Eza Maafkan aku

307 21 11
                                    

Jangan lupa Vote dan Komennya

🍁🍁🍁🍁

Hari-hari terlewati dengan sangat cepat. Layaknya medan perang, dimana setiap saat  harus selalu siaga dan siap tempur apapun kondisinya. Bertaruh hidup dan mati demi tercapainya tujuan utama.

Begitu pula hari-hari yang Arin jalani, keras, berliku dan tak mudah. Setiap hari gadis cantik itu harus berjibaku dengan waktu untuk bisa terus berjuang melewati segala kesulitan hidupnya. Berjuang sekuat tenaga bertahan demi kelangsungan masa depan keluarga yang sangat ia sayangi.

Arin hanya bisa pasrah ketika hidupanya kini harus terjerembab dalam kenistaan dan lumpur dosa. Berkubang dalam kehidupan kotor, kelam dan menjijikkan sekalipun tak membuatnya mundur meski selangkah. Semua demi bertahan hidup dan melindungi keluarga yang menjadi satu-satunya alasan untuknya tetap bertahan.

Seiring bergulinya waktu hampir dua bulan Rio mendapatkan perawatan di Rumah Sakit. Keadaanya berangsur-angsur membaik.

Dua minggu setelah operasi yang pertama semua tim medis berfokus pada penyembuhan luka pasca operasi dikepala. Diminggu ketiga menyusul operasi pemasangan Pen pada tulang rusuk dan tulang kaki Rio yang patah

Rio memang belum bisa berjalan sepeti sedia kala, ia baru bisa duduk dan sesikit menggerakkan kakinya, namun yang paling menggembirakan, Kakak laki-laki Arin itu sudah bisa berbicang dan tertawa. Menandakan tak ada cedera yang serius pada kepalanya setelah kecelakaan itu.

Terapi yang harus Rio jalani masih cukup panjang sampai ia bisa berjalan seperti sedia kala, begitupun masih banyak biaya yang harus Arin tanggung untuk kesembuhan kakaknya itu.

Sejauh ini Fikri dan Bunda tidak mengetahui apapun prihal biaya untuk pengobatan Rio. Sejauh yang mereka ketahui dari Arin, semua biaya itu diperoleh dari asuransi kesehatan dan pertanggungan jawaban dari perusahan pemilik mobil box yang terlibat kecelakaan bersama Rio malam itu.

Dengan sangat rapi Krisna mengatur semuanya, hingga tak seorangpun mengetahui rahasi besar ini. Tak terbayangkan dibenak Arin andai keluarganya tahu pengorbanan apa yang harus ia lakukan demi menyelamatkan nyawa Rio. Terlebih Bunda, akan sehancur apa andai beliau tahu putri kesayanganya telah merelakan kesucianya demi menyelamatkan putranya yang lain

🍁🍁🍁🍁

"Masih mau apelnya?"

Arin menyodorkan sepiring kecil apel yang sudah ia kupas pada Rio

"Nggak ah Rin, perut Kak Rio bisa meledak kalau kamu jejali terus sama makanan"

"Biarin aja...biar kak Rio cepet sehat dan bisa lari"

Ha ha ha ha

Seketika gelak tawa terdengar bersamaan dari kakak beradik itu, membuat suasana kamar yang semula sunyi menjadi lebih ramai.

Pagi ini diminggu yang cerah Arin menyempatkan waktunya untuk menemani Rio di Rumah Sakit. Kepulangan Fikri ke kota B untuk mengurus pekerjaanya membuat Arin kualahan karena harus seorang diri menjaga Rio.

Beruntung kondisi Rio sudah lebih baik, jadi ia tak harus 24 jam ditunggui. Terpaksa selama Arin bersekolah tanggung jawab menjaga Rio ia serahkan penuh pada pihak Rumah Sakit. baru sepulang sekolah ia akan datang untuk menemani Kakaknya itu sampai waktunya ia berangkat bekerja.

Hari-hari yang melelahkan memang, tapi semua rasanya terbayar lunas saat bisa melihat senyum ceria kakaknya kembali.

"Makasih ya adik maniiiis, udah jagain kakak selama ini..." Rio mencubit ujung hidup mancung adiknya itu dengan gemas

Belenggu DosaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang