Kritis

188 20 10
                                    

Jangan lupa Vote dan  Komennya

🍁🍁🍁🍁

"KAK RIOOO!!!"

Jerit Arin melengking diselasar ruang IGD saat dengan mata kepalanya sendiri ia melihat tubuh tak berdaya kakaknya bersimbah darah.

Wajah tampan yang biasanya berhias senyum jahil kala menggodanya itu tak lagi tampak tertutup linangan darah yang berasal dari luka dikepalanya

Kaus berwarna putih yang tadi pagi membalut tubuh tegapnya kini dipenuhi noda darah dari disekujur tubuhnya yang penuh luka.

Jerit histeris Arin makin menjadi mana kala kakaknya yang kini terkulai lemah diatas brankar mendapat tindakan PCR dari salah seorang perawat yang tengah menanganinya.

Sontak suara jeritan Arin membuat perawat dan tim medis yang lain segera membawa gadis yang tengah terguncang hebat itu keluar dari ruangan IGD.

"Kak Rioo..Kak Rioo...jangan tinggalin Arin kaaak!!! jangan biarin Arin sendiri. Arin nggak akan kuat tanpa Kak Rio..Kaak!!"

Batin Arin terguncang hebat saat melihat Rio yang tak lagi sadarkan diri dengan kondisi luka parah. Berbagai tindakan yang dilakukan petugas medis seolah tak berefek apapun, karena nyatanya tubuh Rio sama sekali tak merespon.

Arin menangis sembari menjatuhkan tubuhnya dilantai. Tergugu dengan isakan yang menyayat hati. Membuat beberapa orang yang kala itu tengah memperhatikanya tergerak untuk datang menolong menenangkanya

"Ya alloh ya Tuhankuu..apa lagi inii...jangan ambil kakakku...Jangan Tuhaaan...Aku mohooon, jangan ambil kak Riokuuuu..."

Bayangan akan kemungkinan terburuk yang akan terjadi saat melihat kondisi Rio yang bagitu parah dengan luka dihampir sekujur tubuhnya, membuat Arin di cekam rasa takut yang teramat sangat.

"Tenang deek..sabar yaa...yang kuat, mudah-mudahan kakaknya cepat sadar. Ayo dibantu kakaknya dengan do'a"

Nasihat itu terdengar dari beberapa orang yang sedang menenangkan Arin yang tengah dilanda kekalutan hebat. salah satu diataranya ada yang mengusap pundak dan punggung Arin, seolah memberi dukungan agar ia lebih kuat.

Arin sungguh hanya datang sendirian malam itu, dengan hanya mengenakan kaus oblong berlapis sweter yang sudah basah kuyub oleh hujan, gadis itupun masih lengkap mengenakan rok seragam sekolahnya dengan tas gendong berisi buku-buku sekolah yang tak luput diguyur hujan.

Disudut ruang tunggu IGD seorang diri kini gadis itu tengah menangis sendirian meratapi keburukan nasib yang tengan menimpanya. Orang-orang yang tadi sempat menolong menenangkanya berangsur angsur telah pergi.

Baru Arin tahu bahwa sebagian dari mereka adalah orang yang menolong dan membawa Rio ke Rumah Sakit, mereka juga adalah saksi mata dari kejadian kecelakaan yang dialami oleh kakaknya itu.

Dari cerita salah seorang tadi Arin baru tahu seberapa dahsyat kecelakaan yang dialami Rio. beberapa saat lalu.

Menilik dari luka parah yang dialami Rio sungguhlah wajar. Bagaimana tidak, ditengah guyuran hujan yang deras tubuh kakaknya itu sempat terseret beberapa meter bersama motor yang ia naiki dibawah kolong sebuah mobil konteiner yang sebelumnya sempat menyerempet stang motornya hingga membuatnya oleng dan masuk kedalam kolong mobil.

Dari seletingan seseorang yang tak begitu jelas Arinpun mendengar bagaimana kondisi jalanan aspal yang basah oleh air hujan itu bercampur dengan darah Rio yang menggenangi jalanan disekitar tempat kejadian.

Arinpun sempat histeris saat mendengar kronologi kecelakaan yang menimpa kakaknya itu hingga nyaris pingsan.

Malam semakin larut, sudah hampir satu jam Rio mendapatkan penanganan didalam ruang IGD yang kini tertutup rapat. Arin tak tahu pasti bagaimana kondisi kakaknya itu kini, yang ia lihat berulang kali perawat keluar masuk  mengambil alat yang dibutuhkan dengan berlarian, membuat jantung Arin seolah mencelos hendak melompat dari posisinya.

Belenggu DosaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang