Break

271 22 16
                                    

"Sayaang"

Jantung Arin serasa hendak melompat keluar saking kagetnya. Tubuhnya kaku mematung tak bergerak. Suara yang ia dengar barusan bak mantra yang seketika mampu mengehentikan gerak dan fikiranya.

Gadis itu masih tak menoleh, beberapa detik ia masih hanya membeku dalam kebisuan. Otaknya jumpalitan kesana-kemari mencari celah akan pembenaran yang mampu membuatnya tertolong saat ini.

Tak urung cengraman jari-jemari yang erat melingkari pergelangannya perlahan bergerak untuk menariknya mundur kebelakang, membuatnya mau tidak mau tersadar bahwa ia tak lagi bisa berkelit, apa lagi berlari.

"Sayaaang"

Tatapan mata penuh tanda tanya dan menduga-duga segera menyergap Arin kala gadis itu membalikan tubuh dan menemukan sorot mata Eza yang menatap lurus padanya.

"Z..za..a..., kamu, kok nggak bil-lang m...mau kesini?"

Eza tak segera menjawab pertanyaan yang dilontarkan Arin dengan suaranya yang sedikit terbata.

Suasana tegang seketika menyeruak saat manik mata coklat Eza terus memandang tajam bak elang pada sosok pria yang tepat berdiri disebalah Arin saat ini. Jelas sekali tatapan itu  menunjukan ketidak sukaanya akan keberadaan Sendy bersama Arin malam ini.

Sedang hal sebaliknya ditunjukan oleh Sendy. Wajah tenang serta semburat senyum terlihat di ujung garis bibir pria itu yang tampak melengkung ke atas.

"Zaa..."

Arin yang merasakan aura ketegangan berusaha menetralkan keadaan.

Gelombang amarah tergambar jelas dari rahang kokoh Eza yang terlihat mengetat dengan sorot matanya yang menusuk

Perlahan pandangan Eza beralih pada sosok Arin. Dari sorot mata pemuda tampan itu tersirat rasa tak percaya akan apa yang dilihatnya malam ini.

Setelah kesalahan pahaman yang pernah terjadi waktu itu, dimana Eza pernah menangkap basah Arin dan Sendy sepulang mereka dari pantai. Dimana saat itu Arin berjanji padanya untuk tak lagi dekat dengan pria itu. Tapi nyatanya Arin mengingkari janjinya sendiri

"K-kamu nyusulin aku?"

Dengan nada yang dibuat sebiasa mungkin, Arin melempar tanya sambil menggulirkan senyum manis dibibir manisnya

"Aku sengaja mau ngasih kejutan ke kamu, dan ternyata malah aku yang terkejut duluan" tukas Eza sedikit sinis

"Zaa..., tad-"

"Kebetulan saya sedang ada inspeksi disini"

Arin belum selesai dengan jawabanya, namun Sendy sudah lebih dulu menyela dan memberikan alasan tentang alasan  keberadaanya ditempat itu.

"Inspeksi. Malam-malam.Ditoko buku?"

Sejumlah interupsi dilayangkan Eza dengan penuh selidik

Sendy masih dengan senyum dan gayanya yang elegan "toko buku ini milik saya sejak setahun yang lalu, bagian dari pengembangan salah satu cabang usaha saya dikota ini"

"Waaw...ternyata banyak sekali kebetulan ya, kebetulan juga Arin bekerja disini"

Pernyataan Eza barusan seperti membungkam Sendy untuk bisa kembali berargumen

"Zaa...." Arin makin tak tenang melihat sikap Eza yang tak biasa malam ini. Jelas sekali pacarnya tengah sangat marah kali ini

"Kamu tahu sayang..., kebetulan juga Pak Sendy ikut hadir diliburan kita kemarin dipulau H. Banyak sekali kebetulannya kan, yang akhirnya mempertemukan kita, atau mungkin Tuhan memang sengaja menjodohkan kita untuk saling berhubungan ya?"

Belenggu DosaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang