Nasib Buruk

232 20 2
                                    

Jangan lupa Vote dan Komennya

Terik matahari yang seolah membakar kulit dengan lalu-lalang kendaraan dan suara kelaksonya yang bersautan semakin membuat suasana siang menjelang sore ini semakin ramai. Jalanan utama dikota A dijam begini akan terasa semakin padat dengan kemacetan disana-sini karena mendekati jam pulang kantor yang nyaris bersamaan dengan jam pulang sekolah.

Arin masih setia duduk dihalte, berjejal dengan banyak penumpang lain yang memiliki rute searah denganya. Kalau tadi ia tak menolak tawaran Amel, Sisi ataupun Alfon yang mau mengantarnya pulang pasti ia sudah sampai dirumah tanpa harus menunggu lama seperti ini.

Rasa tak enak membuat Arin akhirnya memilih untuk menolak secara halus tawaran ketiga sahabatnya itu. Rasa tak nyaman karena sudah terlalu sering merepotkan ketiganya membuat Arin jadi merasa tak enak hati untuk terus menerima kebaikan sahabat-sahabatnya.

Terlebih jarak tempuh ke rumahnya yang 3 kali lebih jauh dari jarak rumahnya yang dulu membuat Arin merasa tak enak jika harus membuat ketiga sahabatnya itu kerepotan nantinya.

Semenjak Eza disibukan dengan persiapan turnamen basket nasional sejak beberapa minggu yang lalu yang mengharuskanya tinggal diasrama, membuat Arin memutuskan untuk tak mengganggu pacarnya itu dengan hal yang remeh-temeh, karena tak ingin fokus Eza terganggu nantinya.

Rasa kangen kerap kali mendera Arin pada cowok tampan pujaan hatinya itu. Semenjak tinggal di Asrama komunikasi mereka jadi otomatis berkurang. Jadual latihan yang padat dengan setumpuk rutinitas di asrama membuat Eza tak bisa setiap saat menghubungi ataupun dihubungi.

Biasanya ia akan langsung menelepon begitu ada jeda waktu panjang dijam istirahatnya. Atau curi-curi waktu untuk sekedar mengirim chat berisi ungkapan rasa kangennya bila sungguh tak ada waktu untuk ngobrol.

Yang aku kangen, kangen banget yaaang, sayang i love u...pengen peluk kamu sebentar aja, semoga malam nanti mimpiin kamu ya yang...Kangen aku rasanya udah nggak ketahan

Penggalan kata itu adalah kumpulan dari chat singkat yang biasa Eza kirimkan untuk mengungkapkan rasa rindunya pada Arin. Mungkin wajar karena ini adalah kali pertama mereka harus terpisah dalam rentang waktu yang cukup lama, jadi wajar bila rasa rindu itu terasa begitu menyiksa.

Sekitar lima menutan lagi bus yang Arin naiki akan berhenti dihalte dekat rumahnya, meski ia masih harus berjalan sekitar 5 menit lagi untuk sampai dirumah, sungguh hanya dengan menghabiskan waktu dijalan saja sudah menguras energi Arin belakangan ini.

Langkah Arin sudah tiba dipersimpangan dekat rumah, dimana ada sebuah warung disudut jalan tempat biasa ia membeli kebutuhan sehari-harinya.

"Dek...maaf, kamu bukanya anak gadis ibu yang tinggal dirumah paling ujung itukan ya?"

Arin seketika menghentikan langkahnya, saat ibu pemilik warung yang tengah merapihkan daganganya itu mengajaknya berdialog

"Iya bu..."

"Ee..maaf dek..apa tadi kamu sudah dihubungi pak Rt?"

Arin mengerutkan dahinya bingung "Pak Rt, memang ada apa ya buu...?"

"Oo..jadi belum tahu ya..?" ibu pemilik warung itu terlihat sedikit gugup "tadi sekitar 1 jam lalu ibu kamu dibawa ambulance menuju Rumah Sakit, katanya sih ibumu pingsan di kamar mandi, Mbak yang nemenin dirumah kebingungan dan teriak-teriak minta tolong, untung akhirnya banyak yang datang bantuin. Akhirnya Pak Rt nelpon Ambulance buat bawa ibu kamu ke Rumah sakit"

Belenggu DosaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang