Kehancuran

462 19 17
                                    

Jangan lupa Vote dan Komennya

🍁🍁🍁🍁

Kamar yang sunyi dengan cahaya lampu yang temaram seolah melengkapi kesyahduan malam itu. Belum lagi rinai hujan yang jatuh semakin menghanyutkan gemuruh rasa bagi siapapun yang mendamba hadirnya  romansa kehangatan yang berbeda.

Hembusan nafas Sendy terasa hangat menyentuh kulit punggung Arin yang lembut, bersama lembut kecupan yang hampir rata menyapu tengkuk gadis itu. Membuat tubuh Arin gemetar, menegang tak karuan.

Jemari tangan Arin meremas kuat ujung bantal untuk mengendalikan gejolak batinnya yang sungguh terasa remuk saat ini.

"Apa kamu begitu takutnya Ariana,  sampai tubuhmu gemetar seperti ini?" suara Sendy terdengar mirip sebuah bisikan ditelinga Arin

Gadis itu tak bergeming, mendengar pertanyaan Sendy air matanya malah kian deras menetes.

Apakah sungguh pria ini tidak tahu betapa hancurnya hati Arin malam ini, betapa terhinanya diperlakukan serendah ini. Betapa harga dirinya serasa tercabik-cabik kala menerima kenyataan harus menjual diri dalam ketidak berdayaan

"Atau kamu masih tidak terima harus menyerahkan dirimu dengan suka rela, hah"

Cup

Sendy kembali mendaratkan ciumanya, kali ini diceruk leher Arin, membuat gadis itu hanya bisa memejamkan matanya erat.

"Asal kamu tahu Ariana, aku juga sama sekali tidak menyangka kalau harus bertindak sampai sejauh ini" sambil membelai rambut panjang Arin dan mengelus lengan polos gadis itu yang sama sekali tak berpenghalang Sendy menekanan setiap kata yang ia ucapkan.

Terdengar seperti ada nada geram dan kekesalan disana yang ingin ia tunjukan

"Andai kamu tidak melakukanya hari itu...mungkin aku tidak akan sampai pada titik ini"

Huufftt

Sejenak terdengar Sendy menghempaskan nafasnya kasar

"Tapi apa boleh buat, aku hanya mengabulkan maumu sayang..., jadi kita nikmati saja semua ini" kembali Sendy mengelus pundak telanjang Arin dengan jari-jemarinya, kali ini sambil dengan perlahan menurunkan tali gaun tidur yang semula masih menggantung sempurna dipundak putih gadis itu.

Entah mendapat keberanian dari mana dengan reflek tangan Arin menahan laju tali yang mulai meluncur turun dari pundaknya hingga tanpa sadar kedua tangan berlawanan itu saling bertemu

"Apa kamu sudah lupa sayang, kalau kamu sudah menyerahkan diri kamu seutuhnya untukku"

Arin merasakan remasan kuat tangan Sendy pada jemari mereka yang saling bertemu.

Seolah hendak menunjukan kuasanya, tangan kuat itu mencengkram dan menghalau pertahan lemah Arin. Hingga benar saja, tali kecil yang menjadi satu-satunya penyangga gaun minim itu kini resmi jatuh tergulung sampai kepinggang.

Begitupun menyusul satu tali dibagian pundak sebelahnya ikut tertarik turun jatuh kebawah.

Jadilah kini menyisakan bra tipis yang masih menutupi bagian atas tubuh Arin, hingga gadis yang masih dalam posisi miring itu hanya bisa melindungi tubuhnya dengan memeluk erat bagian dadanya sebagai perlindungan terakhir.

Tak ada kata bantahan apa lagi melawan,  karena Arin sadar betul bagaimana posisinya saat ini, tapi toh tetap saja, naluri mempertahankan diri secara otomatis bekerja.

Rasa tetap ingin mempertahankan kehormatan serta melindungi diri tak serta merta luntur begitu saja. Membuat Arin spontan melawan.

Mungkin dipicu oleh perlawanan dari Arin itulah hingga kesabaran Sendypun mulai  melemah. Tanpa diduga dengan gerakan yang sedikit kasar tiba-tiba pria itu menarik tubuh lemah Arin hingga terlentang diranjang, dan dengan gerakan sigap pula tubuh kekar Sendy sudah berhasil menindihnya tanpa perlawanan.

Belenggu DosaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang