenguk Bunda di Rumah Sakit, namun lagi-lagi Arin tak mengizinkan Ilham untuk membahas hal itu dengan Eza.

Saat jam makan siang dikantin senyum Arin tiba-tiba merekah sempurna setelah terlibat sebuah obrolan via telepon dengan Rio Kakaknya. Raut lega begitu tergambar jelas dari setiap guratan garis diwajahnya saat Rio mengabarkan bahwa Bunda sudah diizinkan pulang sore ini.

Hasil observasi pagi ini memperlihatkan perbaikan kearah yang positif pada kesehatan Bunda hingga tim dokterpun mengizinkanya untuk pulang. Kebahagiaanpun ikut dirasakan oleh sahabat-sahabat Arin saat mendengar kabar itu.

Masa pemulihan kesehatan Bunda setelah di rumah berlangsung dengan cepat dan baik. Semangat Bunda yang tinggi untuk sembuh juga dukungan dari putra-putrinya membuat kondisi Bunda semakin membaik dari hari ke hari.

Setelah banyak alasan yang Arin berikan pada Eza karena belum juga bisa hadir dalam setiap laga pertandingannya, karena Arin masih harus merawat Bunda di Rumah Sakit beberapa waktu lalu, kali ini Arin dan ketiga sahabatnya akan melihat permainan Eza dan timnya yang  berhasil masuk dalam babak perempat final

Arin, Lena, Amel, Sisi dan Alfon sudah berdiri di sebuah lorong yang menghubungkan antara ruang ganti pemain dan lapangan basket yang berada di gedung Olah Raga terbesar di kota A.

Lena yang selalu hadir guna memberi dukungan pada Ilham tentu mengetahui akses untuk bisa menemui para pemain meski dengan peraturan yang sangat ketat.

Bermodalkan kartu akses kusus keluarga yang ia miliki, Lena dapat dengan mudah menemui Ilham termasuk saat berada di asrama.

"Lama amat Len..?" Alfon terlihat mulai gusar karena telah menunggu lama di lorong itu.

"Sabar kali Fon..."

"Iya nih anak, nggak sabaran amat...lagian tadi siapa yang ngotot ikut kedalem. Bukan tunggu aja ditribun"

Amel berusaha menenngkan kegusaran Alfon, namun tidak dengan Sisi yang justru membrondong dengan kalimat bernada protes.

Sekitar 15 menit berselang, derap langkah kaki terdengar bersamaan diringi decitan sepatu yang menyium lantai dari kejauhan perlahan-lahan mulai mendekat.

Belenggu DosaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang