Matahariku

456 18 4
                                    

Jangan lupa Vote dan Komenya


Eza POV

Eza memasuki pintu apartemenya dengan sedikit tergesa. Gemuruh menggelegar akibat aksi panasnya bersama Arin seolah menuntut penyelesaian.

Tanganya sudah hampir meraih handle pintu kamar saat terdengar suara yang memanggilnya dari dapur

"Kakak sudah pulang?"

Eza membalikan tubuhnya memandang kearah Karen yang tengah berdiri didepan lemari es dengan sebotol air mineral ditangannya

Eza menganggukan kepala "Badan kakak lengket, kakak mau mandi dulu ya..nanti kita ngobrol lagi"


"Huft..." Eza membuka kaus yang dikenakanya dan meleparkanya sembarang.

Dibawah guyuran air shower ia berusaha mendinginkan suhu tubuh dan otaknya yang memanas sedari tadi. Tampaknya tak cukup dengan itu saja ketegangan yang ada dibawah sana akan menghilang. Eza mendengus kesal saat keputusan bermain solo harus diambilnya untuk mencairkan ketegangan yang tak kunjung bisa ia atasi.

Setelah mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk serta mengenakan kaus yang ia ambil dari dalam lemari, sejenak Eza duduk termangu dipinggir ranjang kecilnya merutuki kebodohanya yang terjebak dengan ulahnya sendiri.

Sungguh berdekatan dengan Arin, gadis tercintanya itu adalah godaan terbesar yang sangat sulit ia nafikan. Namun tetap saja rasa cinta yang begitu besar pada gadis itu membuatnya bertahan untuk tetap melindunginya dan menjaga janji yang telah ia buat sebelumnya.

Arin adalah segalanya, impianya dan wanita masa depanya, maka menjaganya adalah hal terpenting melebihi apapun.


"Belum tidur.." Eza mengusak puncak rambut Karen 

"Belum ngantuk kak"

"Sudah minum obat?"

Karen menganggukan kepalanya sambil tersenyum

"Kak Arin cantik sekali, kakak beruntung punya pacar secantik dan sebaik kak Arin"

"Memangnya kakakmu ini jelek ya..kakakmu jugakan ganteng" Eza menaik turunkan kedua alisnya sambil menjepit bagian dagunya dengan telunjuk dan jempol.

"Iya..iya..kakaku ini emang yang paling ganteng, puas!!" gadis itu memicingkan matanya, dan dibalas dengan gelak tawa keras Eza sedetik kemudian


"Apa kak Arin sudah tahu semua kak"

Suasana mendadak berubah saat Karen mulai pembicaraan seriusnya. Eza terdiam tak segera memberikan jawaban, hanya menunduk kemudian memandang Karen dengan tatapan teduhnya.

"Arin sudah tahu, kakak sudah menceritakan semuanya"

"Lalu apa reaksinya, apa kak Arin bisa menerimanya?"

Eza tersenyum dan kembali mengusak puncak rambut adiknya itu.

"Arin bisa menerima, dia juga nggak mempermasalahkan keadaan kakak"

Karen tersenyum, "Kakak nggak salah pilih pacar"

"Awalnya kakak juga takut kalau Arin akan syok dan nggak bisa menerima status kakak, tapi ternyata nggak ada yang harus kakak takutkan saat ini"

Karenina memandang wajah Eza agak lama dan kembali mengumbar senyuman dibibir tipisnya "Kakak sangat mencintai kak Arin ya.." 

Eza tersenyum, pandanganya menerawang kelangit-langit apartemenya yang seerhana

Belenggu DosaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang