Menguapnya Luka

288 15 0
                                    

Arin berlari menuruni eskalator, pikiranya gamang,tak tahu harus berbuat apa, tak ada tempat besandar atau bercerita. yang lebih menyedihkan saat ini ialah ia merasa sendiri.

Arin hendak menyetop sebuah taxi untuk mengantarnya pulang , namun ia kembali berfikir apa jadinya saat bunda melihatnya dalam keadaan menyedihkan seperti ini. Tak  mungkin pula ia kembali dan menunjukan wajah kacaunya ini pada Amel, Sisi dan Alfon

"Mel sorry..gue balik duluan, perut gue sakit banget"

Sebuah pesan Arin kirimkan pada Amel, karena tak ingin ketiga sahabatnya itu dilanda perasaan khawatir.

Ok...TTDJ say.., kalau sudah di rumah kabarin gue ya..

balas Amel dengan bahasa santainya

***

Sesampainya di rumah Arin mengunci kamarnya rapat, berharap tidak ada yang akan membangunkanya untuk makan malam, berharap takkan ada pula yang mendengar tangisanya yang mulai pecah.

Di lepaskan tangisan pilunya di kamar mandi, meneriaki kebodohan dirinya yang begitu mudah memasrahkan hati pada sebuah kata bernama cinta

"Ariiin...betapa bodohnya kamu" teriak gadis itu  pada dirinya sendiri sambil menatap wajahnya di cermin, bersama deraian air mata yang tak kalah deras dari cucuran air shower yang membasahi kepanya, sungguh Arin melihat betapa menyedihkan dirinya saat ini.

Gadis itu kini terduduk di pinggir ranjang, wajahnya masih sembab dengan sorot mata berkalang duka.

Benar saja, sepertinya Tuhan sudah mendengar do'anya, karena hingga larut tak seorangpun datang mengunjungi kamarnya, jadilah  semalam suntuk ia habiskan waktu untuk menangis dan merutuki kemalangan nasibnya.

Drrtt..ddrrtt...ddrrtt...

Dering terdengar dari ponselnya yang ia letakan diatas nakas

Handsome boy memanggil.....

Sebuah nama tertera dilayar ponselnya

Ya tuhan apa lagi ini..Arin mengurut dadanya.  Sepenggal rasa penasaran sebenarnya bergelayut dalam benaknya, kebohongan macam apa lagi yang hendak pria ini tebar padanya

Rasa penasaran itupun menang, tangan Arin meraih ponselnya dan menggesernya dalam mode jawab

Malam sayang

"..........."

Hallo sayang...kamu masih disana..kamu ndengerin aku...

".........."

Ariiin...hallo...Ariin...sayaaaang...

Klik

Arin memutuskan panggilan itu begitu saja, tak sepatah katapun keluar dari bibirnya, mendengar kata sayang dari mulut pria itu seperti sayatan sembilu pada ulu hatinya. Bahkan bibir ini rasanya sudah enggan untuk sekedar menyebut namanya.

Malam ini tak ada yang ingin Arin lakukan, ia berharap bisa segera terpejam dan hari segera berganti, agar luka ini segera terobati.

Ttook..tookk..tookk..

"Arin sayang bangun nak, sudah siang"

"Arin sudah bagun bunda"

Jawab Arin pada bunda dari balik selimutnya,  perlahan gadis canik itu beranjak dari tempat tidur, bergegas ke kamar mandi untuk menyegarkan diri dan otaknya yang merasakan kebuntuan semalaman ini.

Arin terus menyemangati dirinya sendiri bahwa ia akan mampu menghadapi semua masalah , seburuk apapun itu. Ditatapnya bayangan dirinya di cermin, matanya masih sembab dengan wajahnya yang terlihat pucat, ini sungguh bukan seperti Ariana, bukan seperti dirinya.

Belenggu DosaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang