Karunia Berharga

345 25 8
                                    

Jangan lupa Vote dan Komen

Perlahan Arin membuka matanya saat sinar matahari menyelinap masuk dari sela-sela tirai jendela kamar Eza.

Matanya membulat sempurna saat perlahan kesadaran otaknya menginterupsi bahwa tubuhnya kini tersadar dalam sebuah ruangan asing. Namun sesaat setelah aliran darah yang membawa serta oksigen ke otaknya segera memberi sinyal sadar tentang runtut kejadian yang membawanya hingga berada diruangan ini.

Arin yang memalingkan wajahnya kesisi kanan ranjang tak lagi mendapati sosok disebelahnya pagi ini, setelah semalaman penuh pria siaga itu menjaga Arin dengan tak meninggalkanya walau sedetikpun.

Senyum mengular jelas diwajah Arin saat mengingat betapa manisnya Eza semalam, kekasihnya itu sungguh bersikap layaknya pria sejati yang melindungi wanitanya agar tak terluka. Berusaha membuatnya merasa aman dengan selalu berada disisinya.

Semalam mereka memang tidur bersama dalam satu ranjang, bukan untuk menikmati malam indah penuh gelora melainkan tangis Arin yang tak kunjung mereda hingga membuat Eza tak kuasa untuk meninggalkan gadisnya itu meratap seorang diri

Masih kuat dalam ingatan Arin betapa tak sekejappun Eza melepaskan genggaman tanganya, berulang kali juga laki-lakinya itu harus terbangun dan memeriksa apakah Arin sudah terlelap atau belum, layaknya seorang ibu yang menjaga bayinya dari gigitan nyamuk.

Arin sempat mengutuki nasib buruknya semalaman tentang bagaimana Ayah yang begitu keji menyakitinya dengan sebuah penghianatan. Sumpah-serapah bahkan sempat ia layangkan pada nasib atas ketidak adilan yang harus ia alami dalam hidup

Namun pagi ini saat ia membuka mata dan mengedarkan pandanganya keseluruh penjuru ruang kamar, ingatanyapun kembali pada apa yang sudah terjadi semalam. Betapa rasa syukur ia panjatkan pada Tuhan yang telah berkenan menghadirkan Eza dalam hidupnya, mungkin juga tragedi buruk yang tengah mendera hidupnya kali ini adalah cara Tuhan untuk menunjukan bahwa Eza adalah salah satu karunia berharga yang dihadirkan Tuhan untuknya.

Tak ingin kembali larut dalam suasana hati yang buruk seperti semalam, Arin bergegas bangkit dari ranjang, melipat selimut yang tadi ia pakai, membersihkan diri sejenak di kamar mandi sebelum akhirnya melangkah keluar.

Krieet...

Degh

Detak jantung Arin berdegup keras saat sorot matanya bertemu dengan tatapan seorang gadis yang tengah menikmati sarapannya

Tubuh Arin membeku ditempat seketika, ia hanya bisa berdiri mematung diambang pintu kamar tanpa berani bergerak sedikitpun, tubuhnya seolah dibalut rasa canggung bercampur malu membayangkan apa yang tengah difikirkan Karenina saat ini tentangnya.

Seorang gadis keluar dari kamar pria dipagi buta begini, ooohh...., Arin sungguh tak bisa membayangkan betapa malunya ia saat ini,  apa lagi gadis itu masih terus memandanginya dengan tatapan menilai yang mengerikan

"O....iya, kakak lupa bilang kalau Arin tadi malam harus menginap disini karena kami pulang kemalaman, sepulang menghadiri acara ulang tahun teman" dengan santai Eza menjelaskan pada Karen tentang sebab keberadaan Arin di apartemenya sepagi ini.

Terlihat Karenina memutar pandanganya pada Eza dengan kerutan di dahi dan picingan matanya seolah menelisik tentang jejadian yang terlewat olehnya semalam

"Kakak tidur disofa semalam, suer" Eza mengacungkan telunjuk dan jari tengahnya hingga membentuk huruf v

Kareninapun mengangguk-anggukan kepalanya seolah tak perduli "Kak Arin ayo gabung, kita sarapan bareng"

Sambil tersenyum canggung Arin mengangguki tawaran Karen dan segera mengambil posisi duduk bergabung bersama dimeja makan

Suasana kaku belum sepenuhnya menghilang sampai karen menyendokan beberapa centong nasi goreng keatas piring milik Arin

Belenggu DosaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang