panik

243 25 2
                                    


Jangan lupa Vote dan Komen

Hingga hampir pukul 08.00 pagi namun Arin belum terlihat keluar dari dalam kamarnya, tak nampak pula aktifitas yang terdengar dari dalam bilik gadis itu, suara musik dari ponsel yang biasanya terdengar ributpun tak bersuara pagi ini.

Bunda yang hafal betul dengan kebiasaan putri bungsunya itu lantas merasakan sedikit khawatiran mengingat bukanlah kebiasaan Arin untuk bangun siang dan terlambat ke sekolah

Wanita paruh baya itupun lantas naik ke lantai atas untuk menghampiri putrinya. Rasa khawatirnya kian menguat saat mendapati kamar itu yang masih terkunci rapat dari dalam

Took..tookk..tookk...

"Sayang...buka pintunya nak, apa kamu baik-baik aja didalam, ini sudah siang Arin..apa kamu nggak ke sekolah hari ini"

Tak terdengar jawaban dari dalam meski Bunda sudah berulang memanggil nama Arin dan mengeraskan ketukan pada daun dipintu kamar itu

Betapa paniknya Bunda saat tak kunjung mendengar suara sahutan dari kamar

"Rio...Rioo...ada apa dengan Arin, kenapa dia nggak menjawab panggilan Bunda sama sekali"

Bunda memekik keras memanggil Rio yang tengah menikmati sarapanya dimeja makan

Rio yang mendengar kepanikan Bunda lantas  berlari meninggalkan sarapanya.

Door...doorr..doorr...

"Arin...buka pintunya..Arin jawab Kak Rio, Arin..Ariin..Ariinnn...."

Doorr...doorr...doorr...

Dengan wajah yang tak kalah panik Rio terus menggedor pintu kamar Arin, namun begitupun seolah tak terdengar reaksi apapun dari dalam

"Dobrak saja Rio" perintah Ayah penuh nada kekalutan didalamnya

Rio dan Ayah baru akan mengambil langkah ancang-ancang untuk segera mendobrak pintu kamar itu, namun perlahan ada pergerakan dari daun pintu yang berada tepat dihadapan mereka

Krieeet..

Derit pintu terdengar begitu lemah, tak lama berselang memunculkan sosok si pemilik dari bilik kamar itu

Wajah pucat pasi itu tampak berjalan gontai dengan tubuh lemahnya, sorot mata yang meredup pagi ini berbingkai kelopak mata yang sembab sisa tangisnya semalam

"Arin apa yang terjadi nak, kamu sakit? kenapa nggak manggil Bunda sayang" dengan sangat paniknya Bunda memeluk tubuh lemah Arin, disusul Rio yang segera memapah adiknya itu menuju ranjang

"Astagaa..., badanmu juga demam sayang" betapa terkejutnya Bunda saat telapak tanganya merasakan suhu tubuh Arin yang meninggi "sejak kapan seperti ini hah"

"Apa yang sakit nak, bagian mana yang sakit?" tampak garis kerutan dikening Bunda semakin dalam saat wanita itu menampakkan rasa khawatirnya, disentuhnya seluruh tubuh Arin seolah hendak mencari sumber sakit yang dirasakan putrinya itu.

"Arin nggak apa-apa Bunda hanya kepala Arin aja rasanya sedikit pusing"

"Kita bawa ke rumah sakit saja Bunda" seru Ayah sembari menyentuh telapak kaki Arin yang mendingin meski suhu tubuhnya terasa panas

"Nggak, Arin nggak mau ke rumah sakit" tolak gadis itu dengan ketus sambil menghentakan kakinya agar tak kembali disentuh oleh pria yang kini sudah duduk persis di pinggir ranjangnya

Mata gadis itu berkilat tajam memandang sekilas pada wajah Ayahnya, beruntung kejadian itu luput dari perhatian Bunda dan Rio. 

"Tapi demammu tinggi sayang, Bunda takut nanti kenapa-napa nak"

Belenggu DosaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang