Mempersiapkan hati

487 20 16
                                    

jangan lupa Vote dan Komennya

*

*

*

Setelah mengetahui kehamilanya, Arin semakin diliputi rasa tak menentu. Hari-harinya ia lalui dengan ketakutan. Malu, merasa dirinya semakin hina dan kotor. Dan yang paling mengganggu fikiranya adalah rasa bersalah pada keluarga terutama pada Bunda. Karena pasti wanita itu akan sangat kecewa akan ulahnya yang telah mencoreng nama baik keluarga.

Selama beberapa hari Arin pun berubah menjadi lebih pemurung dan pendiam. Tak jarang sahabat-sahabatnya mendapati Arin yang tak fokus dengan semua yang ia kerjakan, seperti hanya raganya saja yang ada bersama mereka, namun jiwa gadis itu melayang entah kemana.

Gejala-gejala kehamilanpun semakin nampak dan tak bisa dihindari, dengan Arin yang selalu muntah di pagi hari, sensitif dengan bau-bauan dan beberapa jenis makanan yang bisa memicu mualnya timbul. Belum lagi rasa kantuk yang sering tak dapat ia tahanpun semakin terasa mengganggu.

Berulang kali Sisi dan Amel berusaha menanyakan tentang perubahan sikap Arin yang begitu mencolok dan tak biasa, namun dengan berbagai dalih Arin berusaha menghindar seolah ingin menegaskan bahwa dirinya baik-baik saja.

Meski tak dapat dipungkiri, kegelisahan dan raut wajah sedih gadis itu sudah cukup menjelaskan, bahwa ia sedang tak baik-baik saja.

*
*
*

Denyutan nyeri dikepala Arin tak kunjung menghilang semenjak pagi tadi. Semakin diperburuk dengan tak satu suap makanan pun yang berhasil masuk kedalam perutnya, karena rasa mual yang terus mengganggunya sepanjang hari ini

Al-hasil tubuh Arin semakin terasa lemas, Karena kurangnya asupan nutrisi yang masuk ke tubuhnya.

Wajah pucat Arin terlihat jelas saat gadis itu tengah tergolek lemas diatas meja belajar kelasnya, dengan mata yang selalu tertutup karena tubuh lemas serta rasa kantuk yang tak berkesudahan. Meski sangat sulit sebenarnya bagi Arin untuk benar-benar bisa tertidur.

"Rin, gue anter loe ke UKS aja ya..., lama-lama gue khawatir banget liat loe kayak gini" Amel memandang khawatir sambil merapikan surai rambut Arin yang sedikit berantakan menutupi wajah gadis itu

Arin hanya menggelengkan kepalanya lemah dengan kelopak mata yang masih terkatup

"Apa ntar kita anter loe ke dokter aja ya, akhir-akhir ini magh loe keliatannya makin parah deh, takutnya kalau gini terus bisa bahaya tau rin"

"Kalian santai aja, gue cuma butuh istirahat doank..., bentar juga gue bakal baikan lagi" jawab Arin santai dengan sama sekali tak merubah posisinya.

Ketiga sahabatnya hanya bisa mendengus kesal, mendapati sikap keras kepala gadis itu yang kerap kali muncul disaat yang tak tepat, seperti saat ini. Seolah ia begitu abai akan kesehatanya sendiri.

*
*
*

Drrttt

Getaran singkat dengan layar yang menyala menandakan sebuah pesan singkat masuk ke ponsel Arin, tepat mendekati dijam pulang sekolah. Meski dengan malas-malas gadis itu meraih benda pipih yang sejak tadi ia selipkan diantara lebaran bukunya. Sebuah nama yang muncul cukup membuat jantung Arin seakan hendak melompat keluar.

Belenggu DosaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang