Jalan Nasib 2

243 21 10
                                    

Jangan lupa Vote dan Komennya

"Aku sudah menunggu didepan"

🍁🍁🍁🍁

Sebuah mobil mewah berwarna hitam metalic sudah meunggu dihalaman parkir Rumah Sakit. Keberadaan mobil itu tampak mencolok diantara deretan mobil-mobil lainya sehingga Arin tak perlu kesulitan untuk mencari dimana keberadaan seseorang yang sudah mengiriminya pesan singkat tadi

Dengan langkah perlahan disertai keragu-raguan yang membayang Arin berjalan mendekati mobil hitam dengan seorang sopir yang sudah berdiri tepat disebelah pintu penumpang, bersiap membuka pintu untuk mempersilahkannya naik.

Jantung Arin berdetak semakin cepat mana kala mendapati keberadaan Krisna yang duduk tepat disebelah sopir

Tak ada kata yang keluar dari bibir pria itu melainkan hanya sebuah anggukan sapa saja. Selebihnya yang ada hanya kesunyian yang menyeruak di sepanjang jalan dimana mobil itu kini sudah melesat membelah jalanan malam yang penuh dengan hingar-bingar kehidupan malam.

Arin tak mencoba bertanya kemana malam ini dirinya hendak dibawa pergi. Melalui tatapan mata yang menembus kaca jendela fikiran gadis itu hanya dipenuhi dengan fantasi liar dan segala ketakutan yang memenuhi seluruh relung otak dan jiwanya.

Jemari yang saling menjalin mengerat melawan hawa dingin yang tiba-tiba merayapi sekujur tubuh gemetaran itu.

Wajah putih yang kian memucat menampakkan ketakutan yang hampir menguasai seluruh sendi tubuh mungilnya.

Hampir 60 menit perjalanan, Arin baru menyadari bahwa kini mereka sudah jauh meninggalkan kota. Entah kemana dirinya akan dibawa, bahkan sekedar membuka mulut tuk bertanya saja ia seakan tak punya nyali.

Sebuah jalanan sepi dan sedikit bergelombang Arin rasakan, seperti memasuki kawasan hutan yang disepanjang kiri dan kananya hanya terdapat pepohonan besar, rimbu lagi lebat.

Sejauh mata memandang hanya ada kegelapan yang pekat menyelimuti disekeliling mereka saat ini. Tak ada pencahayaan selain dari sorot lampu mobil mereka yang mampu menyibak kegelapan yang ada di sepanjang perjalanan yang mereka lalui.

Terasa perlahan kecepatan mobil sedikit berkurang dan berhenti tepat didepan sebuah pintu gerbang villa cantik nan mewah.

Arin tak bisa mengamati sepenuhnya lingkungan sekitar karena gelap yang menyelimuti sekeliling villa itu.

"Masuk"

Kalimat perintah singkat itu yang pertama kali didengar Arin dari semenjak perjalanan dimulai tadi.

Krisna benar-benar membisu tanpa kata. Ekspresi datar dan dinginpun tak pernah lepas menghiasi wajah tampanya, hingga mengesankan sosok pria yang sadis, dingin dan arogan.

Begitu menjejakkan kakinya di dalam Villa itu Arin sempat kebingungan saat sosok Krisna tiba-tiba saja lenyap meninggalkanya seorang diri.

Bola mata Arin tak henti mengitari seisi villa megah itu, berharap bisa menemukan siapapun disana yang bisa ia tanyai. Beruntung kebingungan itu tak berlangsung lama, saat akhirnya seorang wanita paruh baya menyapa Arin dengan begitu ramah.

"Permisi Nona..., saya akan mengantarkan Nona kekamar, mari silahkan ikuti saya"

Tanpa banyak tanya Arin mengikuti saja arahan dari wanita itu.

Sebuah kamar megah dengan ranjang besar dan meja rias disudut ruangan, serta sebuah sofa minimalis tak jauh dari jendela besar yang tertutup rapat oleh tirai abu-abu yang menjuntai hingga ke lantai.

Sungguh tak banyak perabot didalam kamar berukuran besar itu. Semua fokus sudah pasti akan tertuju pada ranjang besar itu ketika memasuki ruangan. Karena sepertinya ruangan ini sengaja didesain memang untuk kenyamanan tidur penghuninya saja.

Belenggu DosaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang