Bertemu

262 24 6
                                    

Jangan lupa Vote dan Komenya

Ada keraguan dalam benak Arin saat ini. Apakah langkahnya tidak keliru dengan membiarkan Eza mengantarnya pulang

Tak seperti biasanya, kali ini Eza akan benar-benar mengantarkanya pulang. Menjejakkan kakinya untuk pertama kali dirumhnya. Dimana untuk pertama kali pula ada seorang pria datang selain Alfon sahabatnya.

Entah Arin akan memperkenalkan Eza sebagai apa pada Bunda nanti, meski nanti kekasihnya itu tak sendiri karena masih akan ada ketiga sahabatnya yang akan mendampingi, namun tetap saja ada rasa gugup yang mendera batinya karena sebelumnya belum pernah ada pria yang mendekatinya sampai pada tahap ini.

Arin tak menyadari bahwa sejak beberapa saat lalu pandanganya tak pernah beralih dari wajah pria yang tengah mengemudikan mobil disampingnya, hingga dengan senyuman iseng Ezapun menggodanya

"Bisa-bisa wajahku berlubang sayang, terkena pandangan lasermu"

Arin mengerjapkan matanya sekaligus mengalihkan pandangan sejurus kemudian dengan pipi yang bersemu merah

"Kenapa, apa ada yang kamu fikirkan ?" Eza mengelus jemari tangan Arin dengan sekilas melempar pandangan pada wajah sang kekasih disela-sela fokus mengemudikan laju mobilnya

Arin menggeleng, dengan pandanganya yang bias keluar jendela.

"Apa masih ragu mau memperkenalkan cowok cakep ini pada Bunda" Eza menaik turunkan alisnya seraya menopang dagunya dengan jempol dan jari telunjuk hingga membentuk huruf "L"

"Iihh...apaan siih"

"Yakin masih ragu? cewek-cewek dibelakang banyak yang ngantri lho mau ngenalin aku jadi calon mantu"

"Astagaaa...kenapa pedenya jadi over dosis gini siiih.." Arin menyapit kedua pipi Eza dengan jemari tanganya, hingga membuat cowok itu tertawa terbahak

Degup jantung Arin bertalu lebih ramai dari biasanya saat mobil Eza mulai memasuki pelataran rumahnya, apa lagi setelah beberapa saat lalu Amel mengabarkan bahwa mereka akan sedikit terlambat karena ingin membelikan oleh-oleh untuk Bunda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Degup jantung Arin bertalu lebih ramai dari biasanya saat mobil Eza mulai memasuki pelataran rumahnya, apa lagi setelah beberapa saat lalu Amel mengabarkan bahwa mereka akan sedikit terlambat karena ingin membelikan oleh-oleh untuk Bunda.

Arin segera turun setelah Eza membukakan pintu untuknya. Menarik nafasnya dalam-dalam dan memberikan senyuman manisnya pada Eza.

Bukannya segera bergegas melangkahkan kakinya menuju kedalam rumah, pandangan  Arin malah jatuh pada sebuah mobil Mercedes-Benz S Class yang terparkir tepat dihalaman rumahnya.

"Sepertinya sedang ada tamu sayang"

"Sepertinya begitu" jawab Arin singkat.

Otaknya berfikir keras, seperti tak asing dengan mobil yang tengah terparkir itu.

Banyak mobil yang pernah singgah dihalaman rumahnya namun tidak untuk seri mobil sekelas ini, dengan warna yang cukup akrab dimata Arin

"Kamu kenal?"

"Sepertinya" Arin mengalihkan pandangannya pada pintu ruang tamu yang terbuka

"Yuk masuk" Arin menggandeng tangan Eza dan membimbingnya untuk masuk

Eza tersenyum dan mengikuti langkah kaki Arin

"Assalamualaikum"

Terdengar obrolan santai diruang tengah saat Arin mengucap salam dan masuk kedalam rumah, tak ingin rasa penasaran singgah lama dalam benaknya Arin segera melangkahkan kaki menuju ruang tengah dengan Eza yang menunggunya diruang tamu rumahnya

"Bunda"

"Eh..Arin.., sudah pulang nak" sapa Bunda disela obrolanya yang tampak asik dengan seseorang yang tengah bertamu dirumahnya

"Mas Sendy..., udah lama mas?" sapa Arin sembari melempar senyum ramahnya

"Lumayan"

"Tadi sepulang belanja Bunda ketemu nak Sendy, jadi Bunda dianterin pulang sekalian. O..iya gimana acara ulang tahunnya Sisi semalam"

"Lancar Bunda.." Arin menjawab sembari menyungging senyum dibibirnya "Eh...iya Bunda, didepan ada teman Arin"

"Siapa nak, suruh masuk dong" pinta Bunda sembari tatapan matanya mengarah ke ruang tamu

Tak lama berselang Eza muncul dari arah ruang tamu dengan senyum yang sedikit kaku menutupi kegugupanya

"Kenalin ini Eza Bunda, teman Arin"

Eza mengulurkan tangan menyalami Bunda dengan tak lupa mencium punggung tangan wanita paruh baya itu

"Perkenalkan saya Eza Bunda, teman sekolah Arin"

Beberapa saat tampak Eza dan Sendy saling tatap dengan menunjukan ekspresi tak terbaca diraut wajah mereka masing-masing

Arin yang peka dan dapat merasakan aura yang  berbeda dari keduanya secepat mungkin mengambil kendali

"Eza kenalin ini Mas Sendy"

"Eza

"Sendy"

Kedua pria itu saling berjabat tangan sebelum akhirnya Bunda mempersilahkan keduanya untuk duduk, sementara Bunda meninggalkan Arin bersama kedua orang pria itu

"Kalian teman satu sekolah? tanya Sendy dengan gaya yang dibuatnya sedikit santai tanpa meningglkan mimik wajah aslinya yang dingin

"Iya" Arin dan Eza tanpa sengaja menjawab bersamaan

Sendy mengangguk, terlihat bibirnya sedikit memipih dengan warna wajah yang masih sama, dingin

"Kenapa mereka lama sekali ya..., apa beli oleh-olehnya di Italy" gumam Arin yang dibalas Eza dengan menarik keatas dikedua sudut bibitnya.

Suasana canggung begitu terasa diruangan itu, bahkan kekakuan tak sama sekali mencair meski Arin berusaha membawa tema obrolan ringan ditengah-tengah mereka.

Sendy tampak melongok pada jam tangan yang melingkar dilenganya kemudian memandang kearah Arin yang sudah lebih dulu memperhatikanya.

"Sepertinya sudah siang, mas pamit pulang dulu Rin"

"Mas nggak nunggu Ayah dulu"

"Lain kali aja Ariana, kalau senggang mas main lagi.., lagian kamu masih berhutang jalan-jalankan sama mas"

Degh

Mata Arin membulat sempurna, cengiran khas kuda ia gambar diwajah dengan menunjukan deretan gigi-gigi rapihnya, tak lupa melirik kearah Eza yang menatapnya dengan tatapan horor

"Eh..iya, Arin lupa. Lain kali ya mas.., kalau lagi nggak sibuk Arin pasti temenin"

Picingan mata ditunjukan Eza pada kekasihnya setelah kalimat terakhir keluar dari bibir Arin

Setelah pamit dan bersalaman dengan Bunda Sendypun keluar meninggalkan rumah itu, menyisakan Eza dengan semburat wajah penuh energi negatif yang membuat Arin bergidik ngeri

Belenggu DosaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang