Berpaling

244 20 5
                                    

Jangan lupa Vote dan Komenya

Arin menelungkupkan wajahnya diatas meja ruang UKS yang kebetulan sedang sepi,  punggung gadis itu terlihat bergerak naik turun seirama dengan isakan tangisnya

Ketiga sahabatnya Amel, Sisi dan Afon hanya bisa menatap sedih pada gadis malang itu dengan sesekali memberi pelukan hangat dan mengutarakan berbagai kalimat sebagai bentuk  penyemangat

"Rin udah dong.., gue yakin kok loe cuma salah paham tadi, gue yakin Eza nggak akan semudah itu berpaling dan ngehianatin loe"

"Iya Rin, sama halnya waktu kemarin si Eza liat loe sama si Mas Sendy..Sendy itu, gue yakin begitu juga sekarang saat loe liat dia sama cewek itu diruang ganti tadi"

"Tapp..ii...mana mungkin cewek bisa gitu aja masuk ke ruang ganti pemain" gadis itu berhentin sesaat sambil menyeka deraian air mata yang membasahi wajahnya "kk..k...aalau nggak ada akses kusus yang memperbolehkan dia buat masuk Mel, Fon. Dan kalian tahukan kalau akses kusus itu cuma dipunyai pemain dan Official" Arin kembali tergugu

"Heey Rin dengerin gue ya" Sisi meremas kedua pundak Arin dengan gemasnya hingga membuat gadis itu menatapnya lekat

"Dengar gue sekarang!! selama ini loe sadar nggak..., kalau cuma Eza aja yang selama ini  terus-terusan berjuang buat loe,  mempertahankan loe, ngejagain loe, membuktikan cintanya untuk loe...dan loe manaaa...!!! loe belum pernah membuktikan apapunkan buat dia, seolah dia aja yang cinta sama loe dan loe nggak, Ngebucin terus-terusan tanpa berbalas juga capek kali Rin, lama-lama eneg juga" Arin terpana mendengar kalimat Sisi yang begitu terus terang memprotes dirinya

"Kalau memang loe cinta sama Eza.., loe sayang sama dia..., sekarang waktunya buat mbuktiin. Kalau emang dia beneran lepas..., usaha dong buat ndapetin lagi, jangan cuma kayak cewek bego yang bisanya cuma nangis doang..., perjuangin kalau memang menurut loe itu pantas diperjuangin" dengan nada gemas Sisi meluapkan kekesalnya pada Arin yang menurutnya hanya pasrah saja pada keadaan

"Udah Si.., kalau gini mah gue malah jadi kawatirnya sama loe" Alfon terdengar memperingati

"Dasar mulut nggak ada filter, temen lagi sedih bukanya dihibur malah dimarahin" lanjut Alfon mengomeli Sisi karena kata-kata pedasnya yang sering tak terkontrol

Sisi memang berbeda dengan Amel yang dewasa dan bijak dalam memberi nasihat maupun berpendapat. Lebih sering berbicara dengan bahasa yang lemah-lembut menenangkan. Namun tidak dengan Sisi, ia akan mengatakan apa yang ia rasakan dengan jujur tanpa ditutup-titupi, ia tak pernah terbiasa berpura-pura dengan memasang topeng diwajahnya, namun begitupun ketulusanya dalam menyangi sahabatnya sungguh tak perlu diragukan lagi.

"Sisi ada benarnya Rin, sekarang mungkin saatnya loe buktiin ke Eza kalau perasaan loe sama dia itu serius, kalau loe itu benar-benar cinta sama dia, nggak cuma dia doang yang pengen memperjuangkan hubungan, tapi loe juga"

Flashback On

Arin, Anjani dan Gita bersorak dan berjingkrak saat mendengar pluit panjang tanda berakhirnya babak terakhir pertandingan Basket antara SMA Nusa Bangsa dan SMA Pelita Harapan, yang berakhir dengan kemenangan  SMA Nusa bangsa.

"Rin loe pasti mau ngucapin selamat sama Eza kan" Gita berseru dengan begitu yakin dan  diangguki oleh Anjani, tanpa mengetahui yang sebenarnya terjadi juga tanpa menunggu persetujuan Arin kedua gadis itupun menggandeng tangan Arin untuk lebih mendekat ke lapangan.

"Git sorry.., gue mending entara aja deh kesananya kalau udah agak sepian dikit, jujur gue malu..karena gue nggak banyak kenal sama yang lain"

"Hhmm gitu, ya udah deh kalau gitu kita duluan ya Rin" kedua gadis itupun meninggalkan Arin sendiri tepat didepan gedung Aula yang letaknya berdampingan dengan ruang ganti.

Belenggu DosaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang